Part 22

122K 12.4K 3.8K
                                    

Happy Reading ya💕


***

"Tadi pagi lo gak bareng sama Revan?" Kunyahan pada mulut Viona langsung terhenti ketika mendapat pertanyaan itu. Ia melirik Tari sekilas lantas menggeleng.

"Nggak." Ia kembali mengunyah siomaynya.

Sekarang Viona dan kedua sahabatnya sedang berada dikantin. Tidak seperti biasanya yang akan bergabung dengan meja Revan dengan kawan-kawan, kali ini mereka tidak satu meja dengan mereka. Viona juga tidak melihat keberadaan mereka. Syukurlah dia tidak usah repot-repot untuk menghindar dari Revan.

"Lo masih marahan emang?"

"Makin parah," jawab Viona.

"Lah kok bisa?" Tanya Khaisa bingung.

Viona mengedikan bahunya. "Kemarin pas gue mau pulang dari rumah sakit, karena Ayah gak bisa antar karena ada meeting. Bunda telpon Revan dan dia bilang gak bisa ada urusan penting katanya. Terus tiba-tiba Andra yang jemput gak ngerti gue juga kenapa bisa Andra." Viona menjeda ucapannya kemudian menyeruput minumannya hingga tandas.

"Gue tanya dong sama Andra, Revan ada urusan penting apa. Dan katanya Revan mau ke toko buku sama Dannia. Gue speechless dong, jadi Dannia lebih penting dari gue. Maksud gue lebih penting dari gue sama Bunda?"

"Dan lo marah?" Tanya Tari.

Viona langsung menggeleng tegas. "Bukan. Bukan karena itu gue marahan sama Revan. Tapi karena Revan hajar Angga di rumah sakit."

"Kok bisa?"

"Gak tau, katanya dia kurang ajar."

Kening Khaisa dan Tari kontan langsung mengernyit bingung. "Kurang ajar?" Serempak mereka.

"Ya pokoknya gak tahu lah gue juga. Revannya aja yang berlebihan. Dia terlalu negative thinking, terlalu khawatir sama gue," Dumel Viona sambil menusuk-nusuk baksonya.

"Dan lo lebih percaya sama orang yang baru aja lo kenal di bandingkan dengan orang yang udah sama lo dari orok? Siapa tau omongan Revan emang bener kan?" Gerakan tangan terhenti ia langsung menatap ke arah Khaisa.

"Bukan gitu Khai, gue cuman ngerasa dia kali ini berlebihan. Tiap kali ada cowok yang deketin gue, dia selalu bilang hati-hati atau nggak dia bilang cowok itu gak baik."

"Emang kenyataannya gitu kan Vi?" Kini Tari ikut menimpali. "Kelas 10 lo dideketin sama anak futsal cuman buat di porotin doang, terus pacaran lagi lo dijadiin bahan taruhan. Kalo menurut gue wajar kalo kali ini Revan khawatir." Lanjut Tari sebelum menyesap minumannya.

Viona menghela napas panjang, kemudian bangkit dari duduknya. "Gue duluan, mau nenangin otak bentar." Pamitnya.

***

Langkahnya terayun menuju perpustakaan, rasanya itu tempat yang tepat untuk menenangkan diri tanpa ada gangguan dari siapapun. Viona memasuki perpustakaan kemudian tersenyum ramah pada Bu Rahma. Ia berjalan menatap deretan buku yang tertata rapi. Pandangannya terhenti ketika melihat buku dengan judul "English Grammar In Use"  Viona lantas tersenyum kemudian mengambil buku itu, berjalan menuju meja paling pojok. Tempat favoritnya. Entah dia juga kenapa sampai memilih buku ini.

Viona jadi teringat dengan tantenya yang tinggal di Kanada. Sudah lima tahun tantenya belum pernah pulang lagi. Hanya mengirimkan kado-kadonya saja ketika dirinya sedang ulang tahun.

Viona sangat suka ketika Mauren berbicara menggunakan bahasa Inggris dengan lihai. Viona jadi merindukannya. Kemudian ia merogoh ponsel dari dalam saku.

REVANOKde žijí příběhy. Začni objevovat