Pada Angkasa Yang Kehilangan Warnanya

6.5K 290 48
                                    


Bagaimana jika sebenarnya semuanya tidak pernah benar-benar dimulai? 

🌫🌫🌫

Siapa yang tahu jika setelah ia memberikan persetujuan pada sang Ayah untuk menikah lagi hidupnya jadi seperti ini?

Siapa yang tahu jika setelah keduanya menikah justru ada sosok lain yang wanita itu bawa?

Siapa yang tahu jika di balik iris hitam pekatnya ia menyembunyikan banyak rahasia tentang sosoknya? Tentang sosok anak lelaki di depan sana, tengah tersenyum ramah pada ia dan Ayahnya. Senyum itu palsu, Kiki bisa menjamin itu. Namun, alih-alih pergi menjauh, Kiki hanya terpaku di tempatnya. Membiarkan sosok itu semakin menjangkaunya.

Ia memalingkan wajah, menatap ke segala sudut ruang rumahnya dengan tatapan hampa. Sudut bibirnya sedikit terangkat. Mengisyaratkan ada banyak getir di sana yang sengaja ia simpan rapat-rapat. 

Namun, saat sosok cowok itu tiba di depannya. Ia kembali memalingkan wajah. Tatapan mereka bertemu. Kiki tidak tahu, tapi sedetik setelah matanya menatap mata teduh di depannya, ia merasa tak nyaman, ia merasa tidak tenang. Terlalu banyak ancaman di mata itu yang tidak bisa Kiki hindari kehadirannya.

"Kenalin, Ki. Ini anaknya Mama Feby, Reza." Suara lembut itu mengalun di telinganya, tapi tetap saja tak ada lagi kehangatan di dalamnya. Kiki hanya melirik, mengangguk kemudian berbalik badan seutuhnya.

Hansel, Ayah Kiki, sorot mata lelaki itu berubah tajam. Kedua tangan kokohnya lantas mengepal kuat melihat tingkah anaknya yang sedikit tidak sopan. Sementara Feby terus menahan sang suami agar tetap tenang. Wanita itu tersenyum manis.

"Mungkin, Kiki butuh waktu. Nggak papa, Mas," katanya memaklumi.

Sementara anak lelaki yang Feby bawa, yang kini terdiam lama memandangi punggung Kiki yang semakin menghilang di kelokan, tersenyum tipis. Jantungnya seperti dipaksa berdetak begitu cepat, namun tetap saja itu sedikit mengganggunya. Ia melirik ke arah sosok Ayah sambungnya di sana. 

"Kamar aku yang mana, Yah?" tanya Reza ceria. Seolah tanpa beban yang mengganggunya.

Hansel bergerak maju, menatap lama Reza dengan tatapan teduh.

"Jangan terlalu diambil hati, ya, kalau Kiki seperti itu."

Reza terkekeh kecil seraya menyentuh lengan Hansel.

"Santai aja, Yah. Reza nggak papa, udah biasa," katanya meyakinkan.

"Kamar kamu di samping kamar Kiki, Za. Yang pintunya warna putih," kata Hansel berikutnya yang langsung diangguki oleh Reza.

Reza pamit, mulai menaiki tangga menuju ke kamar yang Ayahnya tadi katakan. Bibirnya terus tersenyum lebar, ia sangat senang punya keluarga baru. Kehadiran sosok Hansel adalah yang paling ia idam-idamkan sejak lama. Ia ingin mendapatkan kasih sayang seorang Ayah seutuhnya, dan ia mendapatkan itu di dalam diri Hansel yang sempurna. Baginya, kebahagiaan sang Mama adalah yang utama, dan ia bahagia jika Mamanya juga bahagia.

Jadi, Reza tidak punya alasan untuk sedih di atas kebahagiaan Mama.

"Rumahnya gede banget." Manik mata Reza mulai menjelajah ke segala arah. Kaki terus ia langkahkan menuju ke tempat yang semestinya. Anak lelaki itu tak henti-hentinya berdecak kagum melihat seluruh barang mewah di rumah ini. 

Langkahnya mulai terhenti saat ia berada di depan pintu kamarnya, namun ia tak langsung masuk. Hatinya seakan tergerak untuk menuju ke ruang yang berada tepat di samping kamarnya.  

"Rizki Nugroho Syaqi," lirih Reza membacanya lama. Ia sedikit tersentak.

"Jadi…  dia saudara tiri gue?" lanjutnya berdecak kagum.

152 Hari MELUPAKANMU ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن