21. Pengakuan Anjana

814 83 53
                                    

"Lagu dan lukisan, kamu pilih mana?" Anjana sedikit berteriak karena jarak mereka sudah lumayan jauh.

"Lukisan" ujar Oryn dengan lantang.

"Hitam dan putih, kamu pilih mana?" kedua telapak tangan Anjana membentuk huruf O di depan mulut.

"Putih" tegas Oryn.

Paman tadi menggeleng-gelengkan kepala, sambil mencuci mobil dengan selang air, dia memperhatikan mereka.

Anak-anak sekarang, permainannya makin aneh saja.

"Apa ini sebuah game? Apa lagi Anjana? " tanya Oryn.

Anjana terdiam sesaat.

Anjana dan Veer, kamu pilih mana?

"Oii, malah bengong! Aku duluan yah!" Oryn berjalan membelakangi Anjana yang masih berdiri mematung.

Aku suka kamu.
Mungkin sudah lama rasa ini bertamu.
Namun, baru kusadari saat mata kita bertemu.

"Mas, jangan melamun! Bahaya loh!" seru paman yang sedang mencuci mobil.

Anjana tersadar dari lamunannya lalu pergi membawa motor meninggalkan tempat itu.

***

Anjana Pov.

Sampai di rumah aku langsung disambut Molla dan Molly. Sepertinya mereka sedang menunggu dari tadi. Aku tahu bukan aku yang dinantikan tapi crayon yang ada ditanganku ini. Kusodorkan plastik berisi crayon pada keduanya, mereka girang. Saking senangnya, mereka mencium pipiku berulang kali. Adik-adikku sangat menggemaskan bukan?

Aku masuk ke kamar. Membuang tubuhku pada kasur. Bayang-bayang kejadian tadi masih berputar dipikiranku. Wajah Oryn yang manis. Aku akui. Aku menyukainya. Sungguh-sungguh menyukainya. Apa rasa ini salah?

Aku tak berniat merebutnya dari Veer. Aku tak berniat melukai Veer. Aku tak berniat ingin memilikinya. Rasa sukaku terhadap Oryn tak sebesar rasa sayangku pada sahabatku sendiri, Veer. Jangan khawatir Veer, rasa ini hanya aku dan Tuhan yang tahu.

Sesuai permintaanmu di bandara. Aku akan menjaga Oryn, aku akan menjaga cinta kalian dan juga aku akan menjaga persahabatan kita Veer, yang dibangun sejak kecil, sejak Oryn belum hadir dalam kehidupan kita.

Aku menatap pada langit-langit kamar. Ada suara terdengar diluar. Suara Molla dan Molly sedang membahas warna-warna baju spongebob. Suara ayah dan ibu yang sedang membahas debat pilpres di tv. Aku tersenyum dan bersyukur dalam hati. Nikmat apa yang aku dustakan? Aku mendapatkan sebuah keluarga harmonis yang menggangapku benar-benar sebagai keluarga sejak aku berumur 6 tahun. Saat itu kedua orang tuaku ini sangat sulit mendapatkan anak, sampai aku duduk dibangku kelas 2 SMP barulah Molla dan Molly hadir mewarnai rumah ini sampai sekarang.

Jadi, aku tak ingin serakah mengambil apa yang bukan punyaku. Oryn milik Veer. Sampai kapanpun begitu. Titik.

Aku berdiri dari kasur dan mengambil gitar disudut tembok. Kupetik tali senarnya membentuk nada-nada. Lalu aku melantunkan lagu.

🎵🎵🎵

Aku berdansa di ujung gelisah
Di iringi syahdu lembut lakumu
Kau sebar benih anggun jiwamu
Namun kau tiada menuai buah cintaku
Yang ada hanya sekuntum rindu

Cintaku tak harus, miliki dirimu
Meski perih mengiris, iris segala janji

Syalalalalala
Syalalalalala
Syalalalalala

SyalalalalalaSyalalalalalaSyalalalalala

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Author dan Oryn, kamu pilih mana?
😁😁😁

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now