50. END

1.8K 84 80
                                    

BRUK!!!

BRAK!!!

Anjana jatuh terpintal-pintal di dasar.

"Gila kamu! Brengsek!" Zello meninju kedua pipi Anjana.

"Seegois itukah kamu?" teriak Zello di depan Anjana yang jatuh tersungkur masih di atap gedung.

"Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan Orang tua angkatmu? Bagaimana dengan saudara kembarmu?" geram Zello.

"Banyak orang diluaran sana sedang berjuang melawan penyakit untuk tetap hidup tapi kau dengan seenaknya memutuskan hidup dan mati seperti membalikkan telapak tangan saja!"

"Siapa kau berhak menggantikan tugas Tuhan ha?" Zello mencengkram krak kemeja hitam Anjana hingga satu kancing terlepas.

Air mata Anjana jatuh tanpa suara, tadinya hanya seperti gerimis namun lambat laun menjadi lebat.

"Maaf Zello" lirih Anjana.

Zello melepas tangannya dari krak kemeja Anjana. Dia menarik nafas pelan lalu terduduk di samping Anjana.

***

Semenjak kepergian Veer untuk selamanya, Oryn mendapatkan perhatian lebih dari keluarga besar juga teman-temannya.

Mereka selalu sibuk memperhatikan kondisi kandungan Oryn.

Jika ada yang datang bertemu Oryn, selalu saja tidak dengan tangan kosong. Pastinya buah-buahan selalu mereka bawah.

Walaupun Veer telah tiada namun Oryn tak pernah kekurangan kasih sayang.

Contohnya beberapa hari ini Anjana selalu menemani Oryn pergi check up ke dokter kandungan.

Menemani Oryn pergi belanja perlengkapan bayi saat Rysin sedang sibuk.

Anjana tak pernah berubah. Selalu ada saat Oryn membutuhkan dan menepati janji Veer saat di bandara, bahwa akan menjaga Oryn. Ternyata janji itu tak mengenal batas waktu, Anjana sampai detik ini masih menjaga Oryn.

"Oryn warna yang mana nih? Biru atau pink?" Anjana menunjukkan sepasang baju bayi pada Oryn.

"Yang itu saja! Anakku cowok, janganlah warna pink" Oryn menunjuk sepasang baju berwarna biru. Entah kenapa dia sudah terbiasa dengan asumsi masyarakat pada umumnya tentang kedua warna itu.

"Baiklah!" jawab Anjana bersemangat.

Anjana berjalan ke kasir membawa pakaian-pakaian bayi.

"Ini mba, semuanya!" Anjana meletakkannya di meja kasir.

"Wah, suami idaman kalau seperti ini" kata petugas kasir mengambil perlengkapan bayi sambil tersenyum pada Anjana.

"Maaf mba! Aku belum menikah" ujar Anjana datar.

"Ah, maaf mas. Aku pikir-"

"Tidak apa-apa" potong Anjana sambil tersenyum.

Petugas kasir itu tampak sungkan, dia membungkus barang-barang tanpa lagi menoleh pada Anjana.

Anjana membuang muka mencari keberadaan Oryn. Dan matanya menangkap Oryn sedang berdiri sambil mengusap-usap perut yang sudah tampak besar di depan lemari es berisi beraneka macam es krim.

Anjana menyunggingkan senyum "Mba, skalian dengan es krim" kata Anjana sambil menyodorkan beberapa lembar uang.

"Ia Mas. Terima kasih sudah berbelanja di sini" ujar petugas kasir itu ramah.

Anjana membalasnya dengan senyum lalu berjalan pergi sambil memegang tas belanjaan.

Anjana berhenti di belakang Oryn, namun Oryn belum menyadari keberadaannya.

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now