Penting

2.4K 124 7
                                    

Terima kasih bagi kalian yang masih setia menunggu kelanjutan dari cerita NARA!!!

Selamat membaca!!!

***

Dara menyerahkan helm biru yang baru saja ia pakai pada Nathan. Gadis itu sedikit membenarkan tatanan rambutnya yang acak-acakan akibat memakai helm.

"Makasih," ungkap Dara pada Nathan.

Nathan hanya bisa tersenyum simpul sambil menganggukkan kepalanya. Ia memang mulai bisa menerjemahkan bahasa isyarat yang diungkapkan oleh Dara kalau levelnya mudah. Seperti kata terima kasih tadi.

Dara baru saja berbalik untuk melangkah masuk ke rumahnya. Namun langkahnya terhenti oleh suara Nathan.

"Oh ya, besok lo ada praktek masak ya?" tanya Nathan.

Dara berbalik dan menganggukkan kepalanya. Dari mana Nathan tahu? Batinnya.

"Lo mau bikin apa?"

Dara mengambil note kecil yang selalu ia letakkan di sakunya. Gadis itu mulai menuliskan kalimat yang ingin ia ungkapkan.

Aku mau bikin bolu kukus

Nathan mengangguk setelah membaca kalimat yang baru saja Dara tuliskan tadi.

"Kalo gitu sisain buat gue ya," ucap Nathan sembari tersenyum manis.

Dara tampak terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Nathan. Bagaimana kalau bolu kukusnya tidak enak? Dengan cepat gadis itu menggeleng sembari menuliskan kalimat di note kecil miliknya.

Kalo nggak enak?

Nathan terkekeh kecil, "Gue nggak peduli! Yang jelas gue pengen makan masakan lo!" ucapnya dengan mantap.

Dara menghela nafas panjang. Gadis itu menganggukkan kepalanya meskipun dalam hati ia sedikit khawatir jika nanti kue bolunya tidak enak.

"Janji ya?!" ucap Nathan sembari mengacungkan jari kelingkingnya.

Dara terkekeh kecil, gadis itu kemudian mengulurkan jari kelingkingnya dan menyatukannya dengan jari milik Nathan.

"Yaudah, masuk sana!" ucap Nathan.

Tanpa menunggu perintah kedua dari Nathan, Dara menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan masuk ke pagar rumahnya.

***

Drt...

Ponsel Nathan berdering pertanda ada panggilan masuk. Dengan segera ia menepikan motornya dan mengambil ponsel di saku bajunya.

"Siapa sih?" gumam Nathan sedikit kesal setelah melihat nomor tidak dikenal.

"Hallo!"

"...."

"Ck, dimana?"

"...."

"15 menit, tunggu!"

Nathan melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia akan menemui seseorang kali ini. Sebenarnya malas sekali ia berurusan dengan orang ini.

***

Seorang cewek berdiri di depan gerbang sekolah. Tak henti–hentinya ia menyunggingkan senyum. Matanya terus mengamati jalanan berharap seseorang yang ia tunggu segera datang. Harapannya terkabul, orang tersebut muncul lengkap dengan motor ninja merahnya.

"Padahal belum ada 15 menit," ucap cewek tersebut.

"Yain aja, buruan naik," ucap Nathan agak kesal. Ya, cowok tersebut adalah Nathan. Sementara cewek yang menunggu tadi adalah Sara.

"Sabar kali," balas Sara dengan muka yang ditekuk.

Nathan segera menyerahkan helm pada Sara. Beberapa saat kemudian, ia mulai melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Agar cepat sampai.

***

Seorang gadis tengah duduk di meja belajarnya. Tangannya sibuk memainkan penanya di atas kertas. Tak henti-hentinya ia tersenyum manis. Mengingat bagaimana ia bertemu dengan seseorang yang kini membuatnya jatuh cinta.

Nathan itu seperti malaikat
Dia terlalu sempurna untukku
Melindungi dan mencintaiku
Tak pernah satu kali pun dia menyinggung kekuranganku
Kalau Allah mengijinkan, aku berjanji akan selalu disampingnya
Bagaimana pun keadaannya

Dara menutup buku hariannya yang berwarna biru. Gadis itu memeriksa ponselnya, membuka aplikasi YouTube dan menonton video tentang cara membuat kue bolu.

Kegiatannya terhenti saat tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya. Dara menjeda video di ponselnya. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke arah pintu, kemudian membukanya.

Hal pertama yang ia lihat adalah Citra, ibunda tercinta. Terlihat Citra tersenyum simpul kearahnya. Hal itu membuat Dara ikut tersenyum.

"Makan dulu ya," ungkap Citra dan diangguki oleh Dara.

Mereka kemudian berjalan menuruni anak tangga. Dari anak tangga, Dara bisa melihat ayahnya sudah menunggu. Seperti biasa, ayah dan ibunya selalu menyajikan senyuman mereka pada Dara. Beruntung sekali ia memiliki keluarga yang mampu menerima dan menyayanginya.

"Malam sayang," ucap Langit.

Dara hanya bisa tersenyum manis menanggapi sapaan ayahnya. Gadis itu menarik kursi yang berada di samping ibunya, kemudian duduk di atasnya.

Citra mulai mengambil piring dan mengisinya dengan nasi beserta lauknya. Wanita paruh baya itu menyerahkannya pada Langit. Ia kemudian kembali mengambil piring, mengisinya dengan nasi beserta lauknya, dan menyerahkannya pada Dara.

Hanya ada suara dentingan sendok yang beradu dengan piring. Keluarga kecil itu fokus pada piringnya masing-masing. Beberapa menit kemudian, mereka selesai dengan makan malam mereka. Seperti biasa, setelah makan malam akan ada perbincangan sederhana yang mereka ciptakan. Entah itu penting atau tidak.

Dan sepertinya malam ini menjadi malam yang akan mengganggu pikiran Dara.

"Bagaimana sekolah kamu?" tanya Langit.

"Baik Pah," ungkap Dara.

Langit mengangguk sambil tersenyum, pria paruh baya itu memandang istrinya sejenak. Menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Ia kembali tersenyum dan menatap lekat putrinya.

"Hubungan kamu sama Nathan gimana?" tanya Langit lagi.

Dara mengerutkan keningnya saat tiba-tiba ayahnya bertanya soal hubungannya dengan Nathan.

"Baik Pah," ungkap Dara lagi menggunakan bahasa isyarat.

"Ada sesuatu yang akan ayah omongkan ke kamu."

***

See you next time!!!

Jumat, 3 Januari 2020

NARAWhere stories live. Discover now