petaka

2.3K 113 7
                                    

Selamat membaca!!

Terima kasih bagi kalian semua yang masih setia menunggu kelanjutan cerita saya!!

***

Nathan melangkah dengan cepat. Pagi-pagi moodnya sudah hancur karena mendengar kabar dari ayahnya. Nantha, adiknya akan dibawa ke Semarang besok pagi. Bukankah itu terlalu mendadak?

Dan sepertinya moodnya bertambah hancur saat Sara mendatanginya. Cewek itu memasang raut khawatir saat melihat kening Nathan diperban.

"Nathan, lo kenapa?" ucap Sara sembari berusaha menyentuh perban di kening Nathan.

Dengan segera, Nathan menepisnya, "Bukan urusan lo!"

Sara kembali menyentuh kening Nathan, cewek itu tak peduli dengan sumpah serapah yang dilontarkan oleh Nathan. Tanpa Nathan sadar, ada seseorang yang memotret mereka.

Sara tersenyum licik menyadari rencana busuknya telah berhasil.

***

Dengan cepat, foto Nathan dan Sara yang tengah mengusap kening Nathan tersebar luas di penjuru sekolah. Kabar itu bahkan sudah sampai di telinga Dara.

"Ra, lo nggak papa kan?" tanya Anna setelah melihat raut muka Dara yang terlihat murung. Anna tahu soal kabar itu. Tentu saja ia sebagai sahabat yang baik berjanji untuk selalu menemani Dara bagaimana pun keadaannya.

Dara menggeleng pelan. Gadis itu sudah menceritakan semuanya pada Anna. Termasuk kejadian dimana Nathan berpelukan dengan Sara dan soal perjodohan itu.

"Terus, lo mau gimana?"

Dara kembali menggeleng. Ia sendiri juga tidak tahu harus bagaimana.

"Lo udah cerita soal perjodohan lo ke Nathan belum?" tanya Anna lagi.

Lagi-lagi Dara hanya menggeleng pelan. Anna berdecak kesal. Sahabatnya yang satu ini memang belum berpengalaman dalam hal perasaan.

"Lo harus cerita sama Nathan Ra!"

"Kapan?"

"Yee... mana gue tau. Tapi saran gue, lebih cepat lebih baik."

***

Nathan menggeram kesal saat melihat fotonya dan Sara terpampang di media sosial. Seseorang telah menyebarluaskan tanpa ijin. Kini wajahnya telah memerah menahan marah.

Roy dan Reno memilih menghindar dari pada terkena amukan Nathan yang jelas-jelas terlihat sangat marah. Tak hanya itu, teman-teman sekelasnya juga menurunkan volume suara mereka saat hendak berbicara.

"Argh...."

Prah....

Nathan membanting ponselnya hingga tak berbentuk lagi. Seisi kelas terlonjak kaget. Mereka hanya menatap iba pada ponsel Nathan yang sudah hancur. Bagaimana tidak, ponsel keluaran terbaru itu harus merelakan dirinya menjadi sasaran kemarahan Nathan.

Tak peduli dengan ponselnya lagi, Nathan melangkah keluar kelas. Seisi kelas kembali terlonjak kaget saat Nathan membanting pintu kelas.

"Anak sultan kalo marah buang-buang duit ya," ucap Budi dan diangguki oleh seluruh warga kelas.

"Impian gue gaess," ucap Anton sembari mengambil ponsel Nathan yang sudah tak berbentuk. Tak lupa ekspresi wajahnya yang terlihat mengenaskan membuat seisi kelas tertawa.

"Kalian tau nggak? Jiwa-jiwa missquinku memberontak," ucap salah satu siswi berjilbab bernama Mina.

"Bener banget tuh."

"Lagian siapa sih yang nyebarin foto itu?" tanya Reno.

Seisi kelas hanya mengedikkan bahunya acuh. Mereka juga tidak tahu siapa pelakunya.

***

Nathan berjalan cepat menelusuri koridor sekolah yang terlihat ramai. Beberapa pasang mata memandang kagum kearahnya. Ia tidak peduli. Ia harus mencari gadisnya dan menjelaskan semuanya.

Langkahnya terhenti saat melihat gadis yang ia cari tengah duduk di taman belakang sekolah. Gadis itu tidak sendirian, ia bersama sahabatnya dan seorang ... cowok?

Nathan berjalan mendekat. Perbincangan mereka mulai terdengar jelas di telinganya.

"Udah dong Fell, jangan nangis terus ah," ucap cowok tersebut sembari mengelus punggung Dara perlahan. Ya, cowok itu memeluk tubuh Dara. Sementara itu, Anna berjongkok di depan mereka juga mencoba menenangkan Dara yang dari tadi menangis.

"Nathan juga harus lo kasih tau," ucap Anna.

Nathan mengerutkan keningnya mendengar perkataan Anna. Apa yang perlu ia tahu?

"Lupain aja si Nathan! Kalo bisa sih, lo sama gue aja," ucap cowok tersebut mengeratkan rengkuhannya.

Plak....

"Sembarangan lo!" ucap Anna setelah memukul keras paha cowok tersebut. Membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

"Aduh ... ampun deh, cantik-cantik tangannya enteng banget. Liat tuh Fell! Temen lo main kasar sama gue!"

Anna hanya mencibir mendengar perkataan tersebut.

Nathan berhenti di tempatnya. Ia tahu siapa cowok tersebut. Ia adalah salah satu musuhnya yang menyebalkan. Lucas. Yang menjadi pertanyaan besar adalah, bagaimana bisa Dara mengenal Lucas? Cowok ter–absurd yang pernah ia temui.

Nathan hendak melangkahkan kakinya lagi. Namun sebuah kalimat yang diucapkan oleh Lucas membuat tubuhnya menegang seketika.

"Nathan harus tau soal perjodohan itu."

Bagaikan tersambar petir di siang hari, Nathan merasakan sesak yang luar biasa pada dadanya. Cowok itu membalikkan tubuhnya menatap ke arah mereka yang belum menyadari keberadaannya.

"Perjodohan apa?"

Semua mata tertuju pada Nathan yang kini tengah berdiri kaku. Nafasnya mulai memburu. Mereka tampak terkejut menyadari Nathan berada di sana. Mereka langsung berdiri.

Kring....

Bel pulang sekolah berbunyi membuat mereka mengalihkan perhatian sejenak. Sebenarnya hanya Lucas dan Anna. Sementara Nathan dan Dara masih terdiam dan saling pandang.

"Jelasin ke gue!"

Anna yang sadar akan situasi dan kondisi, langsung menarik pergelangan tangan Lucas untuk pergi meninggalkan tempat. Gadis itu tahu Lucas akan mengacaukan keadaan dengan tingkah anehnya yang bisa kapan saja muncul.

Setelah kedua orang tadi pergi, tinggallah Nathan dan Dara yang masih terdiam. Menikmati hembusan angin yang menerbangkan rambut mereka.

Nathan mendekat, "Jelasin ke gue," ucapnya dengan suara parau.

Dara mendongakkan wajahnya. Matanya sudah berair. Ia akan menjelaskan semuanya. Masalah ini harus usai saat ini juga.

***

Mohon maaf jika cerita saya ini semakin tidak jelas!!

Terima kasih!!!

Sabtu, 11 Januari 2020

NARAWhere stories live. Discover now