F.M 179 - He is definitely crazy.

13.2K 675 26
                                    

Chapter Playlist:
Love You Longer — Raisa

Hello gengssss!!!
Maaaf baru sempet update sumpah sepertinya untuk beberapa hari ke depan aku gak bisa janji berapa banyak bisa up dalam sehari karena...aku gak tau ada apa sama pikiranku (is it weird?) semakin mendekati akhir cerita aku semakin kesulitan untuk menggambarkan situasi imajinasi yang aku buat dan ini bener-bener makan waktu banget.
Untuk nulis chapter ini aja aku sampe ngulang dari awal 3x dan sampe detik ini aku merasa bagus tetapi, ada yang kurang but, i don't know what.
Terus aku uring-uringan sendiri😭😭😭😭
Jadi kemungkinan aku bakal ngerjain ini lebih santai dari biasanya, let my imagination flow out, let my mood restoring back to normal.
Maaf ya yang merasa kegantungin atau gimana
tapi, aku bertanggung jawab❤️😙
Aku akan memberikan akhir dan awal untuk kelanjutan mereka☺️❤️
Thank you for everything gengs,
i hope you will understand❤️

Jangan lupa untuk votes & komen pendapat kalian mengenai chapter ini ya
mwaa😙😙

***

close your eyes and picture the sun.
that's what it felt loke to love her;
warmth.

***

"Akhirnya kamu bangun juga, kucing kecilku" gumam Gavin dengan nada serak karena berusaha mati-matian menahan emosi yang tiba-tiba menyelimuti tubuhnya saat ini. Betapa rindunya ia melihat sorot hangat itu dan betapa rindunya ia melihat kedua mata abu yang masih menatapnya ini. Senyum samar terbentuk pada wajah tampannya saat ini sebelum ia mengeratkan genggaman tangannya pada tangan kucing kecilnya saat ini.

"Aku panggil Yun Sheng dulu" gumam Gavin pelan sebelum ia beranjak dari posisi duduknya yang langsung di tahan pelan oleh tangan Amel. Kedua mata birunya menatap bingung kearah wajah kucing kecilnya dengan dahi yang berkerut dalam.

"Nanti. Kalau kamu memanggil Yun Sheng aku harus mendengarkan ceramahan panjang dia mengenai kondisiku saat ini. Belum lagi kehebohan Diego, Rafael dan Leo" ucap Amel dengan nada lirih. "Aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu. Berdua saja, Vino" lanjutnya pelan sebelum Amel terbatuk pelan. Tenggorokannya benar-benar terasa sangat kering sampai-sampai untuk berbicara sedikit itu saja sudah membuatnya terasa sakit.

Menyadari bahwa kucing kecilnya terbatuk karena tenggorokannya yang kering, Gavin segera meraih gelas air yang berada di meja dekat dengan posisi mereka saat ini sebelum meletakkan sedotan putih di dalamnya untuk memudahkan kucing kecilnya menyesap minumannya. "Pelan-pelan" ucap Gavin pelan sambil mengarahkan sedotan tersebut kearah sela bibir kucing kecilnya yang dengan senang hati menegak minumannya. Pandangan Gavin menghangat begitu melihat hal ini.

"Oh iya, mau sampai kapan kamu menyembunyikan hal itu?"

Pertanyaan kucing kecilnya yang tiba-tiba membuat Gavin tertegun seketika begitu mendengarnya. Kedua matanya menatap sosok perempuan dihadapannya ini dengan ekspresi bingung yang mewarnai pandangannya. Dahinya berkerut samar berusaha mengerti maksud dari pertanyaan kucing kecilnya yang aneh ini. "Apa maksudmu?" tanya Gavin perlahan dengan kilatan waspada sepintas terlihat pada kedua mata birunya. Entah kenapa mendadak ia memiliki perasaan tidak enak mengenai hal ini.

Memutar matanya dengan malas, Amel menatap sosok dihadapannya ini dengan pandangan yang seakan berkata "Jangan mempermainkan aku. Jangan menganggap aku ini bodoh" yang membuat Gavin semakin mengerutkan dahinya begitu menyadari maksud dari tatapan itu. Melihat reaksi Gavin yang terlihat seperti benar-benar tidak mengerti maksud dari pertanyaannya membuat Amel mendengus kesal. "Mau sampai kapan kamu tidak menceritakan pertemuan pertama kita?" ucapnya sambil menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang