Part 3

246K 20.8K 2K
                                    

Happy Reading

"Viona!" Viona terlonjak kaget, jantungnya berdegup kencang tidak karuan. Rasanya seperti akan merosot ke perut.

"Sana kamu cuci muka!" saat ini Viona menjadi pusat perhatian oleh teman sekelasnya. Dia menatap Bu Lilis yang sedang menatapnya sengit.

"Saya gak tidur kok Bu," elak Viona disertai dengan gelengan kepala. Pelajaran matematika dijam terkahir itu bikin kepala pusing, mau pecah kayaknya. Perut lapar, capek, ngantuk, campur aduk deh pokoknya.

Bu Lilis menggebrak meja membuat keadaan dikelas semakin menjadi tegang. Siapa yang berani melawan guru itu? Guru matematika yang galaknya naudzubillah. Yang kayaknya tiap harinya itu PMS.

Ingin rasanya teman-temannya berteriak kepada Viona. 'udah sana lo minggat daripada kita semua yang kena imbasnya'
Ya sejahat itu memang.

"Kamu kira mata saya gak normal!" bentak Bu Lilis sembari terus menatap Viona sengit.

"Lo sih, kan kata gue juga tahan!" Bisik Khaisa.

Viona mendelik tajam. "Emang gue gak tau? Lo juga tadi molor!"

"Ya setidaknya gue gak ketauan." Ujarnya bangga.

Viona berdecih pelan kemudian menatap lagi Bu Lilis yang sedang mengatur napasnya. Darah tinggi kan? Lagian marah-marah mulu sih.

"Ibu mau coba daftarin kamu buat ikut olimpiade," Viona seketika langsung meringis pelan. Olimpiade? Masih banyak orang yang jauh lebih pintar dibandingkan dirinya.

Viona hanya mengangguk paham. Ia yakin seyakin-yakinnya kalau yang ngantuk bukan dirinya saja, ya gini kalo lagi sial yang kena cuman dia.
Detik selanjutnya dia berdiri dari duduknya dan meminta izin kepada Bu Lilis untuk ke toilet.

Saat sampai di pintu Viona mengingat sesuatu dia paling tidak bisa ke toilet sekolah sendiri. Dia memutar tubuhnya, Bu Lilis menatapnya heran.

"Bu saya gak bisa kalo ke toilet sendiri," bukannya mendapatkan izin dia malah mendapatkan tatapan tajam.

"Ibu ingin kamu kesana sendiri!"

Viona mencebik kesal. Berjalan menuju toilet kelas 11 yang berada disebelah timur. Saat melewati lapangan basket dia melihat Revan sedang mendribble bola dan mencoba untuk mencetak skor. Tapi Viona tidak perduli.

"Van itu Viona!" Revan seketika menghentikan permainan bola basketnya, kemudian mengikuti arah pandang Ogi.

"Terus?" tanyanya.

"Nggak sih takut lo mau nyamperin gitu," jelas Yogi yang diabaikan oleh Revan.

Tapi tunggu, Revan baru menyadari sesuatu. Viona terlihat menuju toilet, tapi benarkah dia sendiri?
Revan memutar kembali badannya, matanya menatap lurus Viona. Dia melihat Viona sedang menghentak-hentakan kakinya kesal, dan dia tidak melihat Khaisa ataupun Tari dibelakang.

Revan berlari menghampiri Viona.

"Cih! Terus terus. Samperin juga kan dasar curut!" cibir Ogi.

"Mending lo latihan yang bener deh Gi! Jangan ikut campur urusan orang lain yang un-faedah buat kita!" omel Andra sembari melemparkan bola basket kearahnya.

"Iya mom, iya."

"Mom, mom lo kira gue apaan!"

"Transgender." Cengir Ogi yang langsung dibalas lemparan bola oleh Andra.

Revan mencekal pergelangan tangan Viona. Viona terlonjak kaget, saat ini isi kepalanya hanya tentang hal-hal yang membuat tangannya gemetar. Viona mengatur napasnya yang tidak beraturan. Tangannya gemetar, badannya lemas. Trauma dia kembali.

REVANOWo Geschichten leben. Entdecke jetzt