11. Rahasia

1.2K 111 156
                                    

Seminggu berlalu.

Veer kembali ke rumah setelah kondisinya dinyatakan benar-benar membaik dari dokter Vino.

Terbebas dari hawa klinik dan obat-obatan, kini Veer harus berhadapan dengan Zidan Carter. Kepala keluarga Carter. Ayahnya. Mendengar kabar Veer dirawat, Zidan Carter menghentikan segala aktivitas pekerjaannya di London dan kembali melihat kondisi Veer di Indonesia.

Sikapnya melunak dan lembut pada Veer. Tak ada hari yang dilewatkan tanpa memastikan kondisi Veer. Namun, malam ini Zidan tampak berbeda.

Veer berdiri menatap dari jendela kamarnya di lantai dua. Zidan sedang duduk di halaman luar mencecapi Vodka yang dicampur sebongka es batu pada gelas kaca itu. Ada segurat frustasi, kekecewaan tergambar pada wajah Zidan.

Sesekali ia memijat dahi dengan jemari, lalu meneguk lagi vodka, dilakukannya beberapa kali hingga botol vodka dan gelas kaca itu kosong.

Dia berdiri, sedikit sempoyongan. Akibatnya dia menubruk gelas dengan tangan. Gelas itu jatuh beralas rumput hijau pendek yang selalu dipotong sekali dalam seminggu oleh para pekerja di keluarga Carter.

Dia membuka genggaman tangan kanannya. Ada secarik foto yang tak dapat dilihat jelas oleh Veer karena berada di lantai dua.

Zidan merogoh korek api di sakunya lalu membakar foto itu. Dia berjalan pergi meninggalkan halaman tanpa melihat api beraksi melahap foto tersebut.

Veer penasaran. Dia menuruni tangga dan langsung menuju halaman. Veer cepat-cepat menginjak foto itu dengan sendalnya untuk menghentikan aksi api. Dan akhirnya dia berhasil. Walaupun sepenggal foto sudah terbakar.

Veer menunduk, mengambil foto dan mengibas-ngibas abu yang melekat.

"Ibu dan paman Phil?" Veer kaget dalam foto tersebut tampak ibunya berdiri menggandeng ayah Oryn. Wajah mereka terlihat masih muda seperti anak kuliahan.

Veer membalik foto dan terdapat sebuah tulisan miring nan cantik.

Aku mencintaimu, selamanya.
-Risyn-

Veer membelalak kaget ketika matanya menangkap nama ibunya tertera di bawah kalimat itu.

Jadi inikah alasan ayah selalu frustasi dan melampiaskan segalanya pada diriku?
Mencabik-cabik tubuhku, menyayat saat segala amarah itu berkelamut di otak ayah?

Veer berbicara dengan pikirannya sendiri, sedang Zidan sedang meneriaki nama Veer sekeras-kerasnya di setiap sudut rumah.

"Veer!!! Anak sialan! Dimana kamu!!"

Suara Zidan membuat lamunan Veer buyar. Veer mengantongi foto dan berlari menuju pagar, dia ingin keluar sebelum Zidan mendapatinya.

Dan akhirnya Veer keluar dari rumah besar itu. Dia berlari menyisir setiap trotoar jalan. Entah kemana arah tujuannya, dia masih berlari hinggah terdengar bunyi klakson motor dari samping jalan mengagetkannya.

Motor itu berhenti. Pengendaranya membuka kaca helm.

"Veer, kamu jogging malam?" seru Anjana sedikit tertawa.

"Anjana!" Veer tiba-tiba menaiki motor Anjana. Dia menepuk pundak Anjana "Ayo cepat!"

Anjana yang melihat gelagat panik dari Veer, membuat Anjana tak lagi menodongnya dengan berbagi pertanyaan.

Anjana menginjak gas lalu mempercepat kecepatan motornya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now