Hari-hari bersamanya 2

1.8K 119 6
                                    

Happy reading!!!

Karena bingung mau kasih judul apa, jadinya kayak gitu 😶

***

Dara tersenyum manis di depan cermin. Matanya melirik ke arah jam dinding yang terpasang di kamarnya. Pukul 08.45. Itu berarti lima belas menit lagi Nathan datang menjemputnya.

"Dara! Nathan udah datang sayang!"

Gadis itu menoleh, setelah mendengar teriakkan mamanya. Ia kemudian berjalan menuju ke lantai bawah dengan senyuman yang mengembang. Ternyata Nathan datang lebih awal.

Nathan mengalihkan pandangannya ke arah seorang gadis yang baru saja turun dari anak tangga. Matanya tak berkedip melihat betapa cantiknya gadis itu. Meskipun sederhana, namun tidak di mata Nathan.

Rambut sebahunya yang digerai menambah kesan cantik. Make up tipis dan natural, kaos putih, rok selutut, serta sepatu putih. Sangat pas melekat pada tubuh gadis itu.

"Mama tinggal dulu ya, pulangnya jangan malem-malem!"

Nathan mengangguk sambil tersenyum simpul. Cowok itu kemudian mencium tangan Citra, diikuti oleh Dara. Tak butuh waktu lama, Citra sudah menghilang dari pandangan mereka.

Mereka kemudian berjalan keluar. Tak lupa dengan senyuman manis yang ditampilkan oleh keduanya. Membuat siapapun yang melihatnya akan mengira mereka adalah pasangan yang baru saja jadian. Nyatanya tidak. Mereka hanya sebatas dua insan yang saling mencintai namun terhalang oleh jeruji besi. Hanya bisa bertemu namun tidak bersatu. Entah jika ada yang bisa membuka gembok jeruji besi itu.

Dara menatap bingung ke arah Nathan. Di mana motor cowok itu?

"Gue bawa mobil," ucap Nathan seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Dara.

Cowok itu kemudian membukakan pintu mobil untuk Dara, membuat Dara tersenyum kecil. Gadis itu masuk ke mobil.

Nathan berjalan memutari mobil setelah Dara masuk ke mobil dan menutup pintunya.

Keadaan hening sejenak saat di dalam mobil. Terdengar helaan nafas panjang dari Nathan. Cowok itu terlihat mengeluarkan sesuatu dari sebuah kotak yang ditaruh di atas dashboard mobil.

Dara hanya bisa diam memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Nathan. Terlihat Nathan mengeluarkan sebuah kalung dari dalam kotak itu.

"Gue mau lo pake kalung ini untuk hari ini!" ucap Nathan sembari memegang kalung bertuliskan Nara pada bandulnya itu. Kalung yang dulu pernah diberikan oleh Nathan pada Dara.

Dara memandang kalung itu sejenak. Sedetik kemudian ia mengambil kalung itu perlahan. Gadis itu tersenyum sambil mengangguk. Hal itu membuat Nathan ikut tersenyum. Cowok itu kemudian membantu Dara memakai kalung itu.

***

Nathan menggandeng tangan Dara setelah mereka keluar dari mobil. Cowok itu membawa gadis ini ke sebuah tempat. Tempat pribadi miliknya yang diberikan oleh ayahnya pada ulang tahunnya yang ke enam belas tahun lalu, sebelum mereka dipertemukan.

Dara menatap wajah Nathan sejenak dengan tatapan kagum. Gadis itu kemudian memperhatikan sekeliling. Senyumannya mengembang sempurna melihat tempat itu.

"Lo suka?" tanya Nathan sambil tersenyum manis. Dara mengangguk semangat sebagai jawaban.

Sebuah tempat yang sangat indah. Tempat yang belum pernah gadis itu lihat sebelumnya. Sebuah tempat yang terlihat seperti taman. Dengan berbagai macam jenis bunga, beberapa kupu-kupu hinggap di atasnya. Sebuah pondok berdiri tegak dengan latar belakang danau yang indah dan jernih. Beberapa pohon yang rindang menambah kesan sejuk. Ada satu pohon yang cukup besar, dimana di atasnya ada sebuah rumah pohon yang berdiri kokoh.

Mata gadis itu tertuju pada sebuah area dimana bunga melati tumbuh di atasnya. Bunga itu terpisah dari bunga-bunga yang lainnya. Dan terlihat paling terawat di antara yang lainnya.

Gadis itu berjalan mendekat dan berjongkok di depan taman mini itu. Ukurannya hanya berkisar antara 60×60 cm. Ia menghirup aroma bunga melati itu. Tersenyum manis.

Nathan ikut berjongkok di samping Dara, "Bunga melati. Kecil tapi cantik," ucapnya.

Cowok itu memetik satu bunga melati, "Tambah cantik kalo ada lo di dekatnya." Nathan menyibakkan beberapa helai rambut Dara, kemudian menyelipkan bunga melati yang ia petik di telinga gadis itu.

Perlakuan itu membuat Dara mematung di tempatnya. Gadis itu menatap mata elang milik Nathan yang kini juga tengah menatapnya. Keadaan ini berlangsung selama beberapa saat. Membiarkan semilir angin menerpa wajah mereka dan menerbangkan  daun-daun kering.

Gadis itu memutuskan pandangannya setelah merasa pipinya mulai memanas. Terdengar kekehan dari mulut Nathan.

"Ke sana yuk!" ucap Nathan sembari menunjuk ke arah rumah pohon.

Dara mengangguk. Mereka kemudian mulai berjalan dan menaiki tangga menuju ke rumah pohon itu.

Gadis itu menatap takjub saat sudah sampai di dalam. Ukuran rumahnya cukup luas, bisa menampung sekitar enam orang. Ada dua jendela yang menghadap ke arah danau, membuat kalian bisa leluasa memandang jernihnya air danau dari atas sini. Di pojok ruangan juga ada sebuah gitar.

Gadis itu melongok ke luar jendela. Menghirup udara segar dan ditemani suara burung membuatnya tenang.

"Ini tempat favorit gue."

Dara menoleh dan mendapati Nathan telah memegang gitar. Gadis itu mengubah posisinya menjadi menghadap sepenuhnya ke arah Nathan.

"Lo adalah orang luar pertama yang gue ajak ke sini setelah keluarga gue."

Lagi. Dara merasa menjadi orang yang sangat istimewa di hadapan Nathan.  Ia sangat beruntung bisa menjadi orang yang istimewa bagi cowok itu. Setidaknya pernah. Karena dua hari lagi gelar itu mungkin tidak berlaku lagi.

"Gue pengen nyanyi buat lo!"

Meskipun Nathan tahu Dara tak bisa sepenuhnya menikmati lagu yang ia bawakan, namun setidaknya ia bisa mencurahkan isi hatinya lewat lagu tersebut.

Nathan mulai memetik gitarnya. Cowok itu menyanyikan penggalan lirik lagu milik Sheila On 7 yang berjudul 'Alasanku'

Kau alasanku untuk dewasa....
Dan aku tak ingin kau terluka....
Segenap jiwa akan ku jaga
Keindahan mu....
Keindahan...
Mu....

Dara mematung di tempatnya. Suara Nathan terdengar merdu di telinganya yang tak berfungsi dengan normal itu. Seandainya ia seperti orang lain yang bisa mendengar dengan baik, suara Nathan pasti akan jauh lebih merdu dari sekarang. Ditambah lagi cowok itu sangat menghayati makna lagu yang dinyanyikannya itu. Sedetik kemudian Dara bertepuk tangan sambil tersenyum lebar. Hari ini adalah hari terbaik yang pernah ada. Ia tidak akan pernah melupakannya.

Setidaknya untuk sekarang.

Seenggaknya gue bisa bikin lo tersenyum buat yang terakhir kali.

***



Arigatou... buat yang udah sempet baca!!!

See you next time!!!

Rabu, 18 Maret 2020

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang