[19] - ALWAYS POUNDING

42.2K 3.9K 1.2K
                                    

HIT THE STAR & COMMENT SPAM!

Kilasan Zenolya ciuman dengan Hairoz masih terbayang jelas di ingatan River. Apalagi kala mantan pacarnya itu melakukannya tepat di depan mata. Meskipun hubungannya dengan Zenolya sudah kandas, jelas ia tidak sanggup menahan rasa sakitnya melihat pemandangan tadi. Jauh lebih sialan dari mendengar fakta apabila gadis itu berpacaran dengan Hairoz.

"Shit." River mengacak rambutnya frustrasi ketika berhasil menembakkan bola basket ke dalam ring.

Sekarang terlihat jelas, River sedang berada di lapangan basket khusus rumahnya. Tanpa menggunakan atasan, pemuda itu tiada henti memainkan bola di tangannya. Sayangnya hal itu sama sekali tidak berpengaruh apa-apa. Ia masih tidak bisa menyingkirkan kejadian tadi.

Walaupun begitu, River masih cukup percaya jika Zenolya melakukan itu hanya karena dia ingin balas dendam atau membuat ia cemburu dan semacamnya. River tahu, Zenolya tidak mungkin memutuskan berpacaran sungguhan dengan Hairoz dalam waktunya yang cepat. Akan tetapi River juga tidak sepenuhnya yakin dengan pendapatnya.

Bagaimana jika ternyata Zenolya memang menyukai Hairoz? Dan mengapa harus Hairoz? 

River menyambar botol minum polos yang menampung air mineral 2 liter, menjatuhkan bokong ke kursi besi sebelum menengaknya. Napasnya terenggah-enggah ditemani peluh bercucuran, melenyapkan suhu dingin malam dengan hawa badannya yang begitu panas akibat keringat tiada henti.

"Hairoz." Tanpa sadar mulutnya melontarkan nama cowok tersebut.

River mendongak, netranya mengarah tepat pada candra yang terpajang di luasnya langit. Matanya menyipit, menatap lekat seakan apa yang tengah ia pandang adalah kilasan masa lalu. Awal di mana kekacauan di mulai.

Di mulai kala Neona pergi.

Kala malam kelam itu.

Z

Sudah lima hari berlalu pasca penculikan dan penyerangan dari anggota kriminal yang telah menikam perut Hairoz dengan pisau. Sesuatu yang membuat Zenolya heran adalah bisa-bisanya satu hari setelah kejadian itu, Hairoz memaksakan diri ingin sekolah dalam kondisi masih terluka.

Alasannya hanya satu, ia tidak ingin terjadi apa-apa pada Zenolya di sekolah ketika dia tidak ada. Selain itu, Hairoz tentu tidak bisa membiarkan gadis itu di luar pengawasannya. Hairoz tidak akan membiarkan itu terjadi.

Alhasil Zenolya memutuskan izin untuk tidak datang ke sekolah karena Hairoz begitu keras kepala. Karena Zenolya tidak benar-benar bisa meninggalkan Hairoz. Selain karena merasa berutang budi dan bersalah, wajah sialan yang memasang ekspresi wajah seperti anak kucing  itu berhasil menahannya.

Herannya, Hairoz yang dikenal bukan sebagai laki-laki baik tiba-tiba menjelma sebagai bayi manja menyebalkan. Sekaligus manis.

"Jangan pergi, jangan tinggalin Hairoz," ucap Hairoz yang dengan nada suara yang diubah seperti intonasi anak kecil sambil memegang tangan Zenolya semakin erat.

Zenolya merotasikan bola matanya jengkel. "Oh c'mon. Gue cuma ke toilet! Lepasin!"

"Enggak mau." Hairoz mengerucutkan bibir, matanya berbinar seperti mata anak anjing. "Hairoz enggak mau ditinggal sama mommy."

Zenolya mendelik. "Mommy mata lo!" 

Hairoz tertawa puas. Ia melepaskan tangan Zenolya. Kembali berintonasi normal dan meminta agar Zenolya tidak berlama-lama.

ZENOLYA: STUCK WITH POSSESSIVE DEVIL Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang