Bab 23 | Serba Misterius

3.2K 347 53
                                    

Bunda tidak pernah tahu di mana letak kesalahannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bunda tidak pernah tahu di mana letak kesalahannya. Selama ini, ia selalu menjaga kondisi kandungannya. Bunda tidak pernah absen melakukan pemeriksaan antenatal. Sebisa mungkin, bunda menjaga calon buah hatinya ini agar tetap sehat.

Tapi, ketika hasil pemeriksaan kali ini, ditemukan bahwa ada kelainan pada janinnya.

Dan bunda tidak tahu harus berespon seperti apa.

•••

Eccedentesiast

Bab 23 | Serba Misterius

•••

Aksa terbangun ketika merasa seseorang menepuk pundaknya berkali-kali. Ia mengerjap. Ketika pandangannya fokus, cahaya dirinya kembali, Aksa tersenyum. Bunda berada di sisinya, menatapnya dengan sorot penuh kekhawatiran.

"Ada apa, Bun?" tanya Aksa. Suaranya terdengar serak, efek baru bangun tidur. Ia melirikkan matanya ke arah jam dinding. "Oh, udah malam, ya?"

"Adek dari tadi Bunda panggil, tapi nggak nyaut. Pulas banget tidurnya, ya." Bunda duduk di sisi ranjang, sementara Aksa langsung mengubah posisi kepalanya menjadi di atas pangkuan bunda. "Makan malam, yuk. Bunda udah buatin makanan kesukaan Adek, loh. Dibantu sama Kak Arza juga. Adek pasti suka."

Aksa mengulas senyum senang. Hanya saja, posisinya tidak berubah. Selalu, pangkuan bunda menjadi tempat ternyaman bagi Aksa untuk kembali.

"Makasih, Bun," ucap Aksa tulus. Sejenak, ia terpejam, masih dengan senyuman yang terlukis indah di wajahnya. "Maaf kalau Aksa nyusahin."

"Loh, kata siapa?"

"Kata Aksa barusan."

Bunda menjawil hidung mancung Aksa dengan gemas. "Kalau bukan Bunda yang bicara, berarti nggak valid," sanggah bunda, "Adek itu anugerah buat Bunda. Mana mungkin Bunda nganggap kalau Adek nyusahin?"

"Tapi ...."

"Istighfar, Dek. Kalau pikiran kamu mulai ngaco begitu, istighfar." Bunda mengingatkan. Perlahan, ia mulai melingkarkan lengannya pada tubuh Aksa. Sementara wajahnya didekatkan ke pipi sang putra. "Adek itu buah hati yang udah Bunda tunggu-tunggu. Bagi Bunda, Adek itu harta paling berharga. Hadiah terbaik yang Allah berikan buat Bunda. Gimana pun keadaan Adek, Bunda harus bisa nerima, bukan?"

•••Eccedentesiast•••

Mendengar penuturan bunda, membuat Arza lantas membeku di tempatnya. Suara bunda terdengar sangat tulus, membuat rasa iri lagi-lagi merasuki dadanya. Membuat Arza merasa bahwa pola napasnya menjadi tidak efektif. Untuk kesekian kalinya di dalam hidup Arza, ia ingin bertukar peran dengan Aksa. Memiliki orang tua kandung lengkap yang menyayanginya mungkin menjadi salah satu harapan Arza yang lama-lama terkubur dalam pada kenyataan yang menyesakkan.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now