[45] - PASSED AWAY

22.4K 2.4K 1.1K
                                    

HIT THE STAR AND COMMENT SPAM!
TEMBUS TARGET LANGSUNG UPDATE

Seharusnya Zenolya sudah menginjakkan kaki di apartemen Hairoz saat dirinya sudah selesai bersiap-siap. Gadis yang mengenakan setelan simpel tapi elegan—memadukan white v-neck blouse dan faded pink straight pants—baru saja akan pergi, saat handphone di gengamannya berdering karena seseorang menghubungi.

Zenolya mengerutkan dahi bingung karena tiba-tiba River menelponnya. Dia pikir, River menghubunginya perihal putri sekolah tapi tidak ia sangka, kabar yang diberikan River sanggup membuat lutut Zenolya lemas.

"Oma...." Suara parau dan isakan River yang menyambut indra pendengarannya itu sukses membuat detak jantungnya seolah berhenti selama beberapa detik. Zenolya membeku.

Oma sudah berpulang ke tempat asalnya. Bersama-Nya.

Dan di sana Zenolya berada. Berlari tergesa-gesa, persis seperti ketika dia mendapatkan kabar saat Benjamin dan Moriz kecelakaan di lorong rumah sakit. Zenolya menghentikan langkah, begitu netranya menangkap sosok River duduk sambil bersandar di dinding.

Lelaki itu terlihat putus asa. Keterpurukannya terpancar jelas.

"River," panggil Zenolya pelan saat gadis itu mencapai River yang semula memejamkan mata. Bisa Zenolya sadari dari mata sembab itu jika River baru saja habis menangis.

"Zenolya." River balas memanggil parau. Ia terperanjat bangun sementara Zenolya sontak menahan laki-laki itu agar tetap duduk.

River mendesah. "I don't... I don't know why. I don't know why I suddenly called you dan... kasih kabar Oma meninggal. Gue gak tau kenapa gue repotin lo soal ini. Hanya saja, I thought you deserve to... know about this... karena gue tau, lo sayang sama Oma... and probably I... I need someone... by my side." River berucap serak dengan terbata-bata sangat keras.

"Padahal Bokap baru aja berangkat ke Amerika...." River menunduk, menutupi wajahnya dengan tangan. Agar Zenolya tak melihat bagaimana air hangat dari pelupuk kini terjun lincah.

Kini, seseorang yang paling mengerti dirinya sudah pergi. Untuk selamanya. Di saat Oma telah berjanji, setidaknya akan bertahan lebih lama untuknya. Namun ternyata, Tuhan lebih sayang kepada Oma. Ia mengangkat penyakit Oma lebih cepat, supaya wanita itu bisa segera beristirahat dengan tenang secara abadi tanpa perlu merasa sakit lagi.

Oma bebas dari kanker paru-paru.

"River, Oma udah gue anggep kayak oma gue sendiri," sahut Zenolya serak. "Even though I don't spend much time with Oma, but, apa yang sempat Oma lakuin bareng gue in a short time selalu membekas di hati gue. Dan gue turut terpukul. Sangat terpukul. It's hurt for me. And it's hurt more for you. I know, I understand how you feel now. Kehilangan seseorang yang lo sayangi untuk selamanya."

Dengan tangan gemetaran, River merogoh saku celana. Mengambil secarik kertas yang tersembunyi dalam sana. Perlahan tangan itu terarah kepada Zenolya. "Maybe because of this. Because of this letter."

Bersama napas yang ikut serta menjadi sesak karena dadanya seolah terhimpit, Zenolya menerima surat kusut itu. Matanya kemudian memerhatikan tulisan dari tangan lemah yang sekarang sudah tak bisa digerakkan lagi. Ia membaca deretan kata yang Oma tulis, khusus kepadanya.

Sebelum Oma istirahat, Oma ingin mengucapkan terima kasih sama Zenolya. Terima kasih sudah sempat menjadi bagian dari kebahagiaan Versan. Sempat membuat Oma senang. Maaf. Oma tidak menempati janji membuatkan brownies yang pernah kita buat bersama saat kamu pernah main ke rumah di ulang tahunmu. Oma sayang sama kamu seperti Oma menyayangi anak dan cucu Oma. Jadi, berbahagialah di hidupmu yang masih panjang ini, sayang. Apapun pilihan kamu, jangan pernah menyesalinya. Kamu berhak menentukan keputusan yang menurut kamu tepat.

ZENOLYA: STUCK WITH POSSESSIVE DEVIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang