Dia Lagi

7.2K 404 21
                                    

Bertemu lagi dengan saya...

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...

Selamat membaca....

***

Nathan berjalan dengan angkuhnya melewati koridor sekolah yang masih ramai. Banyak tatapan memuja dari siswi-siswi yang kebetulan sedang lewat. Beberapa kali namanya dipanggil oleh siswi-siswi kurang kerjaan tadi. Namun Nathan sama sekali tidak menghiraukan panggilan tersebut. Cowok itu tetap melangkah menuju ke kelasnya, ralat, kantin maksudnya. Kedua sahabatnya memang sudah menunggu di sana.

"Lagi Sya! Hahaha...."

Nathan mengerutkan keningnya saat mendengar suara tawa yang menggelenggar dari arah taman belakang sekolah.

"Wah... cantik banget deh didandanin kaya gini, hahaha...."

Nathan ingin tak peduli dengan apa yang terjadi di taman belakang sekolah. Namun, kakinya seolah melangkah dengan sendirinya.

Suara tawa semakin terdengar jelas saat Nathan semakin dekat dengan taman. Cowok itu mengerutkan keningnya saat telinganya menangkap suara isakan kecil yang berasal entah dari mana.

"Cocok banget lo jadi budak gue."

Cowok itu mulai bisa melihat keadaan di taman tersebut. Ia bisa melihat tiga orang gadis yang tengah mendandani seseorang. Nathan kenal gadis itu. Gadis yang sama dengan gadis yang tertimpuk bola basket beberapa hari yang lalu.

Nathan mendengus kesal, cowok itu berjalan dengan santainya menuju ke kerumunan gadis tadi.

"Ekhem! Lu bertiga, sini!" titah Nathan pada Tasya, Seli, dan Della. Kedua tangannya ia lipat di depan dada.

"Kenapa Nath?" tanya Tasya dengan santainya. Sementara kedua temannya sudah menunduk ketakutan.

"Lagi pada ngapain?"

"Nggak ngapa-ngapain," elak Tasya.

Nathan tertawa sinis, "Terus gue percaya gitu?"

"Emang tuh cewek ngelakuin apa sih, sampe-sampe lu bertiga ngebully dia?"

Semua diam mendengar perkataan Nathan. Tasya memutar malas bola matanya. Ia menatap mata Nathan yang kini juga tengah menatapnya.

Pandangan Nathan beralih pada gadis yang kini tengah diikat di atas kursi dengan penampilan yang berantakan. Wajahnya dipoles dengan makeup berlebihan yang membuatnya terlihat seperti badut. Rambutnya dikuncir enam serta seragam sekolah yang dicoret-coret menggunakan spidol. Matanya sembab, terlihat juga jejak air mata di pipi gadis itu.

"Pergi lo bertiga!"

Tanpa menunggu perintah kedua dari Nathan yang pastinya lebih kasar, ketika cewek itu pergi meninggalkan taman belakang sekolah.

Namun sebelum itu, Nathan sempat menarik tas milik Della dan menggeledahnya. Ia tahu pasti di dalam tas milik cewek sejenis mereka pasti ada alat makeup. Nathan mengambil pembersih wajah dan kapas sebelum akhirnya mengembalikan tas tersebut pada pemiliknya.

Nathan berjalan mendekati gadis itu yang terlihat menunduk. Tangannya meraih tali yang mengikat tubuh Dara. Ia melepaskan ikatan tersebut dengan hati-hati.

Matanya membulat seketika melihat luka goresan benda tajam yang cukup besar di tangan gadis di hadapannya ini. Sadar Nathan sedang memperhatikan lukanya, Dara langsung menarik kedua tangannya dan menyembunyikannya di belakang punggung.

Nathan menatap tajam gadis itu dan menarik tangannya untuk memastikan penglihatannya.

"Ini kenapa?" tanya Nathan dengan nada agak tinggi dan khawatir. Dara hanya menggeleng cepat sambil menunduk.

"Ikut gue ke UKS!"

Tanpa ba-bi-bu lagi, Dara mengikuti langkah lebar Nathan menuju ke UKS. Suasana sekolah terbilang sudah sepi, dan itu keuntungan bagi Dara karena tidak ada yang melihatnya dengan kondisi seperti ini.

"Duduk!" titah Nathan setelah mereka sampai di UKS. Dara menurut, gadis itu duduk di salah satu ranjang UKS dan memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh cowok itu.

Nathan terlihat kebingungan saat mencari obat merah. Butuh beberapa menit untuk dirinya bisa menemukan obat merah tersebut. Cowok itu kemudian mencari perban untuk membalut luka di telapak tangan Dara.

"Nah, ini!" ucapnya dengan bangga setelah berhasil menemukan perban. Cowok itu melangkah mendekati Dara yang sedang duduk sambil menahan kantuknya.

"Tangan lo sini!"

Dara mengulurkan tangan kanannya untuk diobati oleh Nathan. Cowok itu mulai menempelkan kapas yang sudah diberi obat merah secara perlahan. Terdengar rintihan kecil yang keluar dari mulut Dara akibat rasa perih di tangannya.

"Sakit ya?" tanya Nathan dengan raut khawatir. Dara hanya mengangguk mengiyakan.

"Bentar lagi kok," ucap Nathan sambil kembali menempelkan kapas ke tangan Dara. Tanpa diduga, Nathan meniup tangan Dara, bermaksud mengurangi rasa perih gadis itu.

"Udah," ucap Nathan dengan senyuman yang merekah setelah berhasil mengobati dan membalut luka di tangan kanan Dara.

"Sekarang, tinggal gue bersihin muka lo," ucap Nathan sembari mengambil pembersih wajah yang ia rampas dari tas Della.

Nathan mulai menumpahkan pembersih wajah di atas kapas, kemudian mengoleskannya pada wajah Dara. Sedikit-demi sedikit makeup badut yang dipoleskan oleh Tasya dkk terangkat.

"Merem Ra!" ucap Nathan saat dirinya akan membersihkan makeup di area mata.

Dara memejamkan matanya. Nathan mulai memajukan wajahnya untuk mengoleskan kapas di area mata gadis di hadapannya. Cowok itu bisa merasakan deru nafas Dara yang menerpa wajahnya, sampai-sampai ia harus menahan nafasnya saat berada di jarak yang sedekat ini. Entah apa yang terjadi, Nathan merasakan tubuhnya seolah mati rasa. Bahkan untuk sekedar menggerakkan tangannya saja terasa berat.

Nathan beralih membersihkan bibir Dara yang dipoles seperti badut menggunakan lipstik. Cowok itu meneguk susah salivanya saat melihat bibir mungil Dara yang terlihat menggoda.

Nathan berdehem untuk menghilangkan kegugupannya, "Ud...udah!" ucap Nathan dengan terbata. Ia sendiri juga tidak tahu kenapa dirinya menjadi gugup seperti ini.

Dara mulai membuka matanya. Pandangannya beralih pada seorang cowok tampan yang sedang membereskan peralatan yang digunakan tadi.

Dara mengambil note kecil dari sakunya, gadis itu mulai menuliskan kalimat untuk ditujukan pada Nathan. Gadis itu turun dari ranjang UKS dan berjalan menghampiri Nathan.

Nathan mengalihkan pandangan pada Dara saat melihat gadis itu berjalan ke arahnya. Terlihat seulas senyum menghiasi wajah cantiknya. Gadis itu menyodorkan sebuah kertas untuk dirinya. Nathan mengambilnya karena sudah tahu gadis itu ingin mengucapkan sesuatu.

Makasih banyak udah mau nolongin aku. Kalo nggak ada kamu, aku nggak tau lagi gimana nasib aku. Maaf juga udah ngerepotin kamu.

Nathan melipat kertas tersebut setelah membacanya, "Santai aja kali sama gue. Gue juga nggak suka liat cewek cantik kaya lo dibully sama mereka...."

Dara tertawa kecil. Ia kemudian berjalan ke arah pintu, melongok ke luar.

"....Mending jadi pacar gue." Nathan mengatupkan bibirnya setelah mengatakan kalimat tersebut. Cowok itu bahkan menyentil mulutnya sendiri.

Untung saja Dara sedang berada di ambang pintu, jadi gadis itu tidak mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Nathan.

"Untung aja nggak denger."

***

Terima kasih banyak bagi yang sudah membaca, memberikan dukungan, memberikan masukan, dan mem-follow akun saya...

Sampai jumpa di bagian selanjutnya...

Senin, 9 Desember 2019

NARAWhere stories live. Discover now