45. Tidak Ada Iblis

630 79 40
                                    

Tak selamanya diam itu emas guys, mungkin aja patung 😅
Atau?

***

Zello dibawa ke rumah sakit terdekat. Pendarahan banyak di kepala dan juga kaki membuatnya harus di rawat serius.

Anjana terduduk lesu di depan ruang ugd. Ditangan Anjana terdapat amplop berisi jumlah uang yang cukup banyak, diberikan oleh panitia atas kemenangannya tadi. Beberapa panitia juga sedang duduk menanti kabar selanjutnya tentang Zello dari dokter. Setidaknya mereka juga turut bertanggung jawab karena insiden kecelakaan langsung pada kegiatan mereka.

Anjana terus menunduk. Dia meremas amplop coklat yang sudah sedikit basah karena tetes-tetes air mata Anjana.

Bagi Anjana, uang ditangannya sekarang sudah tidak berarti lagi.

Anjana terdiam sesaat lalu berjalan pergi.

"Mau kemana?" tanya seorang panitia.

Anjana menoleh. "Aku akan membayar pengobatan Zello dengan uang-uang ini" Anjana menunjukkan amplop coklat ditangannya.

"Kau tidak perlu cemas. Kami sudah melunasi semuanya. Duduklah" jelas panitia itu.

"Benarkah? Terima kasih banyak!" Anjana menggengam tangan panitia sambil menunduk.

"Ah tidak perlu berterima kasih, ini sudah tanggung jawab kami." panitia itu menepuk-nepuk pundak Anjana.

Anjana segera duduk disampingnya.

Tak lama kemudian beberapa polisi datang. Bertemu langsung dengan Anjana dan panitia-panitia yang sedang duduk di depan ugd. Mereka membahas tentang insiden Zello tadi lalu ditemukan ada kejanggalan-kejanggalan, karena sebelum pertandingan dimulai, mereka sudah memeriksa semua motor apakah dalam kondisi baik untuk masuk arena balapan, dan ternyata semuanya layak.

Polisi-polisi pun kembali setelah selesai mengajukan beberapa pertanyaan pada mereka.

1 jam berlalu

Dokter keluar dan memberitahukan kondisi Zello. Kata dokter semuanya dapat menjenguk namun tidak diperbolehlan mengajak banyak bicara pada Zello.

Anjana dan yang lainnya pun mengangguk tanda mengerti.

"Zello" sapa Anjana sambil menatap tubuh Zello. Kepala Zello penuh perban, kaki dan tangan Zello dipakaikan gips.

Zello tersenyum.

Anjana menoleh ke arah panitia "Maaf, bisakah aku berbicara dengan Zello sendiri? Ada hal yang ingin aku bicarakan."

"Baiklah! Kami juga akan segera pamit karena polisi-polisi tadi masih ingin meminta keterangan kami di kantor polisi, kami pamit ya Zello."

"Iya pak. Terima kasih" ujar Zello.

Pintu ditutup dari luar.

Anjana mendekat, duduk di kursi dekat ranjang Zello.

"Aku senang melihatmu di sini. Aku pikir, aku bukan lagi sahabatmu. Aku pikir kamu tidak peduli lagi padaku."

Anjana menggeleng.

Zello tersenyum lagi. "Jujur aku iri saat kamu menemukan sahabat baru, kemana-mana selalu kalian berdua bersama, saling membantu dan saling menyayangi. Aku iri hubunganmu dengan Veer. Setiap kali aku melihat, dadaku sakit mengingat dulu kita begitu dekat seperti saudara. Satu-satunya saudara yang kumiliki, yang tiba-tiba menghilang di bawah pergi oleh orang asing. Aku menatapmu saat itu dari jendela kamar, kamu dijemput dengan mobil mewah. Ingin sekali aku ikut bersamamu. Aku takut di panti sendirian tanpamu."

Derai air mata Anjana mengalir deras membasahi ranjang. "Maafkan aku! Maafkan aku! Maafkan aku. Kata pengasuh kamu akan dijemput setelah itu jadi kupikir tidak apa-apa jika aku dijemput sekarang. Aku baru tahu setelah beberapa minggu, aku datang mengecek dirimu diam-diam di panti, ternyata kamu belum juga dijemput. Maafkan aku!"

"Sudahlah. Toh semuanya sudah terjadi!"

"Aku benar-benar menyesal" Anjana mengangkat wajah menatap Zello dengan serius. "Maukah kau ikut denganku? Tinggal bersamaku?"

Zello tertawa kecil. "Apa kau sedang mengasihaniku? Tenanglah! Sekarang aku sudah tidak tinggal di panti. Aku tinggal di salah satu kos-kosan, aku sedang menikmati pekerjaan baru."

"Pekerjaan apa?" tanya Anjana penasaran.

"Karyawan di perusahaan Veer. Veer yang mengangkatku walaupun hanya menggunakan ijazah SMA yang kupunya. Kini aku tahu, mengapa kamu begitu menyayangi Veer. Dia memiliki hati yang baik" jelas Zello.

"Kau juga! Kau juga baik"

"Tidak! Aku iblis!" Zello memalingkan wajahnya.

"Tidak ada iblis yang mau makan sepiring berdua denganku. Tidak ada iblis yang mau berbagi satu permen untuk dihisap bergantian. Tidak ada iblis yang mengaku kesalahanku sebagai kesalahannya sehingga dia dipukul hingga kakinya berdarah. Itu bukan iblis! Sungguh!"

"Zello" panggil Anjana.

Zello berbalik menatap Anjana.

"Maukah kita bersahabat seperti dulu lagi?"

"Tentu saja" jawab Zello.

***

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now