F.M 42 - All this damn documents;

19.3K 954 2
                                    



Amel merasa dikutuk. Apa yang ia lakukan pada kehidupan sebelumnya untuk mendapat perlakuan seperti? Benar-benar menyebalkan gerutu Amel pelan. Tumpukan dokumen terlihat menggunung di seluruh sisi meja kerjanya membuat sosok mungilnya hampir tenggelam di antara dokumen-dokumen yang harus ia selesaikan.

Gila

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gila. Ini terlalu gila. Mr. Anderson benar-benar gila.

Bagaimana bisa ia melakukan hal seperti ini? Ia memiliki minimal 60 karyawan yang bekerja di bawah kekuasaannya pada divisi ini dan sepertinya hampir seluruh pekerjaan yang ada berada di mejanya!

Bahkan, Kara dan Ghina terlihat santai dengan hanya beberapa dokumen yang berada di atas meja mereka. Sangat berbeda dengan keadaan Amel saat ini. Walaupun, Amel sadar ia tidak bisa menyalahkan mereka berdua namun, tetap saja ia hanya bisa menatap tajam penuh rasa iri kearah kedua rekan kerjanya tersebut.

"Sepertinya kau dalam masalah" suara berat yang familiar terdengar di seluruh ruangan membuat Amel yang sibuk mengerjakan dokumen yang dipegangnya saat ini terhenti untuk beberapa saat sebelum kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa menatap sosok yang saat ini bersandar di ambang pintu ruang kerjanya.

"Iya. Mr. Anderson sepertinya terlalu senang menghukumku" ucap Amel singkat. Hanya dari suaranya Amel sudah mengetahui siapa sosok yang berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.

Daniel yang melihat sosok Amel yang tenggelam diantara dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya hanya bisa menatap dengan tatapan penuh rasa prihatin sebelum menggelengkan kepalanya pelan. "Tetapi, ini sudah keterlaluan. Apa kamu tidak mau mencoba berbicara dengan Mrs. Stefano?" tanya Daniel pelan ketika akhirnya ia memutuskan untuk duduk di salah satu kursi yang berada tepat di hadapan meja Amel. Tangannya meraih salah satu dokumen yang berada di tumpukan paling atas sebelum membaca dokumen tersebut dengan detail.

"Lupakan. Kau lupa kasus Cadelina beberapa bulan yang lalu? Apa yang terjadi? Tidak ada tindakan apapun. Bahkan perlakuan laki-laki gila itu kepada Cadelina semakin menjadi-jadi lalu akhirnya apa yang terjadi? Cadelina mengundurkan dirinya" perkataan Amel membuat Daniel terdiam untuk beberapa saat. Memang untuk divisi Marketing di perusahaan ini 90% karyawan perempuannya sudah berumah tangga ataupun sudah bertunangan, hanya beberapa karyawan perempuan saja yang masih single seperti Amel saat ini. Keadaan itu terjadi juga bukan karena kemauan perusahaan melainkan karena sifat direktur marketing mereka, Mr. Johanson Anderson. Kelakuan Mr. Anderson memang sudah terkenal di seluruh perusahaan namun, tidak ada yang bisa mengambil tindakan apapun karena koneksi latar belakangnya yang tidak dapat disinggung sama sekali.

"Sudahlah. Aku bisa menjaga diri. Kalau dia sudah mulai kelewatan batas aku bisa menendangnya di tempat yang aku yakin bisa membuatnya tidak mampu menikmati kenikmatan duniawi lagi seumur hidupnya" ucap Amel santai sambil menyeringai tipis.

Melihat ekspresi gelap Amel dan perkataannya sukses membuat Daniel menelan ludah dengan susah payah. Entah kenapa ekspresi Amel beberapa saat yang lalu terlihat mengerikan...bahkan ia sendiri merinding dibuatnya.

"Aku bisa membantumu" ucapnya pelan sebelum mengalihkan pandangannya kearah seluruh tumpukan dokumen yang berada di hadapan Daniel. Lebih baik ia mengalihkan pembicaraan dan tidak memandang ekpresi mengerikan Amel dari pada mereka terus membicarakan topik seperti ini. Setelah beberapa dokumen ia periksa perlahan ekspresi wajah Daniel berubah pesat, dahinya berkerut dalam dengan tatapan penuh kekesalan ia membanting semua dokuem yang dipegangnya saat ini.

"Ada apaan sih?" ucap Amel dengan nada kesal. Pekerjaannya terhenti untuk beberapa saat ketika melihat ekspresi Daniel yang penuh dengan kekesalan. Kenapa lagi ini orang satu?

"Mels, kau gila ya? Ini kan sebagian besar dokumen ini bahkan, bukan bagian pekerjaanmu! Ini harusnya dikerjakan oleh Mr. Timberland, ini seharusnya dikerjakan oleh Ms. Hamilton dan ini seharusnya dikerjakan oleh Mrs. Lou... –" daftar panjang mengenai siapa saja yang seharusnya mengerjakan dokumen yang saat ini berada di hadapan Amel dengan nada menggebu-gebu diucapkan oleh Daniel. Amel yang melihat kelakuannya hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan, senyum tipis terbentuk di bibirnya. Memangnya Daniel pikir ia bodoh? Tentu saja ia tahu sebagian besar dari dokumen yang ada dimejanya ini seharusnya tidak dikerjakan olehnya melainkan oleh rekan kerjanya yang lain. Tentu saja kesialan ini terjadi karena kelakuan Amel yang sering menentang perintah Mr. Anderson. Selain menentang mungkin, bisa di bilang ia juga tergolong cukup...kasar dalam menghadapi sikap mesum atasannya yang satu itu. Oleh karena itu Mr. Anderson senang memberikan tugas-tugas menumpuk atau melakukan hal-hal tidak penting hanya untuk membuatnya tersiksa dan membuatnya memohon ampun kepadanya.

Satu hal yang ia tidak ketahui mengenai Amel adalah ia bukan tipe orang yang suka memohon atau mengemis. Walaupun, sesulit apapun hidup yang Amel jalani, ia tidak akan merendahkan dirinya untuk mendapatkan pertolongan orang lain. Sebut dirinya angkuh, kurang ajar, tidak tahu malu atau apapun namun, hal itu tidak mengubah siapa dirinya. Amel adalah orang yang memiliki pendirian teguh. Jika ia sudah memiliki aturan hidupnya sendiri maka ia akan menjalani aturan tersebut dengan serius. Jika ia sudah dihargai oleh orang lain maka ia akan menghargai balik orang tersebut namun, jika tidak maka Amel tidak dapat menjamin apa yang akan terjadi kepada orang yang tidak menghargainya. Ia sudah memiliki batas kesabaran yang tidak bisa di toleransi maka ketika batasan itu sudah di lewati batas ia akan membuat orang yang melakukan hal itu menyesal seumur hidiup. Sesimpel itu.

"Aku tahu. Ini hanya hukuman karena aku tidak mengikuti permintaan aneh laki-laki tua itu" jawabnya singkat namun, jawaban itu sukses membuat ekspresi penuh kekesalan Daniel menjadi semakin memburuk. Seluruh wajahnya dipenuhi oleh urat-urat penuh emosi seakan ia berusaha mati-matian menahan amarah.

"Apa...laki-laki brengsek itu...memintamu...menemaninya....ke hotel...lagi?" tanyanya Daniel penuh dengan penekanan, ekspresi wajahnya berubah menjadi rasa jijik membuat Amel terhibur sendiri melihatnya. Padahal Amel yang berurusan dengan atasannya yang mesum itu tetapi, kenapa setiap kali Daniel mengetahuinya, ia selalu memasang ekspresi penuh rasa jijik dan penderitaan.

"Tenang saja, aku dapat menjaga diri kok" ucap Amel sambil tersenyum menenangkan sosok Daniel yang masih menatapnya penuh rasa prihatin dan simpati.


TO BE CONTINUED

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang