F.M 55 - Who do you think you are?;

19.9K 903 35
                                    


<<WARNING!!!! Chapter ini dipenuhi oleh perkataan yang menjabarkan kekerasan yang penuh darah. Untuk orang yang tidak suka dengan kekerasan bisa langsung skip chapter ini. Dimohon untuk membaca dengan bijak bahwa, ini hanyalah fiktif belaka. Selamat menikmati semuanya!!!😱>>

3 Days Later,

Basement, Leroy Mansion, NYC.

Langkah kaki yang menggema merupakan satu-satunya suara yang terdengar di sepanjang koridor membuat kumpulan orang yang berada di salah satu ruang bawah tanah tersebut tersentak kaget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah kaki yang menggema merupakan satu-satunya suara yang terdengar di sepanjang koridor membuat kumpulan orang yang berada di salah satu ruang bawah tanah tersebut tersentak kaget. Gavin yang berjalan dengan tidak terburu-buru membuat seluruh orang yang berada di balik pintu besi yang terletak di ujung koridor berteriak minta tolong. Mereka berteriak seakan malaikat pencabut nyawa sedang berjalan kearah mereka untuk mencabut nyawa mereka.

"Cih. Mereka terlalu berisik" komentar Rafael ketika mendengar suara teriakan yang terdengar secara samar dari posisi mereka saat ini.

Leo dan Dimitri yang mendengar komentar Rafael hanya menggerakkan bahunya tidak acuh. Mendengar suara-suara seperti sudah seperti makanan sehari-hari untuk mereka. Lagi pula siapa suruh mereka menyakiti kucing kecil Sang Iblis?

Perlahan pintu besi yang berada di hadapan mereka terbuka, memperlihatkan pemandangan mengerikan yang membuat Rafael dan Leo menyeringai lebar.

Perlahan pintu besi yang berada di hadapan mereka terbuka, memperlihatkan pemandangan mengerikan yang membuat Rafael dan Leo menyeringai lebar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ah...pemandangan yang menarik...

Gavin melihat pemandangan dihadapannya tanpa perubahan ekspresi apapun. Tatapan dinginnya menyapu seluruh wajah yang balik menatapnya dengan tatapan penuh ketakutan.

"Selamat datang, bos" jawab sosok laki-laki dengan setelan jas hitam lengkap yang membungkukkan tubuhnya untuk menunjukkan rasa hormat kepada sosok yang saat ini berdiri tepat di ambang pintu dengan aura yang membuatnya sulit bernafas.

Bos....ekspresinya sangat....mengerikan...

Apa yang mereka lakukan bisa sampai membuat bosnya semarah ini? pikir laki-laki tersebut sambil menatap punggung keempat sosok laki-laki yang merupakan pemimpin organisasi tempatnya berada saat ini.

"Jack, bagaimana perkembangannya?" tanya Leo sambil menerima gelas scotch yang diberikan oleh Dimitri.

Laki-laki yang daritadi berdiri tidak jauh di belakang mereka segera berjalan mendekati sofa tempat keempat laki-laki tersebut duduk sambil berbincang. Menikmati pemandangan penuh darah di hadapan mereka seakan pemandangan di hadapan mereka merupakan pemandangan alam yang menarik untuk dinikmati. Terkadang jack suka merinding sendiri ketika berinteraksi langsung dengan keempat petinggi yang saat ini duduk di sofa bagaikan bangsawan ini, sikap tenang dan santai mereka malah membuktikan betapa kejam dan mengerikannya mereka dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada.

"Sesuai dengan perintah anda, General Marquez. Pengelupasan lapisan kulit setebal 0.5 cm tanpa menyayat pembuluh darah. Selain itu untuk semua luka yang ada juga diberikan larutan air garam seperti yang General Ivansov minta" jawab Jack.

"Kumohon ampuni aku..."

"Aku tidak salah...bukan aku...ini semua bukan aku..."

"Kami hanya menjalankan perintah!! Kumohon bebaskan kami"

Suara teriakan mohon ampun terdengar dengan jelas di ruangan kosong yang luas tersebut namun, teriakan tersebut sama sekali tidak mempengaruhi keempat laki-laki yang saat ini sibuk berdiskusi mengenai pekerjaan mereka.

"Kumohon Gavino Ramirez!! Ini bukan salahku!! Dia!! Dia yang salah!!" teriak salah seorang laki-laki yang terduduk dengan banyak sayatan yang penuh darah di sekujur tubuhnya. Bahkan wajahnya terdapat banyak sayatan yang membuat wajahnya sulit terlihat karena tertutup oleh darah.

Dimitri yang sedang mengarahkan gelas wine yang dipegangnya pun menghentikan gerakannya. Kedua matanya menyipit sambil menatap sosok laki-laki menyedihkan dihadapannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Seringai tipis terbentuk di ujung bibirnya membuat ekspresi Dimitri saat ini menggelap. "Kau pikir kau siapa?" suara lembut tersebut menggema di seluruh ruangan yang mendadak berubah menjadi hening.

Kedua mata laki-laki tersebut membelalak kaget, tidak menyangka bahwa salah satu dari mereka akan membalas ucapannya. "Ma...maksud...Tuan?" tanyanya dengan nada terbata-bata. Siksaan ini terlalu kejam. Bagaimana ada manusia yang mampu menyiksa manusia lainnya seperti ini? Ya. Dirinya juga bukan sosok yang baik namun, setidaknya ketika ia mendapat tugas untuk menghabiskan nyawa, ia akan melakukannya dengan gerakan cepat. Tidak dengan menyiksa secara perlahan-lahan seperti ini.

"Kamu pikir kamu siapa? Kamu lupa..." ucap Dimitri sambil memperhatikan seluruh mata yang menatapnya dengan tatapan penuh ketakutan. "Dengan siapa kalian berurusan?" lanjutnya perlahan, sebuah seringai lebar perlahan terbentuk di bibirnya membuat sosok yang selama ini terlihat tenang dan penuh kelembutan ini terlihat mampu membuat seluruh orang yang melihatnya gemetar karena ketakutan.

Respon Dimitri sontak menyadarkan seluruh laki-laki yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut. Dengan refleks mereka semua mengalihkan pandangannya kearah sosok Gavin yang berada tepat di hadapan mereka. Dengan salah satu tangan yang menompang kepalanya membuat postur tubuh Gavin terlihat seperti orang yang sedang memandang rendah orang-orang yang berada dihadapannya.


TO BE CONTINUED

#CurhatanKana:
Oooooomygod wkwkwk maaapin aku, pengen berusaha ngedit yang bagus gitu tapi, apa daya gak punya bakat dan sebatas hp biasa wkwkwk tapi, at least bisa di bayangin ya gimana suasananya hehe🤘🏼😂

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang