Kamu Dan Seseorang Yang Tidak Bisa Kamu Lepaskan

1.8K 92 18
                                    

Maaf, maaf karena aku pernah dan terlalu mencintaimu.

🌫🌫🌫

Deya tidak pernah menyangka jika kehadirannya di antara Akbar dan Sani akan berujung seperti ini. Deya tidak pernah berpikir seluruh kekacauan yang ada dialah penyebabnya. Yang Deya tahu hanyalah tentang bagaimana Akbar mendekatinya untuk menanyakan hal-hal yang Sani suka karena mereka sama-sama perempuan. Yang Deya tahu hanyalah tentang bagaimana Sani yang selalu bahagia jika sedang bersama Akbar meski kadang-kadang Akbar mengabaikannya.

Malam itu Deya tidak berani masuk lebih jauh untuk memastikan keadaan Sani di dalam sana. Yang Deya lakukan hanya berdiri terpaku di depan pintu depan ruangan Sani dirawat. Berdiri sendirian sembari memikirkan kesalahan-kesalahan yang ia ciptakan.

"Hari ini lo kelihatan nggak baik-baik aja. Mau pulang, tetap di sini atau ikut masuk ke dalam?"

Suara datar cowok itu sukses membuat perhatian Deya teralih. Namun, ketika ia menolehkan kepala yang ia dapati hanya sosok Reza yang menunggunya membuka suara.

Kemudian Deya menggeleng.

"Kalau mau masuk, masuk aja."

Deya menepi. Memberikan jalan pada Reza untuk masuk lebih leluasa. Sementara Reza sendiri tetap tidak bergerak dari posisinya. Cowok itu justru malah duduk di kursi yang tersedia. Menghela napas panjang. Menyisakan hening yang berkepanjangan.

"Gue udah buat mereka kecewa,  terutama Sani. Menurut lo gue harus apa?"

"Masuk dan jelasin semua kesalahpahamannya."

"Gue takut."

"Mau ditemenin?"

Di tempatnya Deya langsung melayangkan tatapan tajam pada Reza. "Lo tuh kelewat baik, Za. Kerjaan lo tuh nemplok sana nemplok sini ngurusin masalah orang lain. Lo nggak ada kerjaan, kah?" balas Deya tajam dengan raut wajah yang begitu kesal.

Lalu kemudian dengan gerakan cepat Deya memilih masuk ke dalam ruang rawat Sani dengan sisa-sisa kekesalannya. Sementara Reza justru memilih tinggal dan membiarkan bayang sosok Deya ditelan pintu di sana.

Ini bukan yang pertama kalinya Reza mendengar kalimat yang sama. Yang katanya, selalu ikut campur masalah orang lain seperti orang yang tidak berguna saja. Akan tetapi, jauh di lubuk hatinya Reza benar-benar tidak mengharapkan apa-apa selain orang yang ia temui sembuh dari rasa kecewanya.

Hanya saja orang-orang tidak pernah melihat ketulusannya. Menganggap sikap baiknya selalu mengharapkan imbalan yang sama.

"Lo aja tuh yang buta, cowok seganteng, sebaik, dan sepeduli gue sampe-sampe nggak terlihat. Banyakin makan wortel makanya." Anak lelaki itu lalu bangkit. Melirik sekilas pintu kaca, melihat di dalam sana bagaimana banyak kecanggungan yang melanda. Sementara dirinya sendiri memilih enggan lagi ikut campur masalah yang bukan miliknya.

Lebih baik Reza pergi saja. Entah untuk menenangkan pikiran atau justru menemukan keheningan. Karena mau berusaha menjadi sosok yang selalu ada untuk orang-orang di sekitarnya, Reza juga butuh suasana sepi untuk memulihkan hatinya yang hampir saja mati.

Malam itu Reza benar-benar memilih pergi. Memilih mengasingkan diri untuk beberapa saat sebelum ia kembali menemukan alasan untuk apa ia bertahan. Jika pada kenyataannya, satu-satunya orang yang menjadi alasan ia mampu ada di titik ini beberapa waktu lalu sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia harus berhenti.

Kadang-kadang kehidupan memang seaneh itu, tapi justru karena keanehannya lah Reza mulai terbiasa. Ya, terbiasa menerima pengabaian dari apa-apa yang sudah ia berikan pada semuanya.

152 Hari MELUPAKANMU ✔Where stories live. Discover now