Untukmu, Yang Tak Bisa Lagi Kuajak Berbicara

1K 78 0
                                    

Namamu akan selalu kusimpan rapi, meski ragamu telah pergi.

Sosokmu akan selalu abadi, meski kita tidak bisa saling sapa lagi.

🌫🌫🌫

Rakrian Nugroho Aidan, salah satu korban penusukan di bandara sebelum sosoknya berangkat ke Kanada. Tiba-tiba dan itu tanpa diduga. Padahal setengah jam sebelumnya Nayla sempat berada di pelataran bandara untuk mengatakan bahwa ia tidak ingin menemui Rian bahkan untuk yang terakhir kalinya.

Tidak ada yang tidak merasa kehilangan, sekalipun itu Hanin dan Ema yang begitu membenci sosok Rian karena masa lalunya dengan Nayla yang tidak baik untuk dikenang. Bukan hanya mereka, bahkan pelaku penusukan juga mengaku menyesal karena telah salah sasaran hingga buntut tindakannya sampai menghilangkan nyawa seseorang.

Hari itu, Kiki mulai paham tentang maksud dari permintaan terakhir Rian agar Nayla menemuinya. Rupanya Rian benar-benar ingin mengucapkan salam perpisahan pada mereka. Dan bodohnya Kiki tidak menahan Nayla untuk menemui Rian di sana. Benar. Kiki sangat menyesal karena baru saja sadar bahwa kini kehadiran Rian begitu penting di hidup seseorang.

Semesta memang kejam, tapi cara Kiki memperlakukan Rian jelas jauh lebih kejam. Ada yang bilang, penyesalan hanya akan datang di akhir. Dan sore ini Kiki membenarkannya. Sore ini Kiki menyesal karena belum pernah sekalipun menciptakan sebuah kenangan bersama sang kakak bahkan sampai sosoknya menghilang dengan cara paling kejam.

Adik mana yang tidak merasa kehilangan saat ditinggalkan oleh kakaknya? Kiki rasa, tidak ada seorangpun.

Bingkai kaca yang membungkus kelopak mata Kiki pecah. Deras air yang mengalir di sana Kiki biarkan jatuh begitu saja. Cowok itu semakin memundurkan langkah. Berada di dekan tempat peristirahatan terakhir sang kakak rasanya begitu menyakitkan. Seakan-akan ada banyak tangan yang mencekik lehernya hingga bernapas pun rasanya kesusahan. Sementara jauh di depan sana, ada sosok Nayla yang terus memeluk sebuah pigura kayu yang membingkai foto seseorang. Rian.

Tidak ada binar di mana itu. Hanya ada luka yang mampu Kiki tangkap pada sosoknya.

Tidak ada suara. Hanya ada hening sore yang semakin mencekam keadaan. Feby dan Hansel berkali-kali menahan diri untuk tetap sanggup di sini, setidaknya untuk yang terakhir kali. Ema, Hanin, Zaki, dan Akbar hanya berdiri kaku menatap sebuah nama yang terukir di papan kayu itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.

Terlalu banyak luka sore itu. Membuat Reza lupa, bahwa sosok yang kemarin ia ajak bercengkrama kini sudah tidak lagi ada dunia. Dingin udara yang tiba-tiba memeluknya seakan-akan mendatangkan duka yang begitu dalam untuknya. Padahal baru kemarin Rian berjanji untuk kembali, tapi ternyata sosoknya malah pergi. Dan lagi, janji itu selamanya tidak akan ditepati. Lagi-lagi Reza kembali ditinggalkan oleh seseorang yang mengatakan janji dan untuk itu Reza benci.

"Apapun itu. Maaf," kata Nayla lirih.

Kiki mengangkat wajahnya sempurna. Ada detak yang tidak konstan terjadi di dadanya. Kedua tangan cowok itu semakin mengepal kuat. Menahan mati-matian jeritan luka yang ingin segera disuarakan.

Hampa.

Sore itu selain Kiki kehilangan kakaknya, ternyata Kiki juga kehilangan semesta yang baru saja ia sadari keberadaanya.

152 Hari MELUPAKANMU ✔Where stories live. Discover now