26. Bukan Marionette

695 70 29
                                    

Anjana terpaku mendengar permintaan Yuian. Disisi lain Oryn juga membutuhkan dirinya. Acara Ospek besok pagi dan mereka belum mempersiapkan apa-apa.

Dilema. Itulah yang dirasakan Anjana.

Yuian masih menatap Anjana, berharap kata iya yang keluar dari mulut lelaki itu.

Anjana melepaskan tangan perlahan dari genggaman Yuian. "Maaf!" ujar Anjana.

"Aku ada janji dengan seseorang" sambung Anjana.

"Kumohon!" lirih Yuian.

Anjana terdiam sesaat. Yuian mengeluarkan senjata para gadis pada umumnya yang dapat membungkam pria manapun. Air mata!

Tiba-tiba cahaya lampu motor dari seberang menyorot wajah mereka. Sontak Anjana dan Yuian menyipitkan mata lalu sebelah tangan diletakkan di depan dahi menutup cahaya yang menyilaukan.

Pengendara dari motor itu membunyikan klakson berulang kali. Lalu tangannya melambai kearah mereka.

"Anjana!" teriak pengendara itu sambil mengisyaratkan dengan tangan agar Anjana mendekat.

Rasa ragu Anjana menghilang. Seseorang yang mengetahui namanya berarti mengenal dirinya. Anjana berjalan mendekat ke arah jalan yang gelap itu.

"Blaxton! Kupikir hantu!" kata Anjana.

"Sialan kamu! Eh, barusan tadi aku lewat jalan seberang sana. Zello sepertinya dipukul seseorang. Dia dibonceng pergi oleh seseorang" ujar Blaxton.

"Oh syukurlah kalau sudah ada yang mengantarnya! Aku yang memukulnya tadi!" kata Anjana.

"Kamu? Gila kamu! Masalahnya apa? Eh itu kenapa bisa sama Yuian?" tanya Blaxton sambil menunjuk Yuian yang masih berdiri di taman menatap ke arah mereka.

Anjana menarik napas pelan lalu mulai menceritakan semuanya pada Blaxton.

"Jadi begitu. Bisa minta tolong?" kata Anjana usai bercerita.

"Tidak! Aku bukan Jin" ketus Blaxton.

"Ayolah! Aku ada janji dengan Oryn" pinta Anjana.

"Terus, mau minta tolong apa?" tanya Blaxton dengan nada malas.

"Temanin dia sebentar terus anterin pulang, bisa?" Anjana menengok Yuian sebentar.

"Hm, boleh. Dia cantik soalnya!" jawab Blaxton.

"Hush! Ingat jangan macam-macam!" tegas Anjana.

"Iya tau! Udah sana ke Oryn"

"Makasih bro!" ujar Anjana dan langsung pergi meninggalkan Blaxton.

Yuian menatap bingung saat Anjana berlari pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Saat dia masih bertanya-tanya dalam hati, Blaxton datang memberi jawaban tanpa diminta.

"Jadi begitu. Sekarang mau kuantar pulang atau gimana?" Blaxton menatap ekspresi Yuian yang sedikit terlihat kecewa karena Anjana pergi begitu saja.

"Aku mau jalan-jalan sebentar melepas penat" kata Yuian.

"Ya sudah biar kuantar."

"Tidak merepotkanmu?"

"Tidak apa-apa" Blaxton menggeleng pelan dan tersenyum ramah.

"Terima kasih" ujar Yuian.

Blaxton melajukan motornya melewati gang demi gang. Hingga mereka tiba disuatu tempat yang sangat ramai dengan pengunjung yang kebanyakan didominasi oleh anak kecil.

"Buat apa kesini?" tanya Yuian saat sudah turun dari motor dan menatap sekeliling.

"Mungkin kamu bisa terhibur dan melupakan masalahmu disini" jawab Blaxton lalu menarik tangan Yuian membawanya masuk melewati gemerlap warna-warni lampu elektrik di bianglala yang sedang padat-padatnya dengan pengunjung.

Blaxton memberhentikan langkahnya didepan panggung kecil yang dipenuhi pengunjung anak kecil

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.


Blaxton memberhentikan langkahnya didepan panggung kecil yang dipenuhi pengunjung anak kecil. Diatas panggung itu sedang diadakan pentas boneka marionette.

"Perhatikan baik-baik boneka-boneka itu" tunjuk Blaxton diikuti tatapan Yuian.

"Kenapa?"

"Boneka-boneka itu, diatur sesuka hati dengan tali untuk digerakkan menjadi kecewa, senang, marah, kesal. Jika itu manusia, rasanya tidak adil kan? Kita berhak dengan diri kita sendiri untuk menentukan apa yang kita lakukan, ekspresi apa yang seharusnya kita tampilkan bukan orang lain yang harus menentukan. Ini diri kita sendiri, kita yang memiliki kuasa, kita juga yang berhak." Blaxton meletakkan kedua tangannya dipundak kanan dan kiri Yuian.

"Jadi berhentilah! Kamu Yuian bukan marionatte!" Blaxton mengusap air mata Yuian yang tak sadar menetes begitu saja.

Lampu warna-warni dari berbagai wahana menjadi frame Blaxton dan Yuian sedang berdiri dan saling menatap, serasa beban Yuian sedikit terangkat karena penguatan Blaxton.

Malam itu air mata seorang gadis dihapus lenyap dalam hingar bingar pasar malam. Dia asyik menikmati kacang rebus sambil menatap pengunjung-pengunjung berteriak histeris diatas wahana ombak.

Dan di malam itu juga, seorang pria kasar suka mencaci maki tiba-tiba menjadi lembut dan menjadi motivator. Seorang pria pelit yang tiba-tiba memborong habis kacang rebus untuk seorang gadis.

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu