Tragedi 2

3.7K 190 2
                                    

Selamat membaca!!!

***

Andra menatap wajah cantik Dara yang tengah tertidur di sampingnya. Cowok itu tersenyum penuh kemenangan karena telah berhasil merebut Dara dan membawanya ke gudang di sudut kota.

"Hahaha... mampus lo, Nathan Dirgantara! Pasti sekarang lagi pada sibuk nyariin nih cewek."

Andra memarkirkan mobilnya, "Kita udah sampe sayang," ucapnya kemudian turun dari mobil. Cowok itu berjalan mengitari mobilnya menuju ke kursi penumpang. Ia membuka pintu mobil dan membopong tubuh Dara yang masih terlelap. Entah terlelap atau pingsan.

Cowok itu berjalan dengan santainya sembari membawa tubuh Dara memasuki gudang tersebut. Letak gudang itu terbilang cukup jauh dari jalan utama, sehingga keberadaanya susah dicari. Andra membaringkan tubuh Dara di salah satu ranjang tanpa alas kasur.

"Enaknya diapain ya?"

Andra tampak berpikir keras.

***

Nathan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Cowok itu mengacak rambutnya frustasi karena belum juga menemukan Dara.

Drt...

Gudang pojok kota, gue tunggu 15 menit. Kalo nggak dateng, siap-siap say goodbye... hahaha....

"Argh...," Nathan menggeram frustasi, cowok itu menancap gasnya itu untuk menambah kecepatan. Tak perduli dengan beberapa orang yang mengumpatnya karena mengendarai mobil dengan ugal-ugalan.

"Ara! Tunggu kedatangan gue!"

***

Nathan memarkirkan mobilnya dan turun dengan tergesa-gesa. Matanya menangkap sebuah mobil yang ia yakini milik Andra. Tanpa aba-aba, cowok itu mendobrak pintu gudang.

Brak...

"Ara!" pekik Nathan setelah berhasil mendobrak pintu gudang. Nafasnya memburu, mata elangnya menatap tajam ke penjuru ruangan.

Prok... prok...prok...

Nathan menoleh ke sumber suara dimana sudah ada Andra yang berdiri dengan santainya. Cowok itu langsung menghampiri Andra dan menarik kerah baju Andra.

"Mana cewek gue?!"

"Wow...wow... wow... Santai aja kali mas bro! Itu di sana!"

Nathan melirik ke belakang dan melihat Dara tengah tak sadarkan diri. Nathan baru saja akan menghampiri Dara, namun dengan segera Andra mencegahnya.

"Ada syaratnya kalo lo mau cewek lo balik!"

Nathan menggeram kesal, "Apa?!" ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari gadisnya.

"Lawan gue dulu!"

Nathan tertawa mengejek mendengar perkataan tersebut, "Oke!" ucapnya sembari membalikkan tubuhnya bersiap untuk bertarung.

Lima menit kemudian...

Brak...

Nathan menahan pergerakan Andra dengan cara menginjak dadanya. Sementara itu Andra terlihat tak berdaya dengan luka memenuhi tubuhnya. Jangan salahkan Nathan jika nanti Andra mati. Karena Andra sendiri yang meminta. Padahal, teman-teman Nathan juga tidak ada yang berani saat cowok itu dalam mode tersulut emosi. Lah Andra? Cowok itu sama saja dengan menghantarkan nyawa pada Nathan yang memang butuh memukul orang saat sedang marah.

"Sekarang gue menang kan?"

Andra tertawa pelan, "Lain kali gue nggak akan kalah!"

Andra bangkit dan berjalan keluar dengan tertatih-tatih. Cowok itu selalu menepati janjinya, dan ia kalah. Namun percayalah, ia tak akan berhenti sampai disitu. Pasti ia akan tetap melakukan berbagai cara untuk menghancurkan Nathan.

Nathan menatap kearah Dara yang kini terlihat mengeluarkan air mata. Cowok itu berjalan menghampiri Dara yang terlihat sangat lemah. Isakan kecil yang keluar dari mulut Dara semakin terdengar jelas. Nathan tersenyum simpul saat sudah berada di samping Dara.

"Hai Ara!"

