Hari-hari bersamanya

2.1K 109 1
                                    

Happy reading!!!

Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan!!!

***

Seorang gadis terlihat berdiri di depan cermin. Dengan senyuman yang mengembang, gadis itu menyisir rambut sebahunya yang berwarna hitam. Seragam putih abu-abu melekat pas pada tubuhnya. Kegiatan gadis itu terhenti saat seseorang memanggilnya dari luar kamar.

"Dara! Ada Nathan di bawah, sayang!"

Gadis itu semakin mengembangkan senyumnya. Ia kemudian menaruh sisir rambut di atas meja rias, mengambil tas yang berada di atas kasur, dan berjalan keluar kamar.

Dari anak tangga, gadis itu bisa melihat Nathan tengah berbincang dengan mamanya. Mereka tampak akrab.

"Hari ini senyum, empat hari lagi pasti nangis."

Dara mencoba untuk mempertahankan senyumannya. Pagi-pagi sudah bertemu dengan Lucas di anak tangga, pasti ujung-ujungnya ribut. Meskipun gadis itu sedikit membenarkan perkataan Lucas kalau tiga hari lagi ia akan menangis. Ya, tiga hari lagi perjodohan itu akan dilaksanakan.

"Lo senyum gue anggap bener!" ucap Lucas dengan tanpa berdosanya sembari menyampirkan tas ke salah satu pundaknya.

Sabar Dara!

"Kalo lo nggak senyum, gue tetep anggap bener!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Lucas langsung terbahak melihat perubahan raut pada sepupunya.

Sudah cukup! Kesabaran Dara sudah habis. Gadis itu mengangkat tangannya dan menjambak rambut sepupunya yang menyebalkan itu.

"Aduh... sakit... sakit Fell... ampun iya-iya...."

Dara tak melepaskan tangannya dari rambut Lucas. Gadis itu tidak perduli dengan cowok yang tengah mengaduh kesakitan itu. Ia terus berjalan menuruni anak tangga sambil menyeret Lucas.

"Tante! Tolong! Felly ngamuk Tan...."

Mendengar ada keributan, Nathan dan Citra sontak menoleh ke sumber suara. Mereka terkejut bukan main saat melihat Dara tanpa ampun menjambak rambut Lucas.

"Ehh... Dara! Lucas! Berhenti!" pekik Citra sembari melangkah cepat menuju ke arah dua remaja tadi.

Sementara Nathan, cowok itu memasang wajah cengonya karena melihat Lucas berada di rumah Dara. Untuk apa cowok menyebalkan itu ada di sini? Kalau pun Lucas adalah calon tunangan Dara, tidak mungkin kan menginap di rumah Dara?

"Kalian ini! Pagi-pagi udah berantem!"

Keduanya sama-sama diam. Mata Dara menatap tajam ke arah Lucas yang kini tengah mengusap-usap kepalanya.

"Nggak tau tuh Tan! Felly tiba-tiba jambak rambut aku," ucap Lucas dengan memelas.

"Kalo kamu nggak gangguin ya nggak bakalan dijambak!"

Lucas mengerucutkan bibirnya kesal. Tantenya tidak membela.

"Udah! Mending kalian berangkat sekarang!"

Dara tidak memperdulikan Lucas lagi. Gadis itu berjalan menghampiri Nathan yang masih memasang raut bingung.

"Lucas kenapa di sini?" Nathan bertanya pada gadis yang kini tengah berdiri di hadapannya. Cowok itu mengamati gadis cantik itu yang terlihat menuliskan sesuatu di note kecil miliknya.

Nanti aku jelasin

Nathan mengangguk mengiyakan saja. Lagi pula tidak penting juga ia memperdulikan keberadaan cowok tengil itu. Yang ada ia malah akan naik darah jika terlalu lama berdekatan dengan Lucas.

Nathan kemudian menghampiri Citra yang terlihat sedang menceramahi Lucas. Sebenarnya ia ingin sekali terbahak melihat wajah Lucas sekarang yang begitu mengenaskan. Cowok itu bahkan harus sampai menggigit bibir bawahnya untuk mencegah tawanya meledak saat ini juga.

