12. Kumis Kucing

1.1K 107 116
                                    

"Gadis ayu. Jika tertawa mata sipitnya hampir tertutup. Rambut panjang lurus, hitam pekat bak model shampo. Senyumnya yang ramah benar-benar meneduhkan. Besok akan kutunjukkan siapa dia." Anjana mengedip sebelah mata pada Veer.

Veer menggangguk. Dia turut senang melihat sahabatnya bersemangat membahas seorang gadis yang disukai sejak dulu.

Beberapa menit, tak ada lagi percakapan. Mata mereka terpejam. Menuju ke alam mimpi.

***

Pagi menghampiri. Veer pamit pada kedua orang tua Anjana juga gadis kembar yang sedang siap-siap berangkat ke sekolah.

"Jadi kan kita melihat pujaan hatimu itu?" bisik Veer di telinga Anjana, saat Anjana siap-siap mengantar Veer pulang.

"Jadi dong."

Anjana membawa motor melewati jalan yang belum pernah dilalui Veer. Beberapa perumahan berbaris rapi dengan beraneka cat warna. Anjana menghentikan motornya di bawah pohon rindang.

Veer turun dari motor lalu menatap sekeliling. "Di mana rumah gadis itu?"

"Di situ." Anjana menunjuk sebuah gedung bercat biru muda.

Veer menatap lekat gedung itu. Ada sebuah gapura kecil bertuliskan : Panti Asuhan Valentine.

"Dia sepertiku. Anak panti asuhan sini." Jelas Anjana pada Veer.

"Oh begitu. Ya udah ayo masuk, tunjukkan padaku." ajak Veer.

Anjana mencegat lengan Veer yang hampir melangkah menuju gedung itu. "Veer, kita lihat saja dari sini. Aku tidak bisa masuk. Anak-anak itu tidak menyukaiku sejak aku diadopsi." ucap Anjana dengan nada pelan.

Veer mengerti sahabatnya. Dia terdiam dan hanya berdiri disamping Anjana. Tiba-tiba Anjana menekan bahu Veer, memaksa tubuh Veer untuk menunduk.

"Apa sih Anjana?"

"Itu dia. Yuian!" Anjana berbisik dibalik semak-semak.

"Gadis itu?" tanya Veer.

"Iya. Namanya Yuian"

Veer menatap Anjana, wajahnya berseri. Seperti wajah orang jatuh cinta pada umumnya. Namun tiba-tiba senyum itu hilang diganti sendu pada raut wajah Anjana.

"Ada apa?" Veer menatap mengikuti tatapan Anjana. Yuian tampak mesra dengan seorang lelaki. Lelaki itu adalah Zelo.

Anjana memalingkan wajah. Dia berdiri dari tempat persembunyian lalu berjalan ke bawah pohon rindang, tempat diparkirnya motor. Dalam diam Veer mengikuti Anjana, dia bisa merasakan aura kekecewaan menyelimuti Anjana saat itu.

Tanpa menatap lagi ke arah dua insan yang sedang bermesraan, Anjana menginjak gas dan membawa motornya pergi saat Veer sudah menaiki motornya dibelakang.

Sepasang mata menyadari keberadaan mereka. Namun, hanya terdiam tanpa bisa berbuat apa-apa karena tangan pria itu masih melingkari pinggangnya.

"Terima kasih sudah mengantarku, jangan galau terlalu lama. Itu bukan Anjana yang kukenal," Veer memberi penguatan saat turun dari motor Anjana didepan pagar rumah Veer.

"Tenang saja bro! Seorang Anjana tak akan mati hanya karena cinta." balas Anjana. Veer tersenyum walaupun dia tak yakin dengan ucapan Anjana.

Standing in the hall of fame🎵📱
And the word's gonna know your name 🎵🎵

Handphone Anjana berdering. Anjana merogoh saku celananya, membuka sebuah pesan chat dari Blaxton.

Kumis kucing, ada job nih. Di cafe Biantara, sekarang!

"Sialan nih anak. Tidak konsisten, kemarin panggil aku cacing tanah eh sekarang kumis kucing." Gerutu Anjana dalam hati.

Oke tai kucing 💩
Otw!

Anjana menyimpan kembali handphone di saku. Melirik Veer yang masih berdiri di depan pagar menunggunya pergi. "Bye bro!" seru Anjana dan langsung membawa motornya melintas di badan aspal.

***

Cafe Biantara terkenal dengan racikan biji kopi yang menggoda setiap lidah. Tak heran jika pengunjungnya sangat banyak, baik dari kalangan muda-mudi sampai orang tuapun selalu mampir ke cafe Biantara.

Blaxton, Div dan Dugal menyambut Anjana di depan cafe saat dirinya tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Blaxton, Div dan Dugal menyambut Anjana di depan cafe saat dirinya tiba. Dengan tangan kosong dia berjalan lenggang ke arah mereka. Berbeda dengan mereka, Div dan Dugal tangan mereka memegang gitar, sedangkan Dugal memegang stick kesayangannya yang sesekali diputar-putar begitu saja diudara. Sebenarnya semua alat sudah disediakan di cafe. Namun Div dan Blaxton lebih mencintai punya mereka sendiri, begitu juga Dugal, namun apa dayanya hanya stick yang dapat di bawah dengan mudah tanpa drum.

"Maaf kak! Aku sungguh tak sengaja menumpahkan coffee ini!"

"Maaf kak! Aku sungguh tak sengaja menumpahkan coffee ini!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiba-tiba terjadi keributan di dalam cafe. Semua pengunjung yang tadinya sibuk menikmati coffee masing-masing, akhirnya memalingkan wajah menatap seorang gadis dimarahi pengunjung.

"Maafmu tidak cukup! Lihat jasku kotor! Bagaimana bisa aku mengikuti rapat setelah ini dengan jas yang tertumpah coffee ha?" seorang lelaki berteriak kencang, mengundang semua mata untuk tetap menonton.

Anjana ingin berjalan ke arah keributan namun Dugal cepat-cepat mengunci pergelangan tangannya. "Jangan bodoh, kita disini untuk kerja! Kamu tidak lupa kan bahwa kita berempat bernasib sama? Sama-sama disuruh mengganti fasilitas lab komputer dan isinya di sekolah yang kita rusak dulu. Dan kamu tidak lupa juga kan, orang tua kita berempat sama-sama sepakat dengan ide konyol kepala sekolah agar kita mencari uang sendiri tanpa bantuan orang tua? Hanya ini yang bisa kita lakukan Anjana! Mau jadi tutor les belajar? Kita terlalu bodoh untuk menghancurkan masa depan anak-anak. Atau mau jualan? Aku tidak yakin kamu ramah sama pembeli."

"Udah selesai pidatonya? Aku mengerti, tidak akan ikut campur." Gerutu Anjana.

Dugal menarik napas lega.

"Eh, tunggu dulu. Itu Oryn kan?" Div menepuk pundak Anjana dan Dugal berulang kali sambil menunjuk pada seorang gadis yang masih menunduk meminta maaf.

"Benar, itu Oryn!" Blaxton menyahut dari belakang.

Anjana menatap dari ujung kaki sampai rambut. Gadis yang memakai kemeja putih dan rok mini merah, benar-benar adalah Oryn.

"Hei Anjana" teriak Dugal saat Anjana berjalan menuju asal keributan.

"Kamu tidak mengerti dengan kata-kata Dugal tadi yah, Anjana bodoh! Mau kerja apa kita?" Teriak Blaxton.

"Persetan! Jualan kumis kucing saja!" kata Anjana sambil mempercepat langkahnya saat lelaki itu makin membentak Oryn.

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now