Dara semakin terisak, bahkan kini suara tangisnya terdengar hingga penjuru ruangan. Melihat hal itu, Nathan menarik tubuh Dara ke dalam pelukannya. Cowok itu menepuk-nepuk pelan punggung Dara agar gadis itu bisa sedikit tenang.

"Sstt... nggak papa, ada Dirga di sini." Butuh waktu beberapa menit untuk menenangkan Dara, sebelum akhirnya gadis itu benar-benar berhenti menangis.

"Kita pulang ya?" Dara hanya bisa mengangguk lemah. Gadis itu merasa tubuhnya melayang di udara saat Nathan menggendongnya. Tak ada penolakan sama sekali, gadis itu terlalu lelah dan memilih diam tak bergerak.

***

"Dara! Hiks...lo kemana aja...," ucap Anna saat melihat Dara terbaring di bankar rumah sakit. Memang, Nathan baru memberi tahu mereka setelah dirinya membawa Dara ke rumah sakit. Sementara kedua orangtua Dara masih dalam perjalanan ke rumah sakit.

Dara hanya bisa tersenyum simpul melihat sahabatnya yang begitu khawatir padanya.

"Kata dokter jangan dikasih pertanyaan dulu," sinis Nathan membuat Anna menoleh kearahnya. Sementara kedua sahabatnya, Roy dan Reno hanya bisa mengulum tawa.

"Apaan sih lo!" ucapnya masih diiringi isakan. Nathan terkejut saat Anna berbicara dengan nada kesal padanya. Padahal dulu saat dirinya menanyakan kelas Dara saja gadis itu terlihat ketakutan. Nathan hanya menggelengkan kepalanya. Dasar cewek, batinnya.

Cklek...

Pintu ruangan terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya tengah menangis tersedu-sedu diikuti oleh pria paruh baya di belakangnya.

"Dara! Ya Allah sayang...hiks kamu kenapa nak?" ucap Citra seraya menghampiri anaknya yang masih terlihat pucat.

"Dara nggak papa kok Mah," ungkap Dara. Citra memeluk tubuh anaknya tersebut. Matanya beralih pada Nathan yang kini tengah menatap kearah lain.

"Nak Nathan!"

Panggilan tersebut sontak membuat Nathan menoleh kearah Citra yang kini tengah tersenyum kearahnya.

"Makasih ya udah nolongin anak Ibu."

"Sama-sama Tante," jawab Nathan diiringi dengan senyuman manis, itung-itung pencitraan di depan camer.

"Ekhem... pencitraan," sindir Anna.

"Di depan camer ya emang harus gitu," imbuh Reno. Nathan sontak menoleh kearah Anna dan Reno yang kini tengah terkikik geli.

"Oh, jadi Nak Nathan pacarnya Dara?" ucap Langit, ayah Dara. Nathan hanya bisa tersenyum kikuk menanggapi pertanyaan Langit.

"Iya Om."

"Dara kok nggak cerita sama Papa sih?" tanya Langit pada putrinya.

"Dara udah cerita sama Mama Pah... cuma katanya dia malu kalo cerita juga sama Papa," jelas Citra. Sementara Dara hanya bisa menunduk malu, begitu juga dengan Nathan.

"Elah si bos, pake acara malu-malu anjing lagi," celetuk Roy. Sementara Anna dan Reno sudah tergelak melihat reaksi Nathan yang sedang salah tingkah. Untung saja kedua orangtuanya Dara tidak mendengar apa yang dikatakan oleh Roy.

Nathan menatap nyalang ketiga manusia tersebut. Yang ditatap justru semakin tergelak. Bodo amat bos, lo mau ngeliatin kita kayak gitu. Yang jelas, kali ini aman soalnya ada orangtuanya Dara...ahaha....batin Roy.

Kapan lagi bisa ngeliat lo salting Bosque...bodo amat sama endingnya nanti, yang jelas kita merdeka...ada ortunya Dara....batin Reno.

Awas lo semua....batin Nathan.

***

Terima kasih bagi kalian yang sudah memberikan vote, komentar, mem-follow akun saya, serta membagikan cerita NARA ke teman-teman kalian....

Kamsahammida

Jumat, 20 Desember 2019

NARAWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu