9. Lady's Veer

1.2K 125 100
                                    

Saat aku merasa tak nyaman, ada saja caramu membuatku bertahan.
-Oryn-

Anjana tertunduk. Air matanya yang tadinya bergelantungan dilebatnya bulu mata, kini lolos jatuh tersungkur pada keramik lantai putih.

Oryn menghentikan langkah di depan pintu. Nafas Oryn tak teratur karena berlarian hinggah tiba di klinik. Jarak klinik tak jauh dari tempat tinggal Oryn, jadi dia tak memerlukan kendaraan.

Pintu yang setengahnya dari kaca itu, membuat Oryn bisa menyaksikan seorang Anjana sedang menangis.

"Kenapa Anjana sampai menangis? Apa Veer terluka parah?" Tanya Oryn dalam hati.

Oryn tak bisa menunggu lagi. Rasa khawatirnya harus segera terjawab, tak peduli ada Anjana di sana.

Oryn membuka pintu perlahan. Anjana yang menyadari seseorang sedang membuka pintu, cepat-cepat mengusap air mata.

"Oryn," suara veer membuat Anjana menyadari sosok yang datang adalah Oryn.

"Duduklah di sini," Anjana berdiri dan menyodorkan kursi pada Oryn. Satu-satunya kursi di ruangan itu.

"Ah, tidak apa-apa duduk saja." Oryn tampak sungkan dengan sikap Anjana yang tiba-tiba sopan.

"Aku ingin keluar sebentar untuk menelpon, jadi kau duduk saja di sini." kata Anjana dan langsung meninggalkan ruangan.

Oryn menarik kursi itu lebih dekat kearah Veer. Veer menatap Oryn. Rambut Oryn yang biasanya sebagian dicepol lucu kini terlihat agak berantakan karena diikat seadanya.

"Kenapa kamu tidak menggunakan jaket? Diluar kan sangat dingin!"

"Aku buru-buru ke sini, memangnya itu penting sekarang? Keadaanmu yang penting sekarang Veer! Aku takut kamu kenapa-kenapa." Oryn meremas tangan Veer. Suara Oryn bergetar menahan tangis.

"Aku baik-baik saja kentang."

Yang disapa kentangpun tersenyum manis.

"Tadi Anjana kenapa? Aku tadi Lihat Anjana menangis."

"Oh itu, kami baru saja menyelesaikan salah paham diantara kami dan dia juga berjanji tak akan menganggumu lagi Oryn." Veer menyelipkan jemarinya di antara jemari Oryn. "Maaf, karena aku kamu jadi terlibat."

"Syukurlah semuanya sudah baik-baik saja."

"Kembalilah ke rumah. Kamu harus istirahat, besok pagi kan harus kerja" ucap Veer.

"Tidak apa-apa Veer."

"Memangnya kamu mau kerja dengan mata panda kayak begitu?" Veer menunujuk mata Oryn.

Oryn cepat-cepat mengusap kedua matanya. "Ah apa sih Veer, panda kan Lucu."

"Iya panda lucu tapi kamu tidak."

Oryn memonyongkan bibir. Ingin rasanya Oryn menyentak kepala Veer.

"Terus aku apa?"

"Kamu cantik."

"Ih Veer!" Oryn menunduk malu, tak ingin menunjukkan pipinya yang sudah berubah warna kayak bunglon.

Melihat tingkah Oryn, Veer tertawa seketika melupakan rasa sakitnya. Tawa Veer tiba-tiba terhenti, saat matanya bertemu mata sesosok wanita di depan pintu. Dia ibunya Veer.

"Ibu!"

Oryn mengangkat wajahnya saat mendengar suara Veer. Dan dilihatnya ibu Veer sudah berdiri di depan pintu, berjalan mendekat. Oryn berdiri dan menyilami tangan ibu Veer. Masih seperti dulu, sejak SMA wajahnya tak pernah memberikan senyum pada Oryn.

"Kamu pulang saja yah nak, ini sudah larut malam, nanti perempuan itu cemas." ucap ibu Veer.

"Perempuan?" Batin Oryn.

Melihat ekspresi tanda tanya di raut wajah Oryn, membuat ibu Veer cepat meralat ucapannya. "Ah, maksudku ibumu Oryn."

"Oh iya Bu. Aku permisi pulang dulu." Jawab Oryn sambil melemparkan senyum pada Veer.

Veer membalasnya dengan ekspresi seperti emoji kiss di keyboard. Tentu saja ibu Veer tak melihatnya karena dia membelakangi Veer dan berhadapan dengan Oryn.

"Ah, Veer. Saat aku merasa tak nyaman, ada saja caramu untuk membuatku bertahan." Batin Oryn.

***
Bagi kalian para cewek
suka dibilang lucu atau cantik?
😁

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now