Part 23

123K 12.2K 1.5K
                                    

Happy Reading ya!💕

***

Sudah satu jam lebih Viona berdiri didepan gerbang menunggu ojek atau taksi. Ia berdecak kesal sambil terus menggulir layar ponselnya. Sudah berapa kali ia memesan ojek online namun semuanya di cancel.
Kalau saja Dannia tadi——oke stop jangan bahasa lagi masalah tadi.

Rasanya darah Viona akan langsung mendidih ketika membayangkan kembali kejadian tadi diperpustakaan. Ia juga bingung ada apa dengan dirinya, padahal Revan ingin pulang dengan siapapun bukan urusannya bukan? Benar bukan urusannya. Viona akan mencatatnya.

Viona menatap motor yang tiba-tiba berhenti didepannya. Ia kenal motor itu sangat kenal malah. Ya, motor Revan. Viona juga tidak mengerti kenapa dia berhenti dihadapannya, bukankah dia pulang bersama Dannia?

"Naik!"

"Nggak makasih."

"Udah sore."

Viona memutar bola matanya malas. "Ya terus? Bukan urusan lo!"

Terdengar Revan yang mengumpat, tapi Viona tidak peduli. Kemudian Revan melepaskan helmnya. Sesaat Viona terpaku, demi apa Revan ganteng!

"Kalo gue gak disuruh sama Bunda, gue juga gak peduli."

"Ya udah bilang aja gak ketemu."

"Naik Viona!"

"Gak! Sana pulang,"

"Keras kepala!"

"Emang!"

Viona menatap bingung Revan yang tiba-tiba turun dari motornya.

"Naik atau gue paksa?"

"Paksa?"

Viona menjerit ketika tiba-tiba Revan mengangkat tubuhnya layaknya karung beras. Kemudian cowok itu mendudukkannya di atas jok belakang motor cowok itu. Viona menatap sekitar, wajahnya seketika memerah ketika dirinya tengah menjadi pusat perhatian. Beruntung keadaan tidak terlalu ramai, namun tetap saja beberapa pasang mata sedang menatap kearahnya.

"Lo gila?!" Desis Viona tajam.

"Kan minta dipaksa."

"Kapan?"

Revan hanya diam kemudian memberikan satu helm kepadanya. Dengan kesal Viona menerima lantas memakainya.

"Pegangan." Titah Revan.

"Pengen banget gue peluk?"

"Gue minta lo pegangan bukan peluk,"
Viona tidak bisa menahan untuk tidak memukul cowok itu.

"Gak mau pegang——" ucapannya terhenti tergantikan dengan pekikan yang teramat nyaring ketika tiba-tiba Revan menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Viona refleks memegang pundak cowok itu.

Selama perjalanan Viona hanya diam menggerutu dalam hati. Dia masih kesal dengan kelakuan Revan tadi yang seenaknya saja.

"Makan dulu?"

"Langsung pulang." Ketus Viona.

"Kedai es krim?" Viona sempat tergiur oleh tawaran Revan namun sekuat mungkin ia menahannya.

"Lagi gak pengen."

"Ada varian baru."

"Tau dari mana Lo?!"

"Kemaren kesana. Sama Dannia."

"Gak usah kesana!" Sinis Viona.

Namun memang Revan yang memang dasarnya keras kepala seperti dirinya. Dia tidak menghiraukan perkataan Viona sama sekali malah cowok itu sekarang memberhentikan motornya didepan kedai es krim favoritnya. Viona ingin sekali langsung berlari memasuki kedai itu lalu memesan es krim hingga rindunya terobati.

REVANOWhere stories live. Discover now