Dia Orangnya?

2.2K 111 0
                                    

Happy reading!!!

Terima kasih bagi yang masih setia menunggu dan membaca cerita saya!!!

***

Dara memasuki rumahnya dengan perasaan yang bahagia. Bagaimana tidak? Gadis itu baru saja memperbaiki hubungannya dengan Nathan. Meskipun tidak balikkan, namun itu sudah cukup baginya.

Tak henti-hentinya ia menyunggingkan senyum manisnya. Membuat seorang cowok yang tengah duduk di ruang tamu menatapnya heran.

"Ngapa lo? Senyam-senyum sendiri kagak jelas?" tanya Lucas, kemudian memasukkan secomot pilus ke mulutnya.

Dara berhenti sejenak, memutar malas bola matanya, kemudian kembali melangkah dan duduk di sofa.

"Kamu kapan pulang ke rumah kamu?"

Lucas menatap sengit ke arah sepupunya itu, "Ngusir gue lo?"

Dara mengangguk sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Hal itu membuat Lucas melotot ke arahnya.

"Wah parah, ini nih... ciri-ciri orang yang terkena virus bucin."

Dara menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Sabar. Menghadapi cowok bermulut banyak seperti Lucas harus ekstra sabar.

"Balikan sama mantan, sepupu dibuang!"

Tak ingin berlama-lama di ruangan yang sama dengan cowok menyebalkan itu, Dara memilih beranjak dari tempat duduknya. Berjalan menuju kamar meninggalkan Lucas yang telah mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Woi Bambang! Gue lagi ngomong sama lo ya!"

Meskipun Lucas sudah berteriak-teriak kesal, namun Dara sama sekali tidak menggubrisnya. Membuat cowok yang berstatus sebagai sepupunya itu kesal bukan main.

***

Dara membanting tubuhnya di atas kasur empuk miliknya. Gadis itu menggembungkan pipinya kesal. Bisa-bisa ia akan menjadi cewek yang temperamental juga kalau Lucas tak segera pulang ke rumahnya. Bagaimana tidak? Hampir setiap saat, cowok itu selalu saja mengganggunya.

Tok...tok...tok

Dara menoleh, dengan perasaan yang masih kesal gadis itu berjalan dan membuka pintu kamarnya. Hal pertama yang ia lihat adalah seorang wanita cantik yang tengah tersenyum ke arahnya.

"Boleh Mama masuk?" Tanpa menunggu lama, gadis itu langsung mengangguk mengiyakan.

Citra berjalan masuk diikuti oleh Dara. Mereka kemudian duduk berhadapan di atas ranjang.

"Mama mau ngomong soal orang yang akan dijodohkan sama kamu."

Tubuh Dara menegang seketika. Dalam hati ia menebak-nebak siapa orang tersebut.

"Kamu belum tau kan?"

Hanya anggukan kepala yang diberikan oleh Dara.

"Jadi Mama akan kasih tau sekarang!"

Jantung Dara seakan bekerja lebih cepat dari biasanya. Siapa orangnya? Ayolah... cepat beri tahu...tak tahukah Citra kalau putrinya ini tengah menantikan jawabannya?

"Namanya adalah—"

Cklek...

Belum sempat Citra melanjutkan kalimatnya, seseorang membuka pintu kamar dan mengacaukan keadaan. Dara menghela napas pasrah ketika ayahnya muncul secara tiba-tiba.

"Mah! Anaknya udah datang di depan!" ucap Langit sambil tersenyum lebar.

Dara membulatkan matanya. Jantungnya seakan berhenti berdetak. Siapa yang datang? Siapa? Orang yang Mama maksud tadi? Calon tunangan? Atau hanya sekedar abang-abang Go-Jek yang mengantarkan pesanan? Tapi tak mungkin kalau yang datang adalah abang-abang Go-Jek. Dilihat dari raut wajah Langit, pria itu terlihat sangat bersemangat dan... Entahlah, Dara tidak tahu.

Terlihat mata Citra berbinar mendengar kabar tersebut. Wanita cantik itu kemudian beranjak keluar dari kamar Dara. Meninggalkan yang empunya kamar dalam keadaan bertanya-tanya.

Dara yang masih terdiam di tempatnya mencoba untuk mengatur degup jantungnya. Dengan langkah yang ragu, gadis itu mulai berjalan menuju ke lantai bawah.

