[42] - DESTROY BEFORE BEING DESTROYED

25K 2.6K 1.1K
                                    

HIT THE STAR AND COMMENT SPAM!

Zenolya langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah walaupun belajar efektif baru dimulai besok tapi karena ia ada persiapan kompetisi modern dance yang berlangsung sebentar lagi maka ia harus merelakan waktu liburnya yang sama sekali tak ia permasalahkan. Gadis itu kini sudah siap dengan tank top seputih kulit angsa ditutupi jaket varsity menjadi luaran, jogger pants, sepatu sneakers, serta topi bertengger di kepalanya. 

Memastikan rambut terurai bergelombangnya rapi, ia menggendong tote bag dari Chanel di atas meja lalu keluar dari apartemen. Di mana Zenolya langsung disambut dengan kehadiran Moriz dan Benjamin yang ada di depan pintu. 

"Nona akan pergi?" tanya Moriz. "Saya antar?"

Zenolya menggelengkan kepala. "Tidak. Saya pergi sen—" Tiba-tiba Zenolya lupa dengan Hairoz yang mau menemaninya. Mereka kembali memperdebatkan masalah kecil, jadi Zenolya mengangguk pasrah dan menerima tawaran Hairoz yang ingin mengantarnya tadi. "Saya berangkat sama Hairoz."

"Nona...." Benjamin menelan salivanya. "Dia sudah melukai anda bukan? Waktu itu kami masuk ke dalam restoran, kami melihat apa yang hendak dia lakukan setelah nona ingin mengakhiri hubungan dengannya. Dia agak .... Gila. Anda yakin bertahan bersama orang seperti itu?" 

"Kami tidak bermaksud ikut campur. Kami tidak bermaksud melarang hubungan kalian, tugas kami hanya melindungi nona. Tapi kami juga mengkhawatirkan situasi yang nona hadapi. Anda keberatan bersamanya? Anda tidak bisa terlepas dari pria itu karena anda diancam? Jika anda butuh bantuan supaya terbebas dari pria itu, kami akan berusaha." Moriz menyambung. 

Zenolya terkekeh. "Apa yang sedang kalian bicarakan sih? You two don't need to worry. Saya bisa mengatasi masalah saya sendiri. Dan saya nggak keberatan... bareng Hairoz. Jadi, jangan mencemaskan saya."

"Sungguh? Maaf. Jika kami lancang karena mengatakan hal yang mungkin bukan hak kami. Kami hanya khawatir nona menderita. Kami hanya tidak ingin apabila anda tidak bahagia," jelas Moriz.

Zenolya tersenyum. "I see your point. Terima kasih sudah mencemaskan saya."

Bertepatan dengan itu, Hairoz muncul dari apartemennya. Laki-laki itu tampak santai keluar dengan kaos oversize yang dibalut black leither jacket miliknya. Ia mendekat, menatap gadis yang sedang berada di sekitar bodyguard.

"Ayo," ajak Hairoz melempar senyum ramah kepada Zenolya lalu berpindah pandang ke arah dua penjaga gadis itu dengan tatapan mata yang sadis saat Zenolya berpamitan. "Jangan ikuti kami," pinta Hairoz.

"Maaf. Tapi tugas kami memang mengawal nona. Selama nona di Bali kami sudah libur dari tugas, jadi ini saatnya kami melanjutkan tugas kami yang tertunda," jawab Benjamin tegas.

"Sudah ada saya yang menjaganya. Saya yang akan melindunginya dari orang-orang yang ingin menyakitinya," tekan Hairoz.

"Dan kami yang akan melindunginya dari anda," sambung Moriz. "Sewaktu-waktu mungkin anda akan menyakiti nona." 

"What did you just say?" Hairoz mendelik.

Zenolya menarik napas panjang, memegang lengan Hairoz. "Iroz, stop. Biarin mereka ngawalin gue. Mereka kerja buat nyokap gue. Kalau mereka gak laksanain tugasnya sama aja mereka makan gaji buta. Ayo. Bentar lagi gue terlambat! Kalau lo kayak gini, gue bakal berangkat sendiri!" ancamnya.

Hairoz mendengkus pasrah. Segera laki-laki itu melingkarkan tangan, memeluk pinggang Zenolya ketika melintasi lorong apartemen. Sekejap, Hairoz menoleh ke belakang. Dia melihat Benjamin dan Moriz yang berjalan mengikuti mereka. Tatapan mata Hairoz langsung menunjukkan laser permusuhan.

ZENOLYA: STUCK WITH POSSESSIVE DEVIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang