Bumi Yang Menginginkan Langitnya

1.1K 81 24
                                    

Entah bagaimana bisa, langit yang dulu aku kira akan terus bersama buminya kini justru pergi begitu saja.

🌫🌫🌫

"Dia punya gue."

Hening.

Mata bening cewek itu hanya bisa menatap kosong ke depan. Hanya menyaksikan bagaimana angin berhembus membuat dedaunan kering di sana terbang berjatuhan. Layaknya daun itu. Apakah sekarang Nayla juga sedang diterbangkan untuk dijatuhkan di waktu yang bersamaan?

Nayla tidak punya jawaban. Karena selamanya apa yang Kiki lakukan terhadapnya adalah teka-teki yang kuncinya sengaja Kiki simpan sendiri.

Sampai detik ini bahkan Nayla masih belum mampu memahami situasi yang terjadi. Di depannya kini ada Kiki yang berdiri tegak menutupi tubuhnya menghadap ke depan. Menatap sosok cowok tampan di depan sana yang wajahnya sudah kemerahan akibat amarah yang ditahan.

Diam-diam Nayla tersenyum kecil seraya memandangi jari jemarinya yang digenggam oleh Kiki. Begitu kuat. Seakan ia tidak ingin melepasnya cepat-cepat.

"Lo nggak punya hak." Lantang suara Rian merasuk ke pendengaran. Diam-diam juga Kiki sampai menggertakkan giginya dalam-dalam.

Kalimat ini lagi?

Kiki maju selangkah. Semakin mengikis jarak antara dirinya dan Rian. Sementara Nayla di belakang ikut maju pelan-pelan. Masih memilih diam sebagai opsi yang tenang.

Tajam mata Kiki kembali menusuk. Rian yang hampir kehilangan kendali atas dirinya hampir saja melayangkan tinjuan. Meski lebih dulu ditahan oleh Kiki.

"Kalau gitu buat gue untuk punya hak."

Kaku wajah Nayla kini sudah tidak bisa lagi dijelaskan oleh siapa-siapa. Ada getar yang tiba-tiba muncul di dada. Menyeruak seakan-akan ingin segera dikeluarkan dari sana.

Namun, bukan Rian namanya kalau tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Cowok tinggi tegap itu kini semakin mengikis jarak. Semakin menghunuskan tatapan tajamnya pada Kiki yang sebenarnya sedari tadi sudah menatapnya begitu tajam.

"Nayla selamanya milik gue. Dia cuma untuk gue!" Banyak penekanan yang Nayla dengar dari nada bicara Rian di depan sana. Memberanikan diri. Nayla lantas menoleh, menatap dalam figur Rian penuh tenang.

Sial. Kenapa ia melihat ketulusan di mata itu?

"Lo bener."

Kali ini Kiki sengaja melepas tautan tangannya dengan Nayla. Cowok itu berbalik badan sebentar. Menatap Nayla dengan senyum yang tidak kentara pada bibirnya. Lantas tangannya terulur menyentuh kedua bahu cewek itu.

Langkah kaki Nayla perlahan mundur. Benar. Kiki kini menyuruhnya mundur dari posisi semula dan itu entah untuk apa.

Masih belum menoleh. Kiki masih terus memandangi Nayla dalam-dalam. Sementara Rian di belakang sana sudah kepanasan ingin mendekat.

Lagi. Belum juga Rian mengambil langkah pertama. Tegas suara Kiki kembali mengalun di udara. Begitu dingin untuk siapapun yang mendengarkannya.

"Tapi itu dulu. Sekarang. Dia punya gue."

"Ki—"

"Diem aja lo nggak usah ngomong apa-apa," potong Kiki cepat seraya meninggalkan Nayla di dekat gerbang sekolah.

Kiki kembali melangkah ke tengah-tengah gerbang. Mulai memandangi wajah kaku Rian penuh dendam.

"Belum cukup?"

"Lo keterlaluan!"

"Harusnya gue yang ngomong seperti itu," sahut Kiki kembali tenang.

Rian membuang wajah. Menarik napas panjang kemudian kembali memandang wajah Kiki tenang.

152 Hari MELUPAKANMU ✔Where stories live. Discover now