Bab 19 | Aksara Pengin Sama Kakak

4.1K 418 9
                                    

Rasanya, Arza benar-benar hancur malam ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Rasanya, Arza benar-benar hancur malam ini. Meski pada akhirnya ia berhasil memejamkan matanya, tapi hanya dua jam, ia kembali terbangun. Kepalanya berdenyut, membuatnya tanpa sadar meringis pelan.

Dalam gelapnya suasana kamar, Arza bersenandung pelan, membayangkan bahwa yang sedang menyanyikan lagu pengiring tidur itu adalah sang bunda. Kedua manik matanya tak lepas dari jendela yang tidak ditutupi oleh gorden. Senyum mirisnya merekah.

Apa harus Arza melakukan semua itu lagi?

Iya! Lakukan saja, Arza. Kalau begitu, Bunda bakal memperhatikan kamu lagi 'kan? Sedikit goresan saja. Ayo, Arza. Sedikit saja.

Arza menggeleng cepat. Ia menggigit selimutnya dan memejamkan mata, berusaha untuk tertidur. Tapi, suara dorongan setan itu kembali mengganggunya, membuat Arza ingin bangkit dari kasur dan mengambil sebuah cutter di dalam laci meja belajarnya.

Dulu, cara itu ampuh 'kan? Kamu bisa mengulanginya, Arza. Sedikit saja, dan perhatian Bunda bisa tertuju lagi sama kamu.

"Nggak, nggak boleh." Arza berusaha untuk mengenyahkan pikiran buruknya. "Kalau kayak gitu, gue justru nyakitin diri sendiri. Gue nggak mau. Gue nggak mau."

Tapi, dengan begitu, Bunda bisa merhatiin kamu lagi. Itu 'kan, yang kamu mau? Siapa peduli dengan sedikit rasa sakit?

Perlahan, Arza menarik napas. Ia mulai menutupi kedua liang pendengarannya dengan telapak tangan, seperti yang diajarkan terapisnya dahulu. "Pergi kalian. Pergi!" desis Arza, "Gue nggak bakal terpengaruh lagi. Pergi."

Jangan menolak keberadaanku. Apa gunanya kamu berucap seperti itu? Memangnya, kamu kuat?

"Iya, gue kuat. Gue jauh lebih kuat. Pergi! Gue bilang, pergi!"

Napas Arza memburu. Ia menggelengkan kepalanya dengan cepat, seiring dengan keheningan yang mulai menyergapnya. Suara itu menghilang begitu saja ketika Arza mulai berteriak dengan kuat.

Ya, dirinya kuat.

Selama Arza meyakini satu hal itu, ia tahu bahwa dirinya bisa melalui semua ini sendiri.

Meski begitu, jauh di lubuk hati Arza, ia masih berharap sang bunda datang memeluknya.

•••

Eccedentesiast

Bab 19 | Aksara Pengin Sama Kakak

•••

Aksara merengut pelan. Ia tahu, yang barusan menelepon adalah Arza. Tapi, bunda tidak memperbolehkan Aksa untuk menjawab panggilan itu. Katanya, ia harus fokus untuk beristirahat. Padahal, Aksa sudah kangen berat dengan sang kakak.

"Kapan Aksa boleh pulang?"

"Segera setelah kondisi Adek membaik, ya." Bunda menjawab. Ia mengusap puncak kepala Aksa dengan lembut, menimbulkan sensasi mengantuk pada diri laki-laki itu. "Adek istirahat. Udah malam. Jangan begadang. Kalau gini terus, nanti kondisi Adek nggak stabil juga, terus nggak pulang-pulang, gimana?"

Aksa melirikkan netranya ke arah lain. Pertanyaan itu semata karena barusan Aksa mendengar nada suara bunda berubah ketika sang kakak menelepon. Entah karena apa. Kalau dari sudut pandang Aksa, bunda kelelahan.

"Aksa kangen sama Kak Arza," ucap Aksa lagi.

"Iya, makanya itu Adek berusaha biar cepat pulih, ya."

"Telepon Kakak, Bun."

Bunda tampak menghela napas. Sepertinya benar, bunda kelelahan. Memang, bunda terus menjaga Aksa, hingga lupa pada tubuh sendiri. Padahal, Aksa tidak pernah meminta pada bunda untuk diperhatikan sebegitunya.

"Kakak harus istirahat juga, Dek." Bunda lagi-lagi menjawab, tidak mau mengikuti permintaan Aksa.

Aksa bungkam. Ia mengalihkan pandangannya ke sekitar, enggan menatap bunda. Tangannya saling menggenggam. Meski jika sedikit saja Aksa salah menekan di bagian yang terpasang infus, rasanya lumayan membuat Aksa meringis.

"Tidur, yuk, Dek," ajak bunda. Ia membantu Aksa untuk kembali berbaring dengan nyamannya. "Adek mau dinyanyiin apa?"

Aksa tersenyum tipis dan menggeleng. "Aksa bukan Kakak yang kalau mau tidur harus dinyanyiin," ucapnya, "Selama Bunda ada di sini, Aksa bakal baik-baik aja."

Bunda balas tersenyum. Diraihnya tangan Aksa, lalu digenggamnya dengan erat dan dikecupnya lembut. "Yaudah, tidur. Bunda bakal di sini terus, kok."

Perlahan, Aksa memejamkan matanya. Figur bunda yang sedang tersenyum menjadi pemandangan terakhir yang dilihatnya. Hingga tak lama, deru napasnya teratur, tanda bahwa dirinya sudah nyenyak dalam tidurnya, meski tanpa Aksa tahu, di tempat lain, Arza masih berharap sang bunda tiba-tiba hadir di sisinya.

To be continued•

A/n

Kangen lanjut, tapi, ngantuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kangen lanjut, tapi, ngantuk.

Eh, ketiduran, sadar-sadar malah mesan gofood :)

Akhirnya sekarang aku sedang makan mie ayam :)

Satu hal yang paling ga aku sangka, cerita ini udah 12k views dong :) wow wkwkwk terima kasih guys :")

Satu hal yang paling ga aku sangka, cerita ini udah 12k views dong :) wow wkwkwk terima kasih guys :")

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
EccedentesiastWhere stories live. Discover now