28. Permen Rubah

680 71 21
                                    

Oryn pov.

Pagi ini hujan turun sangat deras. Akibatnya, banyak genangan air di badan aspal. Aku melangkahkan kaki dengan pelan, takut membuat percikan menempel pada baju putih ini.

Hari ini bawaanku lumayan banyak, beda dengan hari-hari sebelumnya saat ke kampus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini bawaanku lumayan banyak, beda dengan hari-hari sebelumnya saat ke kampus. Bahu sebelah kanan kupakaikan tas yang berisi peralatan kampus dan bahu sebelah kiri kuselendangkan tas biola sambil tangan kanan kupegang payung pink.

Bukan hanya bawaan yang banyak tapi juga aksesoris yang kupakai juga berlebihan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Bukan kemauanku tapi karena ini semua adalah properti ospek yang wajib dipakai.

Sesekali orang-orang di bus memandangiku dan tersenyum. Ada yang saling berbisik. Ada yang menyembunyikan wajah yang sedang menahan tawa. Kumaklumi tingkah mereka karena aku memang sangat lucu saat ini. Kaus kaki yang kugunakan adalah kaus kaki bola, bukan sepasang warna melainkan berbeda warna. Kaki kiri kaus kaki merah dan kaki kanan kaus kaki hijau, semuanya setinggi lutut.

Beralih pada atasan. Rok hitam yang kugunakan dihiasi ikat pinggang yang tak biasa. Ya! Tak biasa karena dibuat dari tali arafia dan digantungkan beberapa kaleng bekas minuman diisi kelereng jadi bisa dibilang aku membuat keributan di dalam bus setiap kali bergerak sedikit atau tersenggol beberapa orang maka bunyi kelereng membahana di dalam bus.

Kemeja yang kugunakan berwarna putih polos, warna kesukaan Veer. Terus, leherku tak dibiarkan kosong, ada liontin indah tergantung. Liontin yang terbuat dari daun kelapa sama seperti jam tangan disebelah kiri ini, terbuat dari anyaman daun kelapa pula. Ah aku lupa, ada dot juga yang tergantung di leher dan papan nama dari karton bertuliskan "TERLAMBAT".

Ada satu keberuntunganku di sini. Setiap gadis diharuskan mengepang rambut sebanyak tanggal lahir mereka. Dan tanggal lahirku adalah tanggal dua, jadi aku hanya buat dua kepangan di kepala dihias pita pink. Coba, bayangkan yang lahirnya tanggal 30. Bagaimana nasib mereka?

Hiasan terakhir dikepalaku adalah topi. Topi istimewa. Terbuat dari karton berbentuk kerucut, diujungnya ada sebuah balon pink. Gara-gara balon ini, bocah kecil merengek pada ibunya di dalam bus buat ambil balon dikepalaku ini, astaga.

Ceessttt...

Bus berhenti di depan kampus. Hujan juga sudah berhenti. Aku bisa turun dengan leluasa tanpa repot-repot membuka payung lagi.

Tiba-tiba aku teringat kejadian semalam. Ah, apa yang sudah kulakukan? Aku mengungkapkan perasaan pada Anjana dan menghianati rasaku pada Veer. Anjana mengatakan bahwa semua perasaan ini hanya salah paham. Benarkah itu? Apakah aku hanya merasa kesepian? Dan karena Anjana selalu bersamaku aku merasa bahwa perasaan ini adalah cinta? Ah, Veer maafkan aku. Cepatlah kembali, biar kutahu siapa yang benar-benar aku cintai.

Astaga, aku juga lupa. Bagaimana ini? Siapa yang akan mengisi acara bersamaku sebentar lagi?

***

"Hei, terlambat!" seru seorang senior di depan Oryn.

Oryn membuka tas, merogoh handphone lalu menunjukkan layar depan pada senior itu. "Ini baru jam 7 kak, aku tidak terlambat!"

Senior itu menggelengkan kepala, dia tertawa kecil sambil menunjukkan papan nama Oryn yang bertuliskan "TERLAMBAT".

Oryn lupa, dia diberikan nama "TERLAMBAT" karena hari itu dia terlambat berkumpul di aula.

"Maaf kak" seru Oryn menunduk malu.

"Itu kenapa jalan lewati senior tanpa menyapa, tidak sopan!" ujar senior itu sambil menunjuk seseorang di belakang Oryn.

"Siapa sih yang aku lewati?" batin Oryn.

Oryn memutar tubuhnya perlahan ke belakang. Tatapannya bertemu dengan tatapan Anjana.

Anjana?

Anjana memalingkan wajah dari Oryn. Dia pergi seolah-olah tak mengenal Oryn.

Anjana, kamu marah?

"Hei terlambat!" senior tadi menepuk pundak Oryn.

"Eh, iya kak."

"Jangan tidak sopan seperti itu lagi yah."

"Baik kak."

"Kamu bawah permen rubah dan ratu perak?" tanya senior itu.

Oryn membuka tas lagi. Mengecek apakah semua yang disuruh senior-senior kemarin dibawah ataukah tidak. Dan ternyata dia tidak lupa membawa, ada permen Fox dan coklat silverqueen di dalam tasnya.

"Bawah kak!" jawab Oryn setelah memeriksa isi tas.

"Ya sudah, sekarang masuk ke aula. Acara pembukaan ospek akan dimulai."

Mati aku!
Tidak ada orang yang menemaniku mengisi acara!

"Ayo masuk! Kenapa malah melamun?"

"I-iya kak!" jawab Oryn terbata-bata.

Oryn memasuki ruangan bersama dengan maba yang lain. Seseorang datang memberitahukannya kapan gilirannya akan naik ke panggung mengisi acara. Oryn hanya mengangguk mengerti namun hatinya tidak yakin, bisakah dia tampil? Apakah dia akan dimarahi karena tidak bersama dengan salah satu senior?

Jantung Oryn berdegup kencang saat acara pembukaan ospek sudah dimulai dan mendengar sambutan dari berbagai kalangan. Sambutan terakhir dari Yuian selaku ketua BEM dan setelah itu giliran Oryn untuk tampil.

Tangan Oryn basah. Namanya dipanggil maju ke panggung. Dia berjalan seorang diri tak ada yang menemani.

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang