Dia Milikku

4.8K 250 17
                                    

Bertemu lagi dengan saya...

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...

Selamat membaca....

***

Andra tertawa mengejek sembari berdiri, "Cuman ini kemampuan lo?" tanyanya dengan nada mengejek.

Bugh...

Nathan kembali meninju wajah Andra, cowok itu benar-benar kalap sekarang. Tak tinggal diam, Andra membalas pukulan tersebut.

Bugh...

Nathan tersungkur ke lantai mall, ia mengusap kasar hidungnya yang mengeluarkan darah. Beberapa orang di sekitar hanya bisa menonton dan mengerumuni keduanya sambil menunggu satpam datang.

Dua cowok tadi saling adu jotos, membuat wajah tampan mereka babak belur.

Dari arah kerumunan, seorang gadis mencoba menerobos masuk untuk melihat kejadian tersebut. Matanya membulat seketika melihat kakaknya sedang adu jotos dengan wajah yang sudah babak belur. Posisi Nathan berada di atas tubuh Andra yang sudah terlihat kewalahan.

"Kak Nathan!"

Nantha mencoba menarik tubuh Nathan yang berada di atas tubuh Andra. Gadis itu terlihat menangis karena ketakutan.

"Gue ingetin sama lo, jangan pernah coba-coba ngambil sesuatu milik gue!" ucap Nathan yang kini sudah berdiri karena ditarik oleh adiknya. Cowok itu keluar dari kerumunan orang sambil menarik tangan adiknya.

Beberapa saat kemudian satpam mall baru datang dan membubarkan orang-orang. Telat. Kedua cowok itu sudah berhenti berkelahi.

***

Nathan duduk di salah satu bangku taman di dekat mall yang ia datangi tadi. Cowok itu mengobati lukanya menggunakan kapas yang dibasahi dengan obat merah yang dibeli oleh Nantha.

"Maafin Nantha ya Kak," ucap Nantha sambil menunduk takut. Gadis itu tak berani menatap wajah sang kakak yang sedang dalam kondisi tersulut emosi.

"Kenapa minta maaf?" tanya Nathan bingung, seharusnya ia yang meminta maaf karena tidak jadi membeli es krim untuknya.

"Gara-gara Nantha, Kakak jadi babak belur," ucapnya masih dengan menunduk.

Nathan menaruh kapasnya, cowok itu menghela nafas panjang. Ia tersenyum simpul, benar-benar polos, pikirnya.

"Sini!" ucapnya sembari menepuk kursi panjang di sampingnya. Dengan kepala yang masih menunduk, Nantha mengikuti perintah kakaknya. Gadis itu duduk di samping Nathan.

"Nantha udah kelas berapa?" tanya Nathan mengalihkan pembicaraan. Ia tahu adiknya takut dengannya, dan ia tidak mau itu terjadi. Karena selama ini dirinya selalu menjaga sikap di depan adiknya. Ia tak akan mengeluarkan kata-kata kasar jika di depan adiknya. Meskipun tampilannya seperti anak berandalan, cowok itu akan berusaha menjaga sikap di depan keluarganya, terutama ibu dan adiknya.

"Kelas sembilan," jawab Nantha, gadis itu mulai berani menatap kakaknya. Ya, meskipun sudah kelas sembilan, namun umur gadis itu masih tiga belas tahun. Karena ia masuk SD pada umur lima tahun, berbeda dengan Nathan yang masuk pada umur tujuh tahun.

"Berati tahun depan masuk SMA ya?" Nantha mengangguk polos sebagai jawaban. Hal itu membuat Nathan tersenyum. Ia suka adiknya yang polos dan kekanak-kanakan. Kalau cowok itu bisa, ia tak ingin membiarkan adik kecilnya itu beranjak dewasa. Karena ia suka adiknya yang manja jika bersamanya.

"Mau sekolah dimana?"

"Hmm...sama kayak Kak Nathan aja deh."

Nathan mengangguk sambil tersenyum. Meskipun dalam hati ia sedikit khawatir jika Nantha bersekolah di tempat yang sama dengannya. Karena otomatis orang-orang akan tahu kalau ia punya adik perempuan. Hal itu bisa menjadi sasaran empuk bagi musuh-musuhnya yang pasti akan menjadikan Nantha ancaman baginya.

NARAOnde histórias criam vida. Descubra agora