17. Pertolongan 46

1K 90 54
                                    

"Div. Ini Oryn! Bisa minta tolong?" Oryn menggigit kuku jari kelingking sambil sesekali menendang-nendang kerikil di samping trotoar.

"Oh Oryn. Mau minta tolong apa yah?" suara Div terdengar sedikit menguap.

"Bisa tolong antar aku ke bandara?"

"Hm, maaf Oryn. Aku lagi sibuk." suara Div tertahan sebentar. "Ah, coba hubungi Anjana, aku nanti kirim kontaknya yah Oryn."

Oryn mendesah, sedikit kecewa karena Div tak dapat membantunya.

"Baiklah Div. Aku tunggu yah. makasih"

"Sama-sama" jawab Div dan langsung menutup telponnya.

beberapa menit kemudian Div mengirim kontak Anjana. Oryn yang sedari tadi cemas belum dapat menyusul Veer tak menunggu lama langsung menelepon Anjana.

"Hallo! Siapa nih? " jawab Anjana sambil meneguk segelas air putih.

"Aku Oryn. Bisa minta tolong?" Oryn menggigit bibir bawahnya, cemas jika Anjana juga tak bisa membantu.

"Tolong apa?" Anjana sedikit menjauh dari orang tuanya dan gadis kembar yang sedang duduk sarapan di meja makan.

"Anterin aku ke bandara." Oryn meremas bawah rok mini merahnya, berharap Anjana tidak mengecewakannya seperti Div.

Tak ada suara Anjana dari seberang. Terdengar suara derum motor jelas di telinga Oryn.

"Hallo Anjana? Are you there?"

"Kok, Anjana tidak menjawab sih! Kalau tidak bisa kan bilang saja, aku tidak masalah kok" gerutu Oryn dalam hati.

Oryn menurunkan handphone dari telinga namun tiba-tiba suara Anjana mengagetkannya.

"Kamu di mana?"

"Trotoar jalan merpati" ujar Oryn membetulkan letak handphone tepat pada telinga sambil melirik kanan dan kiri memastikan jawabannya benar.

Lagi-lagi Anjana tak menjawab, hanya terdengar suara derum motor membising di telinga Oryn.

"Apaan sih Anjana. Tak jelas!" gerutu Oryn dalam hati dan langsung saja Oryn menutup telpon.

Tiba-tiba sebuah motor parkir di depannya. Pengemudi motor itu membuka kaca helm dan menatap Oryn. Oryn yang tadinya menunduk memainkan kerikil dengan ujung sepatu, mengangkat wajah dan tersenyum. "Anjana!" seru Oryn.

"Ayo naik!" ujar Anjana.

"Aku pikir kamu tidak bisa antar, soalnya tidak jawab pertanyaanku sih, eh taunya cepat amat sampai." Oryn mendekat ke motor Anjana, mengambil ancang-ancang untuk menaikinya.

"Tunggu! Jangan naik dulu!" kata Anjana.

Oryn mengernyitkan alis.

"Berdoa dulu" kata Anjana sambil tertawa.

"Apaan sih! Aku buru-buru Anjana! Tidak ada waktu bercanda."

"Iya-iya tau kok." Anjana turun dari motor. Membuka jaket hitam. Lalu diikat pada pinggang Oryn sehingga paha putihnya yang kelihatan tertutup oleh jaket Anjana.

"Rokmu terlalu pendek. Ntar kalau naik motor bisa tertiup Angin. Tidak enak juga kalau dilihat orang" ujar Anjana sambil memakaikan helm dikepala Oryn lalu kembali menaiki motor.

"Makasih!" ujar Oryn malu-malu lalu menaiki motor.

"Mau ketemu siapa di bandara sampai buru-buru begini?" tanya Anjana penasaran saat motornya sudah melintas di jalan.

"Veer. Bisa balap tidak Anjana?" kata Oryn.

Anjana tersenyum kecil lalu menaikan kecepatan motornya, seketika Oryn berteriak kaget.

"Pelan-pelan dong Anjana!" Oryn menepuk-nepuk pundak Anjana.

"Tadi katanya cepat sekarang kok pelan!" Anjana terkekeh sambil melirik kaca spion, menatap wajah Oryn yang panik.

Anjana meraih tangan Oryn, melingkari pinggangnya.

Maaf Veer. Ini demi keselamatan gadismu!

Oryn sontak kaget bercampur malu, hingga dia mencoba melepaskan tangannya pada pinggang Anjana. Namun Anjana yang menyadari gelagat Oryn langsung membetulkan tangan Oryn kembali pada pinggangnya.

"Jangan bandel kalau mau selamat sentosa sampai tujuan!" teriak Anjana sedikit kencang karena dia tahu bising motor akan menutupi pendengaran mereka.

Oryn tak lagi melawan. Dia diam dan membiarkan tangannya melingkar manis pada pinggang Anjana.

Anjana membawa motornya melaju cepat bak Valentino Rossi. Beberapa menit akhirnya mereka tiba di bandara.

Oryn yang langsung turun dari motor, cepat-cepat membuka helm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Oryn yang langsung turun dari motor, cepat-cepat membuka helm.

Anjana tiba-tiba tertawa sambil menunjuk-nunjuk Oryn.

"Apaan sih!" tatap Oryn bingung.

Anjana berjalan mendekat ke arah Oryn. Jemarinya menyisir setiap helai rambut Oryn yang seperti singa akibat angin kencang mengibarkan rambut Oryn diudara tadi saat di atas motor.

"Makasih Anjana. Makasih juga sudah mengantar sampai sini" Oryn menunduk malu-malu.

"Kalau makasih itu makanan berarti aku sudah kenyang daritadi" ujar Anjana sambi kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celana.

Oryn tersenyum kecil. Dia berjalan mendekati motor. Mendekatkan wajah pada kaca spion. Oryn memastikan rambutnya sudah rapi. Lipstiknya tidak berceceran, maskaranya tidak luntur sebelum bertemu dengan Veer.

"Udah cantik kok! Ayo masuk!" kata Anjana.

Oryn yang menyadari Anjana sedang memperhatikan tingkahnya. Cepat-cepat menghindar dari kaca spion lalu berjalan masuk ke dalam diikuti Anjana yang masih saja senyum-senyum karena tingkah Oryn, baginya menggemaskan.

***
Semoga yang baca sehat selalu 🙏

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now