Part 12

159K 14.5K 1.1K
                                    

Happy Reading

Viona berjalan tergesa-gesa menuruni anak tangga. Tangannya dengan lihai terus mengikat asal rambutnya, sesekali membenarkan sepatunya yang belum seutuhnya terpasang.

"Awas jat—" terdengar suara Revan namun tertelan kembali karena Viona sudah jatuh terjerembab.

Viona meringis sembari memijit kakinya yang terasa ngilu. Revan berjalan kearahnya menatapnya kesal.

"Hati-hati kenapa sih?" Tanyanya tajam.

"Ini kita udah mau terlambat Van, gimana gue gak rusuh?!" Balas Viona sewot.

"Makanya jangan begadang, jangan mantengin terus laptop." Viona mengerucutkan bibirnya kesal.

Revan membantu Viona untuk berdiri, Viona menatap jam tangan yang melingkar dipergelangan tangannya. 10 menit lagi mereka akan terlambat dan bagaimana jika dijalan macet? Viona tidak punya waktu untuk adu mulut dengan Revan sekarang. Namun saat ia ingin pergi Revan mencekal pergelangan tangannya.

"Apalagi?!" Sewot Viona.

"Tali sepatu lo,"

Viona menunduk menatap tali sepatunya yang belum terikat. "Nanti aja disekolah,"

Revan menggeleng tegas, ciri khas Revan sekali. Tidak bisa dibantah. "Sekarang!"

Viona memutar bola matanya malas kemudian ia berjongkok mengikatkan tali sepatunya. "Puas?!" Teriak Viona.

Kemudian ia berjalan terlebih dahulu meninggalkan Revan.

"Bunda Viona berangkat," teriak Viona ketika menemukan Airin sedang duduk dikursi meja makan sembari mengoles selai ke roti tawar.

Airin  bangkit kemudian menyerahkan paper bag. Viona mengerutkan keningnya ketika melihat 3 kotak makan didalamnya.

"Yang kuning buat Tari ada ati ampelanya. Yang pink buat Khaisa gak pake sayur, yang biru buat kamu." Terjawab sudah pertanyaannya.

"Bunda kenapa ngga Viona yang pink." Viona merajuk.

"Bunda gak tahu."

"Masa Bunda ga—" ucapan Viona terhenti ketika Airin menjejalkan setangkup roti kemulutnya.

"Makan. Jangan banyak omong sekarang kamu berangkat, waktu kalian tersisa sepuluh menit." Viona membulatkan matanya dengan gerakan cepat ia langsung mencium pipi Airin dan langsung menggiring Revan keluar.

"Pokoknya lo harus ngebut oke?" Revan hanya mendengus kasar.

***

Revan menatap Viona lewat kaca spion motornya. Keningnya berkerut bingung pasalnya sekarang Viona masih terus memeluk pinggangnya dengan erat dengan mata terus terpejam. Mereka berhasil menerobos gerbang dengan sisa waktu satu menit. Luar biasa bukan? Jangan tanyakan lagi bagaimana Revan mengendarai motornya. Bel juga sudah berbunyi beruntungnya saat ini semua guru sedang rapat, tadi Revan menanyakan kepada teman sekelasnya yang kebetulan lewat.

"Vi lepas." Gumam Revan sambil melepaskan tangan Viona dari pinggangnya.

"Kenapa?" Tanya Revan panik ketika melihat Viona membekap mulutnya dengan telapak tangannya.

"Lo gila?! Bawa motor kek kesetanan gitu!"

"Lo yang nyuruh,"

"Ya tapi gak gitu juga kali! Kepala gue pusing, pengen muntah."

"Kalo gue gak gitu kita bakal telat, lo paham?" Balas Revan dengan kesal. Sepanjang jalan Viona terus menyuruhnya untuk mengendarai dengan kecepatan tinggi, tapi sekarang dia yang disalahkan.

REVANOWhere stories live. Discover now