Jangan Pergi!

2.8K 117 4
                                    


Happy reading!!

Awas kena prank!^_^^_^^_^

***

Nathan... Jangan tinggalin Ara.... Batin Dara sebelum akhirnya tubuhnya luruh ke lantai. Secepat inikah semuanya berakhir?

Dara terus menangis dan menangis. Nafasnya sudah sesenggukan karena terlalu banyak menangis. Ia berharap semua yang terjadi saat ini hanyalah mimpi buruk semata. Namun gadis itu harus berpikir ulang untuk menganggap kejadian ini hanyalah sebuah mimpi. Pasalnya ini terasa begitu nyata untuknya.

***

Tut...Tut...Tut...

Bunyi alat pendeteksi jantung memenuhi sebuah ruangan. Terlihat seorang gadis yang tengah tertidur pulas sambil menggenggam tangan seorang cowok yang terbaring di sana.

Gadis itu membuka matanya yang sembab. Ia langsung menegakkan kepalanya dengan napas yang masih memburu. Pandangannya beralih pada sebuah tangan yang terkulai lemah di genggamannya. Ia mengatur napasnya.

Mimpi macam apa itu?

Dara melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul 16.25, itu berarti ia telah tertidur selama tiga puluh menit. Gadis itu menghela napas panjang. Ia harus segera pulang. Dengan gerakan perlahan, ia melepaskan genggamannya pada tangan Nathan.

Deg.

Jantungnya seakan berhenti berdetak saat merasakan sesuatu di telapak tangannya. Gadis itu menghentikan aktivitas melepaskan genggamannya untuk memastikan apa yang ia rasakan.

Nathan menggenggam tangannya!

Tangan lemah itu menggenggam tangannya. Dengan perasaan yang membuncah, Dara melepaskan perlahan tangannya. Gadis itu menaruh dengan hati-hati tangan Nathan. Ia tersenyum simpul.

Namun senyumannya memudar saat menyadari sesuatu. Jantungnya kembali berdetak kencang.

Dara melihat pergerakan kecil yang terjadi di jemari Nathan. Gadis itu mengamati pergerakan jemari Nathan yang sedikit terangkat ke udara. Jemari itu seolah ingin mendekat ke jemari Dara yang masih berada tepat di sampingnya.

Dara terdiam sejenak. Apakah Nathan ingin digenggam? Dengan perasaan yang berkecamuk ia kembali meraih tangan itu, kemudian menggenggamnya.

Benar saja, Dara bisa merasakan genggamannya dibalas oleh Nathan. Meskipun itu hanya sedikit. Gadis itu tersenyum simpul dan semakin mempererat genggamannya.

Cup...

Dara mengecup lama punggung tangan Nathan. Ia kemudian membenarkan letak selimut Nathan yang sedikit turun.

Aku pulang dulu ya. Kamu cepet sembuh!

Gadis bersurai sebahu itu melepaskan genggamannya, sebelum akhirnya berjalan keluar dari ruangan. Ada perasaan lega yang menyelimuti hatinya.

Dara mengambil udara sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskannya perlahan. Gadis itu tersenyum simpul dengan kemajuan kondisi Nathan saat ini.

Semoga besok cowok itu bisa kembali membuka mata.

***

Seorang gadis terlihat keluar dari sebuah gedung bernuansa putih. Gadis itu mengambil ponselnya untuk memesan ojek online. Ia akan pulang ke rumahnya mengingat hari mulai sore.

Dara mengerutkan keningnya saat melihat seorang cowok bertengger manis di atas motor berwarna merah. Dengan perasaan yang masih bingung gadis itu menghampiri cowok yang kini memasang raut tak berdosanya. Bahkan cengengesan tidak jelas.

Gadis itu memilih kembali memasukkan ponselnya. Ia tidak jadi memesan ojek online setelah melihat kedatangan cowok itu. Dara telah mencium bau-bau akan ada tumpangan gratis.

"Kamu ngapain di sini?"

Pembicaraan seketika beralih menggunakan bahasa isyarat. Tak perlu khawatir orang yang diajak berkomunikasi tidak mengerti. Karena cowok itu sudah cukup mengerti bahasa isyarat.

"Emangnya nggak boleh ya?"

Cowok itu memasang raut bingung plus polos miliknya. Membuat Dara kesal setengah mati.

"Anterin gue ke suatu tempat yuk!"

"Kemana?"

"Naik aja dulu! Gue yakin seratus persen, lo pasti suka."

Meskipun keraguan masih menyelimuti dirinya, namun Dara tetap mengikuti kemauan Lucas yang mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.

***

Tak ada yang bisa dilakukan oleh Dara selain diam di tempatnya. Gadis itu menatap sepupu anehnya yang kini tengah bermain dengan beberapa kucing. Saat ini mereka tengah berada di sebuah pondok kecil di tengah-tengah perkebunan milik keluarga Lucas. Letaknya cukup jauh dari rumah Lucas maupun rumah Dara.

Terlihat jelas raut wajah Lucas yang sangat antusias dengan kucing-kucing lucu yang mengelilinginya. Tak hanya mengelilingi tubuh Lucas, kucing-kucing itu bahkan tak segan memanjat ke tubuh cowok itu. Lucas juga sepertinya tidak keberatan dengan hal tersebut. Ia justru memeluk, menggendong, bahkan mencium kucing-kucing itu.

Dara berjalan mendekat. Gadis itu kemudian ikut duduk di samping Lucas yang tengah sibuk dengan aktivitasnya. Ia tak menyangka, cowok absurd dan sedikit tempramen ini masih menyukai hal di masa kecilnya.

"Kamu beli mereka di mana?"

"Mereka siapa?"

Dara menghela nafas berat, "Kucing-kucing kamu! Lucu banget...," ungkap Dara sembari menggendong salah satu kucing berwarna putih bersih.

Lucas membulatkan mulutnya, "Gue nggak beli."

Dara mengangkat sebelah alisnya, "Terus?"

Lucas tak langsung menjawab. Cowok itu justru menggaruk-garuk bulu kucing yang berada di pangkuannya. Deretan gigi rata dan putihnya terlihat saat ia memamerkan senyum bahagianya.

"Gue mungut mereka di jalanan."

Lagi, Dara dibuat tercengang dengan ungkapan ajaib Lucas. Ia terdiam, antara bingung, takjub, dan masih tak percaya. Ternyata cowok itu bukan sekedar cowok absurd bin aneh yang belakangan ini tinggal di rumahnya. Melainkan seorang malaikat bagi kucing-kucing jalanan yang tidak terurus.

"Kasian kan, kalo dibiarin aja."

Dara hanya bisa mengangguk setelah mengerti apa yang diucapkan oleh Lucas.

Seekor kucing mendekati Dara kemudian menempelkan bulunya di kaki Dara. Gadis itu tersenyum sebelum akhirnya mengambil alih kucing berbulu jingga itu ke dekapannya.

Tak ada ruginya ia menemani Lucas ke tempat ini. Gadis itu sedikit terhibur dengan Lucas dan kucing-kucingnya yang lucu dan menggemaskan. Ia juga jadi lebih mengenal sosok Lucas yang sebenarnya. Lucas bukan hanya seorang cowok absurd dan menyebalkan, yang mampu membuat orang naik darah saat beradu mulut dengannya. Cowok itu juga punya sisi lain yang jarang diketahui orang lain.

"Bantuin gue kasih makan mereka yuk!"

Dara terdiam sejenak sebelum akhirnya ia mengangguk sambil tersenyum.

Lucas ikut tersenyum. Sebenarnya cowok itu tahu sepupunya ini sedang tidak baik-baik saja. Itulah sebabnya ia mengajak Dara ke rumah kucing miliknya. Karena ia tahu Dara menyukai kucing, sama seperti dirinya.

***

Akhirnya bisa update :)

Maaf nungguin lama....

Btw, masih ada yang nungguin gak?

Saya harap kalian bisa menikmati ceritanya....

Arigatou gozaimasu 🙏🙏!

Jya! Mata ne! ;)

Sabtu, 4 April 2020

NARAWhere stories live. Discover now