what if ....

806 61 7
                                    

Hari ini terasa sangat panas. Matahari sejak tadi bersinar terik, hingga Aksa menyipitkan kedua kelopak matanya. Ia berdiri di bawah pohon, memegang kamera, seperti perintah ayah yang memilih tidur di mobil, berkata bahwa ia masih mengantuk setelah semalaman berada di rumah sakit.

Suasana kampus masih ramai karena keluarga wisudawan hari ini. Arza dan bunda belum terlihat, hingga helaan napas Aksa terdengar lesu. Ia ingin pulang.

Aksa tidak menyangka, perkuliahan akan terasa begitu berat, apalagi ia menempuh salah satu pendidikan di rumpun kesehatan. Semalam saja Aksa baru dapat terpejam pukul dua pagi. Pukul lima, bunda sudah membangunkannya dengan heboh. Selain menyuruh Aksa untuk menunaikan kewajibannya, juga agar Aksa segera bersiap.

Hari ini adalah hari kelulusan Arza setelah lima tahun berkuliah. Setelah ini, tidak ada lagi Arza yang akan mengeluhkan tugas kuliahnya. Ia akan memasuki dunia yang sebenarnya, sebelum kembali menggapai impian untuk menempuh jenjang spesialis.

Aksa tentu saja ikut senang. Menjadi salah satu saksi bagaimana Arza berusaha untuk keluar dengan selamat dan justru mendapati laki-laki itu meraih hasil terbaik. Dipercaya sebagai seseorang yang mewakili wisudawan untuk mengisi sambutan, sangat disayangkan Aksa tidak dapat berada di dalam gedung.

Tak lama, kedua mata Aksa mendapati sosok Arza berjalan mendekat. Di sebelahnya, bunda mengikuti. Kedua matanya tampak sembap, entah karena apa.

Aksa sedikit tertegun ketika melihat ekspresi Arza. Laki-laki itu tertawa, tampak begitu lepas. Entah apa yang dibicarakannya dengan sang bunda, namun Aksa ikut tersenyum. Diangkatnya kamera yang sedari tadi dibawa, lalu dengan satu bidikan, momen tersimpan dengan begitu rapi.

Kedua kaki Aksa kemudian melangkah lebar, lalu merentangkan tangan dan memeluk sang kakak. Senyumnya lebar dengan kedua permukaan bola mata yang dilapisi cairan bening.

"Kakak." Aksa berucap pelan. "Selamat karena akhirnya bisa lulus dengan keadaan hidup. I'm really really really proud of you."

Arza tersentak kaget. Hanya sesaat, karena kemudian ia mengangkat tangan dan mengusap puncak kepala Aksa dengan lembut. Selain sang adik yang merasa bangga, Arza juga sama.

Ia merasa bangga karena Aksa dapat bertahan hingga saat ini.

"Lo juga. Jangan lupa lulus dalam keadaan hidup, ya."

A/n

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

A/n

Haaaa, kangen bangeeet

EccedentesiastWhere stories live. Discover now