"Mah! Kita berangkat dulu ya, assalamualaikum!" ucap Nathan kemudian mencium tangan Citra, diikuti oleh Dara di belakangnya.

"Hati-hati ya!"

Keduanya mengangguk sambil tersenyum simpul. Mereka kemudian berjalan untuk berangkat ke sekolah bersama.

***

"Oh... jadi Lucas itu sepupunya lo?"

Dara mengangguk sambil tersenyum. Mata indahnya mengamati keadaan taman belakang sekolah yang terlihat sepi. Ya, saat ini mereka tengah duduk di bangku taman belakang sekolah yang terkenal sepi. Tak banyak yang mengunjungi taman yang biasanya dijadikan akses untuk membolos ini. Hanya ada beberapa orang saja.

"Bagus lah kalo dia bukan calon tunangan lo," ucap Nathan bernafas lega. Cowok itu tak bisa membayangkan jika nantinya Lucas adalah calon tunangan Dara. Melihat kejadian pagi tadi sudah cukup membuktikan kalau ternyata bukan hanya dirinya yang naik darah jika berdekatan dengan Lucas terlalu lama. Seorang gadis tuna rungu seperti Dara juga ternyata bisa naik darah jika bersama cowok itu.

Keadaan menjadi hening sejenak. Mereka larut dalam pikiran masing-masing. Memutar memori lama dimana mereka saling dipertemukan, kejadian-kejadian yang sudah mereka lewati, kisah cinta mereka, semua itu berlalu dengan sangat cepat.

"Nggak nyangka, besok udah penerimaan raport."

Dan tiga hari lagi kita akan berpisah, batin Dara. Tenggorokan gadis itu tercekat. Jadi hanya sampai di sini saja kisah mereka? Kisah cinta yang berakhir tak menyenangkan.

"Waktu kita tinggal dua hari lagi."

Dara menoleh ke arah Nathan. Gadis itu menatap manik tajam milik Nathan yang kini juga tengah menatapnya. Mereka saling pandang selama beberapa saat. Sebelum akhirnya Dara memilih memutuskan pandangannya setelah melihat senyuman miris dari cowok itu.

"Pokoknya gue mau kita bersenang-senang di waktu yang singkat ini," ucap Nathan sembari tersenyum manis. Matanya menerawang jauh ke arah langit.

Dara mengunci tatapannya pada cowok di sampingnya ini. Ia akan selalu ingat wajah ini. Wajah rupawan dengan senyuman yang menawan. Senyuman yang hanya Nathan tunjukkan untuk orang-orang istimewa saja. Dan alangkah beruntungnya ia bisa menikmati senyuman itu. Menjadi salah satu orang yang istimewa bagi Nathan.

Merasa diperhatikan, Nathan menoleh ke arah Dara. Cowok itu tersenyum, tangannya merangkul pundak gadis cantik di sampingnya ini. Membuat si gadis terpaksa merapatkan tubuhnya.

Dara menjatuhkan kepalanya di bahu Nathan. Gadis itu tersenyum manis, mencari kenyamanan di sana.

"Lo orang kedua yang berhasil meluluhkan hati gue."

Dara mendongak. Gadis itu menatap wajah Nathan dengan bingung. Jari telunjuknya ia angkat, bertanya siapa yang nomor satu.

Nathan tersenyum miring, "Yang pertama udah nggak berarti lagi bagi gue."

Dara masih diam memperhatikan.

"Dia cuman manfaatin gue."

Nathan beralih menatap wajah Dara. Ia tersenyum. Bukan senyuman miring seperti yang ia tunjukkan tadi. Melainkan sebuah senyuman tulus dan menenangkan.

"Dan lo adalah orang pertama yang membuat gue bahagia, sekaligus hancur secara bersamaan."

***

Terima kasih bagi yang sudah menyempatkan diri untuk membaca cerita saya!!!

See you next time!!!

Minggu, 15 Maret 2020


NARAWhere stories live. Discover now