18. Good Bye Veer

919 98 41
                                    

Veer Pov.

Hari ini, aku bersama kedua orang tuaku akan berangkat ke London. Kau mau tahu alasannya? Karena aku sakit. Penyakitku semakin parah dan aku butuh perawatan khusus.

Ini kali kedua, aku menjadi pecundang tak mengabari Oryn. Aku kesal dan marah padanya. Dengan mudah diantar pria lain dan memberikan nomor handphone, mungkin mereka diam-diam jadian.

Tapi sampai saat ini, aku berharap dia ada didepanku. Mengantarku pergi. Melihatnya terakhir kali di bandara ini, karena aku tak tahu kapan akan kembali lagi.

Aku rindu kamu Oryn.

***

Oryn berjalan buru-buru, kadang tak sengaja bahunya saling bertubruk dengan bahu orang lain yang berlalu lalang. Anjana selalu menunduk meminta maaf mewakili Oryn saat Oryn tak peduli lagi dengan disekitar dan terus berjalan.

Dimana kamu Veer?

Setidaknya jawab telpon, balas chatku.

Jangan begini Veer.

Mata Oryn menyisir setiap sudut bandara. Orang-orang begitu banyak. Sangat sulit radar penglihatan Oryn dapat menangkap sosok Veer.

Mata Oryn mulai berkaca. Dia mengepalkan tangannya, diletakkan didepan mulut. Keningnya dikerutkan.

Anjana mendekat, memegang sebelah tangan Oryn.

"Tenang Oryn, kita cari pelan-pelan, pasti ketemu."

Oryn terdiam sesaat. Bukan karena Anjana berhasil menenangkan Oryn namun karena pria tampan, rambut pirang yang selalu dipikirkannya setiap hari berlari mendekat ke arah mereka.

"Veer" lirih Oryn.

Oryn melepaskan genggaman Anjana dan berlari kecil ke arah Veer.

Entah mengapa saat tangan Oryn terlepas dari genggaman. Anjana merasa sesuatu yang berharga terlepas begitu saja dan menghilang.

Anjana menatap dari belakang. Kedua kekasih itu akhirnya bertemu. Dia tersenyum lega.

"Veer, aku cuma mau bilang. Kamu salah paham soal Div. Div dekat denganku saat itu karena dia tertarik dengan Ivi dan minta tolong padaku untuk mengenalkannya pada Ivi" ujar Oryn saat mata Veer lebih dekat dengan mata Oryn.

Oryn menarik nafas, mengatur pernafasannya yang kurang stabil akibat terburu-buru sejak tadi keluar dari rumah sampai di bandara.

"Maaf Oryn." Veer mendekat mengusap kepala Oryn dan memeluknya.

"Kamu mau ngapain ke London? Mau lanjutin study?" tanya Oryn dalam dekapan Veer.

"Bukan. Mau berobat saja."

Selamat pagi. Ini adalah pengumuman bagi seluruh penumpang yang akan berangkat pada pukul 07.30 dengan nomor penerbangan GA088 tujuan London dipersilahkan naik ke pesawat udara Boeing 777-300 ER melalui pintu A12. Terima kasih atas perhatian anda.

Good morning. This is an announcement for all passengers departing at 07.30 with the flight number GA088 for London, welcome to board the Boeing 777-300 ER via the A12 door. Thank you for your attention.

Suara pengumuman tersebut membuat Veer melepaskan dekapannya.

"Aku harus berangkat sekarang Oryn. Jaga diri baik-baik, jangan nakal!" ujar Veer tersenyum kecil.

"Memangnya aku anak kecil!" sungut Oryn.

Veer mengacak rambut Oryn dengan gemas, lalu mengecup dahinya tanpa mempedulikan beberapa orang sempat melihat adegan mereka layaknya drama romance.

"Anjana!" teriak Veer.

Anjana yang sedari tadi diam di belakang, berjalan mendekat saat Veer memanggilnya.

"Apaan? Mau cipaka cipiki denganku sebagai salam perpisahan? Jangan lebay!" ujar Anjana.

"Cih najis! Ngapain jauh-jauhan kayak kiper bola saja!

"Kalau aku dekat kalian ntar ketahuan siapa yang jomblo di sini!"

"Sadar juga kamu. Ini buat Molla dan Molly" ujar Veer sambil mengeluarkan dua kertas yang sudah dilipat dari sakunya dan diberikan pada Anjana.

"Apaan nih? Surat?" Anjana mengangkat kertasnya di depan Veer.

"Bukan. Rahasia. Itu buat Molla dan Molly."

"Makasih, semoga tidak ada bom dibalik ini" ujar Anjana sambil tertawa kecil.

"Gila kamu!" Veerpun ikut tertawa.

Ibu Veer berjalan mendekat ke arah mereka. "Veer, ayo jangan sampai terlambat!"

"Iya Bu! " ujar Veer.

"Anjana, tolong jagain Oryn yah" kata Veer.

"Memangnya aku baby sitternya?" cibir Anjana.

Oryn mendengus kesal ke arah Anjana.

"Ya udah, aku pergi yah. Sampai ketemu kembali, Oryn, Anjana" Veer melambaikan tangan pada mereka berdua. Oryn membalasnya dengan lambaian tangan pula. Sedangkan Anjana, hanya menatap Veer dan tersenyum.

"Nak Oryn, Nak Anjana. Veer, ibu dan paman Zidan berangkat yah" ujar ibu Veer sambil melemparkan senyum yang ramah untuk pertama kalinya pada Oryn.

Deg!

"Ibu Veer tersenyum padaku? Untuk pertama kalinya. Rasanya mau copot ini jantung saking senangnya!" ujar Oryn dalam hati.

"Ia bu!" sahut Oryn dan Anjana.

Veer menatap ibunya. Dia senang melihat perubahan sikap ibunya kepada Oryn.

Ibu dan anak lelaki satu-satunya berjalan membelakangi Oryn dan Anjana. Sesekali Veer membalik badan menatap kedua orang yang penting dalam hidupnya sambil melambaikan tangan, hingga akhirnya bayangan Rysin, Veer, Zidan menghilang dari pandangan.

Tes...

Tes...

Tes..

"Kamu nangis?" Anjana menunduk menatap wajah Oryn. Air mata jatuh membasahi pipi Oryn tanpa suara. Hidung Oryn memerah.

"Siapa yang nangis, ini kelilipan jadi air matanya keluar. Ayo pulang!" Oryn mengusap air mata pelan tanpa menoleh pada Anjana lalu berjalan kembali pulang.

Anjana berjalan mengikuti Oryn dari belakang.

"Veer, cepat kembali! Entah kenapa dadaku sesak saat melihat gadismu menangis! " ujar Anjana dalam hati.

***
Extra Pict

Sampai sini ada yang mau ngasih author sarapan? Eh saran maksudnya 😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sampai sini ada yang mau ngasih author sarapan? Eh saran maksudnya 😁

Rasa Oryn Veer (SELESAI) Where stories live. Discover now