Dari anak tangga, ia bisa melihat kedua orangtuanya tengah berbincang dengan seorang cowok. Gadis itu mengamati cowok yang kini tengah memperlihatkan senyumannya pada kedua orangtuanya. Wajahnya tampan, senyumnya menawan, dan... astaga! Dara pernah melihat cowok itu!

"Dara! Sini sayang!"

Dengan jantung yang masih berdetak cepat, gadis itu menuruni tangga perlahan. Tak ada alasan untuk menolak panggilan dari Langit. Ia kemudian duduk di samping ibunya.

"Oh ya! Kenalin ini namanya Candra!"

Candra mengulurkan tangannya. Dara menyambut uluran tangan itu dengan ragu.

"Nggak usah dikenalin juga udah tau kok Tan! Soalnya kita pernah ketemu," ucap Candra sembari tersenyum manis.

"Oh iya yah, kalian kan satu sekolah."

Dara sudah ingat sepenuhnya sekarang. Cowok itu adalah cowok yang sering berada di lapangan basket. Ia juga sering bertanding dengan Nathan. Dan sekarang, cowok itu adalah orangnya? Orang yang akan dijodohkan untuknya?

Dara tersenyum simpul. Matanya menatap wajah Candra yang kini tengah menatapnya sambil tersenyum juga. Sementara kedua orangtuanya tengah berbincang sendiri, entah membicarakan apa.

Candra melirik ke pergelangan tangannya, "Udah sore Tan! Aku pulang dulu ya!"

"Eh, udah mau pulang? Ya udah, hati-hati di jalan!" Candra mengangguk sambil tetap mempertahankan senyumannya. Cowok itu kemudian mencium tangan Langit dan Citra.

"Om! Tante! Dara! Duluan ya, assalamualaikum!"

"Wa'alaikumsallam!"

Keadaan menjadi hening. Langit dan Citra telah beranjak dari tempat duduk mereka untuk melakukan kegiatan masing-masing. Sementara Dara masih terdiam di tempatnya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi selanjutnya. Sampai tiba-tiba sebuah suara membuatnya harus menyiapkan oksigen sebanyak-banyaknya.

"An*ay dipisah...laut dan pantai.... Tak ada nana...nanananana...."

Dara menatap tak percaya pada Lucas yang kini telah duduk di depannya sambil bermain ponsel. Gadis itu menggelengkan kepalanya saat mendengar Lucas menyanyikan sebuah lagu yang cukup legendaris. Bukan soal lagu ataupun suaranya yang membuat gadis itu terheran-heran. Suaranya tidak terlalu buruk, namun cowok itu tidak hafal liriknya. Bahkan kalau tidak salah dengar, cowok itu mengganti liriknya, yang seharusnya andai berubah menjadi an*ay.

"Tadi senyam-senyum, sekarang geleng-geleng. Kenapa sih?"

Dara memilih diam memperhatikan sepupunya yang tengah bermain game online. Percuma jika ia melayani celotehan Lucas. Tak pernah ada ujungnya.

"Nggak terima sama kenyataan kalo lo putus lagi sama Nathan? Makanya geleng-geleng kepala?"

Tuh kan. Cowok itu ngelantur lagi. Dara masih diam.

Lucas masih setia menatap layar ponselnya, "Gue kasih trik, buat lo yang mau geleng-geleng kepala karena nggak terima sama kenyataan. Kalo mau geleng-geleng kepala jangan cepet-cepet! Takutnya malah kecengklak terus nggak bisa balik lagi, pelan-pelan saja...." ucapnya sambil bernyanyi pada saat mengatakan pelan-pelan saja.

"Lepaskanlah...ikatanmu... dengan aku... biar kamu senang... bila berat... melupakan aku...."

Sebelum Lucas melanjutkan lirik terakhirnya yang sudah pasti ngawur, Dara mengambil bantal yang berada di sampingnya kemudian melemparkannya ke wajah Lucas.

Lucas menatap prihatin pada Dara, sedetik kemudian cowok itu berteriak meminta tolong pada Tantenya, "TANTE!! FELLY MUKUL WAJAH LUCAS YANG GANTENG INI TAN!!"

Dara mendelik tajam ke arah Lucas. Baru saja gadis itu akan kembali menyerang sepupunya, suara mamanya yang melerai membuatnya harus berhenti dan mengurungkan niat.

"LUCAS! DARA! JANGAN BERANTEM MULU!!"

***

Terima kasih atas partisipasi dan dukungannya!!

Arigatou gozaimasu!!

Sabtu, 14 Maret 2020

NARAWhere stories live. Discover now