Part 15

136K 13.1K 603
                                    

Happy Reading ya!💕







***


Viona langsung tersedak jus jeruknya ketika mendengar penuturan dari Dannia. Apa katanya? Club?! Revan ke club malam? Wah parah si!

Ia langsung menatap Revan dengan penuh tanda tanya, sedangkan yang ditatap hanya menaikan satu alisnya bingung seolah penuturan dari Dannia barusan belum jelas.

"Jadi, Revano Mahendra. Bisa anda jelaskan kenapa anda pergi ke club malam hm?" Tanya Viona sembari tersenyum penuh arti.

"Eh dia cuma tolongin aku kok Vi. Jadi waktu aku jemput temen aku terus mobil aku mogok jadi dia yang bantuin gak macem-macem kok." jelas Dannia dengan nada penuh ke-khawatiran. Takut kalau-kalau mereka bertengkar nantinya

"Kenapa lo ke club?!" Ulang Viona tajam menghiraukan penjelasan Dannia.

Revan menunjuk Andra dengan dagunya. "Tuh jemput anak dugong!"

Andra hanya menyengir lebar ketika semua pandangan tertuju padanya.
Dia berdehem pelan. "Oh itu— woy Ngga!" Teriaknya ketika menyadari Angga sedang berjalan kearah mereka. Dalam hati ia mengucap syukur rasanya ia ingin memeluk Angga sekarang juga, boleh gak sih?

"Wow! Kita kedatangan orang pintar guys!" Sorak Radit, raut wajahnya langsung berubah datar.

"Gue mau ke Viona." berasa namanya dipanggil ia langsung mendongak menatap cowok itu dengan dahi berkerut.

"Kenapa?"

"Pulang nanti belajar bareng gue, kata Bu Lilis buat persiapan olimpiade."

Viona hanya manggut-manggut. "Oh oke."

"Viona balik bareng gue Van." Izinnya pada Revan sementara Revan hanya menjawab dengan anggukan kepala.

"Kalo gitu gue balik ke kelas lagi." Ujar Angga.

Dan yang membuat mereka benar-benar terlonjak kaget adalah ketika tiba-tiba Radit yang langsung berdiri, kemudian mencengkeram erat kerah baju cowok itu. "Tunggu pembalasan gue!" Sinis Radit tajam.

Angga hanya menggelengkan kepalanya pelan, sambil terkekeh sinis. "Gue punya masalah apa sih sama lo?"

"Mungkin sekarang lo lupa, tapi nanti gue bakal bikin lo buat ingat." Radit tersenyum kemudian melepaskan cengkraman tangannya, merapikan kembali kerah baju Angga. "Sana lo pergi. Belajar yang bener." Lanjut Radit sembari menepuk-nepuk kepala cowok itu yang saat ini rahangnya sudah mengeras.

***

Sedari tadi Revan uring-uringan tidak jelas. Mondar-mandir, mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar tidak bisa duduk dengan tenang. Ia menatap kembali jam yang ada di kamarnya.

Jam 6 lebih lima belas menit, oke ini terlalu lama untuk ukuran seorang Alviona yang biasanya tidak tahan jika belajar berjam-jam. Tapi sekarang? Dia pergi sehabis pulang sekolah dan sampai sekarang belum pulang. Luar biasa. Dan parahnya lagi pesan-pesan yang Revan kirim hanya dia read. Entah kenapa membuat Revan menjadi gerah rasanya.

Revan menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, matanya terpejam. Matanya langsung terbuka kala ia mendengar suara deru mesin motor yang berhenti tepat didepan halaman rumah. Ia mengintip dibalik jendela kamarnya, sebenarnya tanpa melihat pun ia sudah tahu siapa itu.

Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat, rasa tak suka langsung menyergap hatinya. Menghembuskan napasnya berat, cowok itu mencoba untuk menghilangkan rasa tak sukanya. Menggeleng pelan, ia menutup kembali gorden kamarnya. Bodo amat, itu adalah keputusan yang tepat. Tapi kenapa sangat sulit?

Revan kemudian keluar dari kamarnya bertepatan dengan itu Viona baru saja akan memasuki kamarnya.

"Dari mana aja lo?!"

"Allahuakbar. Ngagetin aja ih!"

"Dari mana?" Ulang Revan terdapat nada tidak suka yang kentara didalamnya.

"Belajar sama Angga."

"Sampai larut malam gini? Bukan lo banget."

Viona memutar bola matanya malas, "Gue rajin salah, males salah. Mau lo apa sih?"

"Beneran abis belajar?" Revan mengabaikan perkataan Viona. Rasa penasarannya belum hilang.

"Gue tadi abis dari toko buku abis itu langsung ke rumah Angga terus belajar. Saking asiknya gue lupa waktu." Sampe lupa bales chat gue juga.

"Asyik banget sampe pesan gue gak dibaca?"

Viona langsung menepuk kepalanya. "Gue lupa sumpah!"

Revan berdecak pelan. "Ya udah sana gih mandi, abis itu istirahat."

Revan kembali hendak memasuki kamarnya, namun langkahnya terhenti ketika Viona ikut-ikutan memasuki kamarnya. Dahinya mengernyit heran.

"Kenapa ngikut masuk?"

Viona hanya menyengir lebar, kemudian tanpa menunggu persetujuan dari pemilik kamar dia langsung duduk anteng diatas kasur milik Revan.

Revan hanya mampu menggelengkan kepalanya kemudian ia berjalan kearah meja belajar melanjutkan kembali bahan untuk presentasi besok yang tadi sempat tertunda karena tidak bisa fokus, yang ada dalam pikirannya hanya satu yaitu Viona.

"Van, Dannia cantik ya?"

"Hm cewek." Revan benar kan?

Terdengar Viona yang berdecak kesal, "Tadi dia chat gue."

Revan mengernyit heran. "Hubungannya sama gue?"

"Katanya lo pacar gue apa bukan." Viona turun dari ranjang kemudian berjalan kearah Revan mendudukkan pantatnya di meja belajar. Disamping Revan.

"Kayaknya dia suka lo pada pandangan pertama." Lanjutnya lagi.

"Itu hak dia."

"Lo gak ada niatan buat deketin Dannia gitu? Dia cantik, manis, imut, terus katanya jago kimia juga kayak lo sampe pak Harto aja langsung nunjuk dia buat ikutan olimpiade loh. Setipe kan sama lo?"

"Udah promosinya?" Tanya Revan menatap Viona kesal.

"Gue serius!"

"Lo tuh kek lagi mem-promosikan suatu barang ke gue." Kesal Revan.

"Van."

"Hm." Revan hanya bergumam tatapannya masih fokus pada layar laptopnya dengan jari-jari tangan yang terus menari dengan lihai diatas papan keyboard.

"Lo gak gay kan?"

Gerakan tangannya berhenti, matanya membeliak tidak percaya. Yang benar saja Alviona, apakah tidak ada pertanyaan lain? Apakah wajahnya menunjukkan ciri-ciri seperti itu?! Dan apakah... Perlu ia buktikan?

Revan kemudian bangkit dari duduknya. Berjalan mendekati Viona, mencondongkan tubuhnya sehingga membuat wajahnya begitu dekat dengan wajah Viona. Ia dapat merasakan aroma khas Viona yang sangat Revan sukai.

Bibirnya membentuk sebuah senyuman sinis, ia menyeringai kemudian menyimpan kedua tangannya disamping tubuh Viona. Mencondongkan badannya, mendekatkan bibirnya pada telinga Viona.
"Perlu gue buktikan kalo gue nggak suka sama sesama jenis? Seperti yang lo bilang tadi?" Bisiknya tepat pada telinga Viona.

______________________

Seeu ya

REVANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang