Karena Senja Hanya Sementara

158 20 5
                                    

Pada hari kemudian yang sudah dipastikan tidak ada lagi untukku, tolong tetap mengingatku sebagai seseorang yang dulu kau anggap senja. Indah. Selalu ada. Dan tidak ke mana-mana.

Tapi, jangan juga melupakan bahwa sifat abadi senja adalah dia tidak bisa menetap terlalu lama untuk disaksikan buminya.

Karena senja hanya sementara. Dan kehilangannya akan terasa menyakitkan bagi mereka yang terlalu menyukainya.

Nayla Azzaleta

🌫🌫🌫


Nayla tidak pernah berharap diterima. Tidak pernah menginginkan hadirnya disambut oleh semua. Nayla hanya ingin dilihat, diberi kepastian yang jelas. Hanya itu saja. Tidak apa-apa jika pada akhirnya Nayla yang terluka, tapi sebelumnya Nayla hanya ingin mendapat kejelasan yang bisa membuatnya harus melakukan apa di hari kemudian.

Kaki yang seharusnya kini melangkah pulang ke rumah, entah bagaimana bisa malah hanya terdiam saja di pinggir lampu merah dekat halte di mana tadi Kiki bersamanya.

Pandangan Nayla sudah kabur tidak jelas melihat apa-apa. Kalau sudah seperti ini, ia jadi merasa bersalah pada Zaki yang tadi ia tinggal seenaknya tanpa mengatakan apa-apa.

Meskipun Nayla tahu Zaki peduli padanya, tapi dunia cowok itu tidak selalu tentang dirinya. Nayla bukan siapa-siapa untuk Zaki. Jadi, Nayla tidak ingin membebani Zaki atas seluruh rasa kecewanya pada Kiki.

Nayla, hanya ingin dicintai dengan tulus sebagaimana dulu Rian mencintainya. Sebagaimana dulu Rian tidak pernah mengatakan bahwa ia melakukan kesalahan. Sebagaimana dulu Rian yang tidak pernah sekalipun menyakitinya. Sebagaimana dulu Rian yang selalu memberikan hadiah buku diary untuk menulis sebagai hobi ketika ia kesepian. Sebagaimana dulu Rian yang melakukan itu semua sebelum sosoknya berubah menjadi seseorang yang paling mengecewakan.

Nayla cuma ingin ketenangan.

Langkah gusar Nayla dibawa menjejak aspal penuh hampa. Rasanya sudah tidak ada lagi berat yang ia bawa di tubuhnya. Semuanya hanya seperti angin yang siap menerbangkan dirinya kapan saja.

Tapi, resah hati terhadap Zaki yang tadi ia tinggali kembali membuat dadanya ragu. Nayla menoleh ke belakang. Belum berniat menghampiri Zaki di tempat yang tadi.

"Zak, gue harap lo selalu dilimpahin kebahagiaan, deh. Tapi sebelum itu gue mau cerita semuanya biar hati gue lega. Tapi, kayaknya gue nggak bisa." Nada suara Nayla kini sedikit terdengar tenang. Mengudara. Lalu kemudian Nayla bawa lagi langkah-langkahnya untuk menyeberang.

Sial. Penglihatannya benar-benar tidak jelas karena menangisi Kiki tadi. Tubuhnya juga semakin menggigil, bahkan yang ini jauh lebih parah lagi. Harusnya Nayla tadi tidak menitipkan ponselnya pada Zaki. Harusnya tadi ia membawanya sendiri.

Sekarang Nayla jadi ragu lagi. Ia tidak yakin bisa menyeberang dengan baik menuju ke depan sana. Walaupun jalanan lumayan tidak ramai, tapi sepertinya ia harus menunggu lampu merah saja.

Nayla menghela napas lagi seraya menghapus jejak-jejak air matanya. Terisak lagi saat kembali mengingat bagaimana tadi Kiki meninggalkan dirinya dengan penuh amarah.

Nayla jadi merasa bersalah.

Harusnya tadi ia meminta maaf.

Pada Kiki dan Arunika.

Pada semua orang yang ia temui hari ini.

Kalau sudah begini Nayla jadi merindukan kehadiran Akbar di sisinya, yang ketika ia sedih akan menjadi sosok yang tidak akan pernah pergi.

152 Hari MELUPAKANMU ✔Where stories live. Discover now