Praktek

2.3K 119 2
                                    

Terima kasih bagi para pembaca yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya...

Selamat membaca....

***

"Baiklah anak-anak, seperti yang Ibu bilang kemarin, hari ini kita akan praktek membuat kue secara individu. Untuk itu, agar mempersingkat waktu langsung saja kita menuju ke dapur sekolah!" ucap Bu Mira, menginterupsi siswa-siswi.

Tanpa ba-bi-bu lagi, siswa-siswi mengikuti langkah Bu Mira menuju ke dapur sekolah.

Dara dan Anna berjalan beriringan menuju ke dapur sekolah. Mereka berjalan di paling belakang.

"Ra! Lo udah hafal videonya belum?" tanya Anna sembari menggamit lengan Dara.

Dara tampak berpikir sejenak, "Lumayan," ungkapnya, "kamu,?" imbuhnya.

Terdengar helaan nafas panjang dari mulut Anna. Gadis itu kemudian menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Semangat! Kamu pasti bisa."

Dara mencoba menguatkan sahabatnya yang satu ini, meskipun sekarang dirinya lebih butuh sosok penguat. Tiba-tiba pembicaraan dengan ayahnya tadi malam kembali terlintas di benaknya.

Kilas balik mulai (flashback)...

"Ada yang mau ayah omongkan ke kamu," ucap Langit dengan mimik serius.

Dara memasang telinganya baik-baik, sebenarnya tidak. Gadis itu hanya perlu memperhatikan pergerakan bibir dan tangan Langit saja. Ia memandang sekilas wajah sang ibu yang menatapnya dengan lembut. Itu cukup membuatnya lebih tenang ditengah ketegangan ini.

"Ayah punya sahabat ... dia baik banget sama keluarga kita."

Dara masih diam, menunggu kelanjutan kalimat yang akan diucapkan dan ungkapkan ayahnya.

"Dia sering bantuin kita tanpa pamrih ... dia punya anak laki-laki seumuran kamu ...." Langit menjeda kalimatnya dan ungkapannya.

" ... dan kami berencana menjodohkan kalian."

Bagaikan tersambar petir di siang hari, Dara tidak mampu mengungkapkan apa-apa lagi. Tubuhnya seakan beku menyadari penuturan ayahnya.

"Ayah harap kamu mau menerima perjodohan ini jika kami benar-benar melakukannya."

Tak ada reaksi sedikitpun yang ditunjukkan oleh Dara. Bahkan gadis itu menunduk dalam. Apa yang harus dilakukan jika perjodohan itu berlangsung? Disisi lain ia mencintai Nathan. Ralat. Sangat mencintai Nathan. Disisi lainnya ia tidak mungkin menolak tawaran ayahnya yang terlihat sangat berharap padanya.

"Mama pernah bertemu sama anaknya. Dan dia baik, banget malah. Mama rasa dia cocok sama kamu," ungkap Citra.

"Tapi kamu tidak perlu terlalu memikirkannya. Itu masih berupa rencana," imbuh Langit.

Dara merasakan matanya mulai berkaca-kaca. Pikirannya hanya tertuju pada seseorang. Nathan.

Kilas balik selesai...

***

Nathan menguap sambil menutup mulutnya dengan tangan kanan. Dilihatnya jam dinding yang berada di atas papan tulis. Tiga puluh menit lagi bel pulang berbunyi. Dan ia akan terbebas dari pelajaran yang membosankan ini.

"Gue bilang apa bos, mending tadi kita bolos," ucap Roy setengah berbisik pada Nathan.

"Ck, sekali-kali ikut pelajarannya Bu Ruk Roy," balas Nathan dengan nada malas.

Sementara itu, Reno yang duduk di depan Nathan telah masuk ke mimpinya. Tidur dengan nyenyak tanpa memperdulikan keadaan kelas.

Duk duk duk

Suara penghapus yang diadukan dengan papan tulis mengalihkan perhatian Nathan. Terlihat Bu Rukmi yang menatap ke arah pojok dengan tatapan tajam.

"Nathan! Roy!" panggil Bu Rukmi.

"Ya Bu?" jawab Roy dengan polosnya.

"Kalian ketahuan ngobrol, sekarang keluar dari pelajaran saya!" bentak Bu Rukmi.

Dengan malas, Nathan berdiri diikuti oleh Roy. Cowok itu berjalan dengan santainya ke luar kelas. Ia tidak peduli dengan tatapan kagum yang dilontarkan oleh penghuni kelas, terutama cewek karena ketenangannya dalam menghadapi Bu Rukmi.

"Bu! Reno tidur ini Bu!" teriak Roy sebelum akhirnya berjalan mengikuti langkah Nathan. Sesampainya di luar kelas, tawanya meledak. Entah apa yang akan terjadi pada Reno nantinya.

***

Nathan, Roy dan Reno duduk di salah satu meja kantin. Mereka memilih ke kantin sejenak sambil menunggu bel pulang berbunyi. Ya, Reno jadi dikeluarkan dari pelajaran Bu Rukmi karena ketahuan tidur tadi.

"Bos, lo tau nggak?" ucap Roy dengan heboh, seperti biasanya. Nathan hanya bisa memutar malas bola matanya.

"Lucas, anak geng Cakra yang tadinya sekolah di SMA... Merpati pindah ke sini," imbuhnya tanpa disuruh siapapun.

Baru setelah Roy mengatakan hal itu, Nathan langsung tertarik pada topik tersebut.

"Oh ya?"

"Apa? Jadi lo belum tau?" tanya Reno dengan kaget.

"Kayaknya lo harus hati-hati deh, soalnya dia kan demen banget cari masalah sama lo."

"Gue ingetin aja ya, jangan mudah terpancing emosi sama dia!" peringati Reno.

Belum sempat Nathan menjawab kalimat yang diucapkan oleh Reno, ponselnya bergetar.

Drt...

+62***********

Nath, ada yang pengen gue omongin sama lo...

Penting, pulang sekolah di taman belakang.

Nathan memutar malas bola matanya. Ia tahu nomor ini. Nomornya Sara. Meskipun ia tidak menyimpannya, namun ia ingat betul.

Dengan malas, ia beranjak dari tempat duduknya. Hal itu membuat Roy dan Reno mengerutkan keningnya. Mereka hendak bertanya, namun mereka urungkan melihat betapa kesalnya wajah Nathan.

"Gue pengen tau tapi gue takut Ren," ucap Roy, sedikit kemudian ia bergidik ngeri mengingat kejadian dimana Zelo yang habis dihajar oleh Nathan hanya karena mengganggunya saat ia sedang kesal.

"Sama," jawab Reno dengan singkat.

"Lo tau siapa yang bisa jadi pawang bos kita," imbuh Reno.

"Siapa ya ...," ucap Roy sembari berpikir keras.

"Dara, Nantha, sama ibunya."

***

See you next time!!

Sabtu, 4 Januari 2020

NARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang