44. Bayang Masa Lalu

612 76 52
                                    

Circuit saat ini dipenuhi banyak pemuda yang sedang mengantri mendaftar. Tiba giliran Zello, berjalan mendekat dan saat ingin menulis namanya, dia tersenyum sinis. Nama Anjana juga ada.

"Kenapa dia ikut road race? Lagi butuh uang?" ujar Zello dalam hati lalu tersenyum menyiratkan bahwa dia memiliki rencana.

Selesai mendaftarkan diri. Zello beranjak menuju tribun, menyapa sahabat-sahabatnya.

"Semangat bro!" kata Hagel sambil melakukan tos dengan Zello.

"Semoga kamu menang!" doa sahabat-sahabatnya yang lain.

"Tenang saja aku pasti menang, tapi-" jeda Zello sambil melirik sekeliling, dia mendekatkan tubuhnya ke mereka.

"Tapi apa?" tanya Hagel.

"Kalian harus melakukan sesuatu untukku. Ada seseorang yang ingin aku singkirkan" bisik Zello.

"Yang mana orangnya?"

"Yang memiliki nomor motor 30. Dia Anjana" bisik Zello lagi.

Mereka menggangguk, tanda mengerti dan siap melakukan perintah boss mereka.

***

Semua peserta pembalap sudah berada di garis start. Posisi Anjana dan Zello berdampingan, membuat Zello melirik Anjana sambil menunjukkan jempol terbalik di hadapan Anjana namun Anjana tak peduli, dia membuang muka dari Zello dan menatap fokus pada track-track yang akan dilaluinya nanti.

Seorang wanita cantik berpakaian seksi pun segera mengibarkan bendera sebagai tanda pertandingan dimulai.

Dan seketika, semua motor melaju gesit. Teriakan semangat dari penonton pun menggema. Bukan hanya kaum adam, namun kaum hawa juga tak kalah banyak yang datang antusias menyaksikan pertandingan ini.

Anjana berhasil melewati setiap lintasan miring yang disepanjangnya diletakkan karung-karung. Pada tahap ini, Anjana berhasil meredam kecepatan.

Selang beberapa menit, garis finish sudah terlihat di depan mata Anjana.

Dan, tiba-tiba.

BRUK!

BRAK!

Seorang pembalap jatuh terpintal-pintal dengan motornya di badan aspal.

Di tribun, teman-teman Zello berbisik gembira.

"Akhirnya kita berhasil menyingkirkan orang yang suka memerintahkan kita seenaknya sejak sekolah sampai sekarang!"

"Maaf Zello!" Hagel tertawa kecil bersama dengan yang lain.

Anjana menjadi orang pertama yang berhasil melewati garis finish. Dia menatap kebelakang, baru disadarinya ternyata Zello mengalami kecelakaan.

Anjana berlari disusul par medis yang juga ikut berlari.

Zello menatap samar-samar Anjana berlari mendekati dirinya yang saat ini memeluk aspal.

Anjana, ternyata kamu masih peduli padaku?

Anjana, maafkan aku!

Anjana, aku rindu kita yang dulu!

Bayang-bayang kisah masa lalu Anjana dan Zello saat di panti asuhan bertebaran.

Saat Anjana dan Zello kelaparan dan bersembunyi mengambil roti diam-diam di salah satu pabrik dekat panti asuhan.

Saat Anjana merobek bajunya dan digunakan untuk membalut luka-luka Zello di kaki karena dipukul pengasuh hingga berdarah.

Saat Anjana dan Zello keluar diam-diam untuk menikmati lebatnya air hujan dan saat pulang mereka berdua dipukul, namun mereka berdua tertawa setelah dipukul bersama.

Saat mereka berdua berbagi sebuah selimut yang saat itu di kasih salah satu artis yang datang mengunjungi mereka, namun Zello tidak kebagian karena itulah milik Anjana menjadi milik mereka berdua.

Saat Zello sakit dan para pengasuh pura-pura tak tahu, Anjana ke apotik mencuri obat dan memberikannya pada Zello, merawat Zello hingga dia sembuh.

Namun, semuanya berakhir kala seorang peri datang menjemput Anjana. Saat itu Anjana tidak ingin pergi jika Zello juga tidak diajak, namun kata salah satu pengasuh kepada Anjana, bahwa Zello akan dijemput juga, ternyata semuanya bohong. Zello selamanya di panti Asuhan, tak ada yang menjemput.

"ZELLO!!!!!" teriak Anjana keras, derai air matanya bercucuran membasahi pipi.

Zello menatap Anjana dari kejauhan. Dia tersenyum bahagia.

Aku pikir hanya Veer selamanya sahabatmu, ternyata aku salah. Tak hanya Veer, aku juga selamanya sahabatmu. Terima kasih Anjana dan maafkan aku.

Anjana tiba di depan tubuh Zello yang sudah dibopong para medis di atas tandu.

Sempat tangan Anjana menyentuh tangan Zello.

"Maafkan aku!" ujar Zello.

"Tidak! Maafkan aku yang telah meninggalkanmu!" balas Anjana.

Para medis membawa tandu diikuti Anjana yang masih saja menangis sesenggukan.

***

Kok aku jadi sedih?

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now