F.M 177 - Yun Sheng Wrath.

Start from the beginning
                                    

Dengan gerakan cepat ia mengeratkan genggamannya, membuat tangannya yang menggenggam pisau lipat tersebut dipenuhi oleh aliran darah yang menetes kearah permukaan lantai kayu yang melapisi beranda tersebut. Kedua mata Butler Joseph membelalak kaget begitu melihat kejadian yang terjadi sangat cepat tersebut. "Master!!" teriaknya sambil berjalan cepat menuju sisi majikannya tersebut namun, langkah kakinya tertahan begitu ia melihat gestur tangan majikannya yang menyuruhnya untuk berhenti di tempat.

Keheningan menyelimuti mereka saat ini. Tidak ada yang berani membuka mulut mereka untuk memecahkan keheningan tersebut. Hanya suara tetesan darah yang menggema di sekitar mereka yang di padu dengan suara angin dan deburan ombak yang terdengar dari kejauhan. Seringai lebar terbentuk pada wajahnya saat ini membuat ekspresi sosok tersebut semakin terlihat mempesona terutama dengan kulit pucat yang menyelimuti tubuhnya.

"I will see you soon enough, baby darling" gumamnya pelan dengan pandangan yang masih terfokus pada tetesan darah yang terbentuk pada telapak tangannya saat ini.

Tepat setelah ia mengatakan hal itu mereka berdua mendengar suara langkah kaki dengan sepatu heels yang menggema semakin keras kearah mereka saat ini. Keduanya saling bertukar pandang sebelum, mereka mengalihkan pandangannya kearah pintu masuk yang merupakan sumber dari keberisikan tersebut. Keduanya melihat sosok perempuan yang berpenampilan berantakan yang mengenakan gaun merah panjang yang membalut tubuh rampingnya saat ini.

Melihat penampilan berantakan perempuan tersebut membuat Butler Joseph mau tidak mau menahan nafasnya saking kagetnya sedangkan sosok tersebut hanya mengerutkan dahinya dalam begitu memperhatikan ekspresi gelap perempuan tersebut.

"Mr. Alec anda harus membantuku untuk balas dendam!" pekik perempuan bergaun merah tersebut yang lain tidak lain adalah Brenda Jennings. Kedua matanya dipenuhi oleh kebencian yang bercampur dengan rasa malu mewarnai pandangan dan ekspresinya sekarang ini. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lebam biru keunguan yang mewarnai kulit putihnya.

Melihat penampilan perempuan yang saat ini berjalan semakin dekat kearahnya mau tidak mau membuat sosok tersebut menyengitkan dahinya tanpa sadar. Kedua mata coklatnya bergerak dari atas ke bawah untuk memperhatikan detail penampilan fisik perempuan dihadapannya ini.

"Ada apa denganmu?" tanyanya dengan nada dingin yang dipenuhi oleh sedikit rasa jijik yang dapat terdengar dengan jelas dari cara bicaranya ini.

Mendengar nada tersebut membuat Brenda yang menatap sosok tersebut memanyunkan bibirnya, kedua matanya menatap sosok menawan dihadapannya dengan ekspresi memelas yang mewarnai wajah rampingnya saat ini namun, semua hal itu sama sekali tidak memicu perubahan emosi apapun dari sosok yang saat ini duduk dihadapannya. Kedua mata coklatnya masih menatap dingin kearah Brenda seakan sosok dihadapannya ini bukanlah seorang manusia melainkan hanya benda yang tidak berguna.

"Humph, Mr. Alec rencana yang sudah kamu desain itu malah berbalik menyerangku. Perempuan sialan itu bisa membalikkan keadaan dengan mudahnya! Di saat aku mau pergi tiba-tiba dia malah menarikku! Lihat apa yang terjadi pada diriku!" keluh Brenda dengan nada merajuk sambil menyilangkan kedua tangannya. Kedua matanya dipenuhi oleh kebencian setiap kali ia mengingat wajah mungil yang menawan tersebut. Rasa iri dan cemburu yang semakin bertumpuk dalam dirinya membuatnya merasakan kebencian yang semakin mengegoroti hatinya. Ia benar-benar tidak terima melihat sosok perempuan biasa yang lebih baik darinya.

Tidak mungkin!

Ia adalah sosok terbaik, tidak boleh ada yang lebih baik darinya.

Kedua mata coklatnya menyipit begitu ia mendengar ucapan Brenda yang sekarang ini berdiri tepat dihadapannya. Tidak ada yang tahu apa yang ada dalam pikiran sosok tersebut sendari tadi tetapi, kilatan samar terbentuk pada kedua mata coklatnya. Perlahan ia mengalihkan pandangannya untuk menatap kearah Brenda yang sampai saat ini masih sibuk melakukan protes dengan segala keluhan dan ketidakadilan yang ia rasakan selama ini semenjak sosok perempuan bernama Amelia itu masuk ke dalam rutinitas kehidupannya.

Forever MineWhere stories live. Discover now