38. Veer Or Anjana?

664 72 29
                                    

"Aku benar menyukai Oryn, tapi tidak benar aku menikung sahabatku sendiri, karena aku tidak pernah mengungkapkan perasaan ini pada Oryn" ujar Anjana.

Veer tertawa sinis.

"Oryn pernah mengungkapkan perasaannya padaku. Katanya dia menyukaiku! Tapi jawabku itu hanya perasaan salah paham karena kamu jauh membuat Oryn merasa kesepian dan hadirku membuatnya salah mengartikan rasa" lanjut Anjana.

Veer mengepalkan tangan lalu bangkit duduk di atas rumput.

Anjana ikutan bangkit dan duduk di samping Veer. Menatap wajah Veer yang saat ini benar-benar kesal.

Veer merogoh handphone di saku celana. Mengetik sebuah pesan chat.

Datanglah di lapangan bola, sekarang.

***

Di dalam kamar Oryn begitu bahagia melihat semua pesan chatnya dibaca oleh Veer. Dia tak henti-hentinya berguling-guling di atas kasur lalu mencium-cium boneka panda dengan gemas.

Tiba-tiba sebuah pesan chat masuk. Saat dilihatnya dari Veer, Oryn makin bahagia.

Eh, lapangan bola?

Veer sudah datang?

Tanpa menunggu lama, Oryn bangkit dari kasur menghampiri cermin. Menyisir rambutnya, sebagian dibuat cepol seperti kebiasaannya. Menggunakan bedak secukupnya lalu sedikit memerahkan bibir dengan liptint.

Saat selesai berdandan dia baru menyadari, bahwa masih menggunakan stelan training. Oryn cepat-cepat berganti pakaian dengan celana jeans dan kaos putih.

Beres!

"Bu, aku pamit ke lapangan dulu mau ketemu Veer" ujar Oryn pada Early yang sedang mengangkat jemuran.

"Memangnya Veer sudah datang?"

"Sudah bu, aku pergi yah."

"Hati-hati di jalan." ujar Early sambil membawa masuk jemuran.

"Iya bu" jawab Oryn.

***

Angkot yang ditumpangi Oryn berhenti di depan lapangan bola. Oryn turun setelah membayar kepada kenek angkot.

Oryn memasuki gerbang besar. Melewati pohon-pohon rindang. Dia berhenti sejenak, menatap sebuah motor yang dia kenal sedang terparkir.

Ini kan motor Anjana?

Anjana ada di sini?

Oryn melanjutkan langkah dengan ragu, perasaanya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Entah apa gerangan?

Langkah Oryn terhenti. Terlihat dari jauh dua orang lelaki yang dia kenal duduk ditengah-tengah lapangan bola.

Oryn mempercepat langkah.

Kini dia berdiri di depan kedua lelaki itu. Satunya lelaki yang sangat dia rindukan, satunya lagi lelaki yang selalu ada disisinya.

Anjana menatap kaget pada gadis di depannya lalu balik menatap Veer penuh tanya.

Veer bangkit berdiri, tak lepas pandangannya dari Oryn.

"Veer" lirih Oryn dengan mata berkaca-kaca.

Oryn mendekat, memeluk tubuh Veer dengan erat. "Aku rindu."

Anjana pura-pura menatap ke arah lain.

Veer mematung, tak membalas pelukan Oryn. Kedua lengan tangannya masih terjuntai jatuh menghadap permukaan rumput.

Oryn melepaskan pelukannya perlahan. "Kapan kamu datang Veer? Tadi?"

Veer menatap dalam-dalam bola mata Oryn yang basah, seperti sebuah danau bening yang tiba-tiba dilempari batu membuat percikan air berterbaran.

"Sendiri aja neng? Lagi nunggu bus yah? Mau abang anter? Boleh minta no handphone? Kalau ditanya jawab dong neng! Kamu kuliah disitu yah? Jurusan manajemen pemasaran kan?" ujar Veer.

Oryn mengerutkan kening, bingung dengan kata-kata Veer. Namun dia tiba-tiba teringat kata-kata itu sama persis dengan seseorang yang dicuriganya sebagai stalker di halte.

"Sejak saat itu" ujar Veer.

"Itu kamu?"

Veer mengangguk.

Anjana berdiri, menatap keduanya. "Kalian lanjutkan saja, sudah lama baru bertemu kan? Aku pergi dulu."

Veer menarik lengan Anjana "jangan pergi, ada yang ingin kudengar dari Oryn dan kamu juga perlu dengar."

Tatapan Veer berubah tajam ke arah Oryn dan Anjana.

"Ada apa?" tanya Oryn.

"Kamu menyukai aku atau Anjana?" tanya Veer.

Oryn membelalak kaget, hal yang sama juga terjadi pada Anjana.

"Kamu pilih aku atau Anjana?" tanya Veer.

Jantung Oryn berdegup kencang, dia meneguk ludah terasa sakit di tenggorokan.

"Jawab!" tegas Veer sambil mengepalkan tangan.

"Jangan persulitkan keadaan, jawablah sesuai kata hatimu Oryn" ujar Anjana dalam hati sambil menatap Oryn.

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now