F.M 111 - Do you love her?

18.1K 779 22
                                    


Halo, babes!😆😆
apa kabar kalian???
Aku sumpah...aku amazed banget sekarang karena kalian masih semangat buat baca kelanjutan dari Forever Mine. Padahal ini chapter banyak loh dan kalian gak bosen buat nungguin:") aku bener-bener sesenang itu!!! aaaaaa😍❤️
Maaf ya beberapa hari terakhir ini aku uploadnya jarang kayak cuma 1-2 chapter setiap harinya huhuc ini karena aku lagi banyak acara huhuhu😭😭
Tapi untuk kedepannya, aku akan usahakan untuk upload lebih banyak yaa!! mohon bersabar denganku hehehehe luvs!😘😌😝✌🏼

Kana.

***

Ramirez Mansion terkenal karena penjagaanya yang ketat. Terutama perihal perempuan karena Sang Kakak sama sekali tidak menyukai lawan jenis sedikitpun. Seluruh orang yang bekerja dalam Ramirez Mansion adalah laki-laki dan hampir seluruh tamu perempuan yang ingin datang berkunjung di tolak dengan tegas oleh Sang Kakak meskipun, tamu perempuan tersebut merupakan bagian dari Keluarga Ramirez sekalipun.

Namun, lihat sekarang!

Selain perempuan aneh itu, ada juga pelayan perempuan berisik yang selalu ada di sisi perempuan itu!

Dimana status Ramirez Mansion yang selalu menolak perempuan untuk masuk ke dalam pekarangannya?!!

Merasakan tatapan dingin dari Gavin membuat Diego langsung mengangkat kedua tangannya. "Well, Tentu saja aku turut berbahagia bahwa kau membawa perempuan pulang ke mansion ini dan bukan laki-la.. – " perkataan Diego tertahan di tenggorokannya begitu melihat ekspresi Gavin yang semakin memburuk.

"Hey, jangan salahkan aku? Siapa suruh kau seperti petapa? Apakah kau tidak sadar gossip tentang dirimu itu banyak? Apalagi mereka yang tidak pernah melihatmu bersama perempuan sekalipun mengira bahwa kau...." Lagi-lagi ucapan Diego terhenti melihat reaksi yang diberikan oleh Gavin saat ini.

"Apa kau sudah selesai bicaranya?" kalimat itu diucapkan Gavin dengan nada dingin yang membuat Diego merinding dibuatnya. Damn, kakaknya kalau benar-benar marah...benar-benar menyeramkan...

"He-eh. Sudah, sudah, sudah, sudah" ucapnya dengan cepat. "Tapi...balik lagi ke topik pembicaraan kita. Apa tujuanmu melakukan ini, Gav?" lanjut Diego sambil menaikkan sebelah alisnya menatap sosok kakak yang sedari tadi terlihat tenang.

Sangat tenang.

Dan hal ini malah membuat seluruh tubuhnya merinding ketika melihatnya.

"Apa maksudmu?" balas Gavin sambil balik bertanya kearah Sang Adik yang menatapnya dengan penuh kekesalan karena ia tidak mendapat balasan yang ia inginkan.

"Tentu saja tujuanmu membawa perempuan itu!! Gavino Ramirez tidak pernah melakukan sesuatu tanpa alasan sebelumnya. Semua yang dia lakukan pasti ada alasannya. Jadi, apa alasan kamu berbuat seperti ini, Gav?"

"Nothing. I just want her" jawab Gavin santai sambil menyesap minumannya dengan santai seakan apa yang baru saja ia katakan merupakan hal natural yang biasa ia ucapkan. Gavin sama sekali tidak mempedulikan reaksi adiknya yang menatapnya dengan tatapan tidak percaya. Rasa panas dan nyeri menyebar di seluruh tenggorokannya ketika tanpa sadar Diego tersedak oleh kopi yang sedang ia minum bahkan, tubuhnya sampai bergetar keras karenanya.

"Uhuk...uhuk...uhuk....shit...." maki Diego di sela batuknya. Tatapannya masih menatap Gavin dengan tatapan kaget. Apa ini benar-benar kakak laki-lakinya? Dimana kakaknya yang dingin yang tidak pernah tertarik dengan lawan jenis itu? Kenapa sekarang kakaknya seperti ini? Ia hanya pergi dalam beberapa bulan dan rasanya ia tidak mengenali siapa sosok dihadapannya saat ini!!

"You...love...her?" tanya Diego perlahan dengan penuh keraguan mewarnai wajahnya. Kedua matanya menyipit menatap sosok Gavin dengan pandangan yang terlihat seperti sedang berusaha mencari maksud dari tingkah laku Gavin saat ini.

Begitu Gavin mendengar pertanyaan tersebut kedua alisnya merengut samar, ekspresinya terlihat seperti sedang berpikir keras sebelum kedua matanya menatap cangkir yang di pegang olehnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Aku tidak tahu. I don't think it's love. I have no idea, i just feel this urge to have her" jawabnya pelan namun, mendengar itu pandangan Diego berubah menjadi menerawang untuk beberapa saat.

"Mhm. Love is indeed just a bullshit thing" jawabnya pelan. Kedua matanya perlahan mengarah kepada sosok Gavin yang saat ini terlihat seperti bangsawan yang sedang menikmati minumannya. Kalau dari apa yang ia dengar dari jawaban Sang Kakak, sedikit-sedikit ia mulai dapat mengerti situasi yang ada saat ini. Ia tidak mengakui bahwa, ia menyukai perempuan itu. Hanya sebuah dorongan untuk memilikinya...itu berarti, nantinya rasa itu akan hilangkan?

Baguslah.

Itu lebih baik. Mungkin, ini memang lagi fase yang harus Sang Kakak lalui karena ia tidak pernah melakukan hubungan seksual sekaipun. Jadi, ini hanya sebuah dorongan dari hasrat yang tidak terpenuhi sajakan?

Fuh.

Untunglah. Kalau begitu tinggal tunggu waktunya saja untuk Gavin mulai bosan dan segera meninggalkan perempuan ini. Bagus. Kalau begitu caranya, ia tidak perlu terlalu pusing memikirkan hal ini.

Lagipula Gavin adalah sosok yang teliti dan observatif. Ia juga sudah mengerti dengan jelas bahwa dalam komunitas tempat mereka hidup bukan sebuah hal aneh untuk menggunakan perempuan untuk menghancurkan seseorang. Ia hanya berharap perempuan ini tidak memiliki niatan buruk apapun karena jika ia ternyata memilikinya...

Kilatan mengerikan terlihat untuk beberapa saat dari kedua mata Diego begitu ia memikirkan kemungkinan buruk yang ada namun, ia segera berusaha menutupi hal tersebut sebelum kedua matanya kembali seperti sedia kala. Seakan kilatan yang baru saja terlihat pada kedua matanya hanyalah sebuah ilusi belaka.

"Selama kau tidak terlalu bergantung padanya, Gav"

"Mhm. She's different"

"Jangan lupa apa yang perempuan dapat lakukan. Jangan mudah terjebak, Gav. Don't forget what happen in the past, Brother" ucap Diego dengan nada dingin kearah Gavin yang langsung membuat ekspresinya menggelap begitu ia mendengar ucapan Diego.

"I won't" jawabnya dingin sarat dengan aura mengerikan yang mau tidak mau membuat tubuh Diego gemetar dibuatnya.

Baguslah, jika kakaknya tidak bergantung pada perempuan itu dan tidak melupakan apa yang terjadi di masa lalu. Karena bagaimanapun juga perempuan adalah sosok yang licik dan sudah tugasnya untuk selau melindungi punggung Sang Kakak.

Ya...sepertinya ia harus mengawasi dengan teliti seperti apa perempuan ini, mungkin saja ia akan segera mengetahui alasan sebenarnya dari sikap perempuan itu...


TO BE CONTINUED

Forever MineWhere stories live. Discover now