31. Rindu Veer

775 74 48
                                    

Oryn menemani Early di dapur membuat brownis sambil menceritakan kisah hari pertamanya mengikuti ospek tadi.

"Terus kamu sendirian ke atas panggung?"

"Dengar dulu bu, belum selesai cerita!"

Early tersenyum, dia tak sabar mengetahui akhir cerita Oryn di atas panggung seperti apa. Early mengambil mixer, mencoloknya di colokkan dekat meja peralatan dapur. Dia menaikkan kecepatan di angka 2, kecepatan rendah lalu tak lama dia menaikan lagi di angka 4 semakin cepat. Oryn melanjutkan cerita namun ibunya tak mendengar apa-apa lagi, bising mixer terlalu menguasai telinga hingga kata-kata Oryn lenyap di telan angin.

"Maaf sayang, tadi kamu bilang apa? Ibu tidak dengar!" ujar Early saat mematikan mixer tanda selesai mengocok adonan kue.

"Huh ibu!" Oryn meniup poni rambutnya ke atas.

"Maaf sayang, ibu tadi hanya dengar nama Anjana, siapa dia?"

Early mengambil loyang kue berbentuk bundar lalu dituangkan adonan tadi.

"Temanku bu! Dia diam-diam maju kepanggung melantunkan lagu yang aku bawakan dengan biola!" girang Oryn.

"Benar teman? Jangan-jangan kamu suka lagi sama Anjana?" goda Early sambil memasukan loyang kue ke oven, siap dipanggang.

"Apaan sih ibu!" Oryn memalingkan wajahnya ke luar jendela dapur.

"Ingat loh sudah punya Veer!" ujar Early lagi membuat Oryn langsung menggigit bibir bawahnya.

"Aku mau ke kamar dulu bu!" kata Oryn sambil menurunkan kedua kakinya yang sedaritadi nyaman dinaikkan di atas bangku.

"Hm, baru ibu godain dikit langsung kabur aja!" Early menggeleng-geleng kepala melihat anaknya berjalan pergi ke ruang dalam.

Oryn tiba pada kamar, dia membuang tubuhnya dalam pelukan kasur empuk.

Ah, ibu! Buatku mengingat Veer.
Kemana sih kamu Veer?
Ini sudah 2 bulan?
Apa perawatanmu terlalu banyak sampai tak bisa mengabariku?

Oryn menatap layar handphone, walpaper yang digunakan adalah fotonya bersama Veer saat kelulusan SMA.

Tes

Tes

Tes

Benda bening jatuh membasahi layar handphone, membuat buram wajah Veer.

Maafkan aku Veer!
Tahukah kamu Veer?
Saat kamu bersikap dingin tak mengabariku sama sekali, membiarkanku memeluk sepi sendiri, seseorang datang dengan perhatian bertubi-tubi, mana mungkin perasaanku tidak goyah?
Dia Anjana. Temanmu! Teman masa kecilmu.
Maafkan aku, aku akan mencoba menghapus rasa ini yang katanya hanya sebuah kesalahpahaman.
Kuharap kamu disana baik-baik saja.
Aku menunggumu.
Aku merindukanmu.

Oryn mengusap air mata. Lalu kembali menatap handphone. Dia membelalak kaget lalu bangkit dari tempat tidur.

Oryn menggigit kuku jari. Mengacak rambutnya dengan kasar sambil berjalan mondar-mandir, dia berhenti sesaat lalu berteriak dengan kencang.

"TIDAKKKK! MATI AKU!!"

Early berlari dari dapur, mengetuk-ngetuk kamar Oryn.

"Sayang, kamu kenapa?"

"Buka pintunya nak!"

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now