19

7K 725 63
                                    

****

Pagi ini Taehyung kembali tidak ikut sarapan, Jimin kembali khawatir dan ia menatap Jin dengan penuh penuntutan. Jin hanya menghembuskan nafasnya pelan lalu mengangguk pelan.

“Eomma, aku akan sekolah.” ucap Jungkook.

“Tapi kau baru sembuh.” Ucap Ny. Kim.

“Aku tidak mau ada penolakan.” Ucap Jungkook sembari mempoutkan bibirnya.

“Kau boleh berangkat jika kau mau berjanji untuk tidak kembali ke rumah sakit.” Ucap Jin.

“Ne, aku janji. Kan ada Jimin hyung yang selalu menjaga ku.” Ucap Jungkook sembari tersenyum, Jimin langsung tersentak kaget.

“Baiklah, kau boleh sekolah.” ucap Ny. Kim.

“Yeyyy, gomawo eomma….” Jungkook sangat senang sekali.

*****

Jangan pernah percaya dengan semua yang di lakukan dan di ucapkan Taehyung, jangan percaya jika dia semalam benar benar makan justru semalam ia datang ke perpustakaan untuk belajar.

Taehyung membelalakkan matanya terkejut, dengan cepat ia membersihkan darah itu sembari berdecak kesal. Rasa pusing mulai menguasai dirinya hingga akhirnya ia memilih untuk pergi dari perpustakaan.

“Semua terasa sangat berat appa.” gumam Taehyung sembari terus berjalan dengan wajah datarnya itu.

*****

Jimin dan Jungkook sudah sampai di sekolah, Jimin langsung menatap Jungkook khawatir.

“Jangan lupa meminum obat mu dan ingat jika terjadi apa apa langsung hubungi aku.” Ucap Jimin.

“Siap hyung.” Ucap Jungkook bersemangat.

“Baiklah, cepat masuk.” Ucap Jimin, Jungkook langsung berjalan meninggalkan Jimin.

Ia langsung berjalan ke kelas untuk bertemu Taehyung tapi sepertinya pagi ini akan menjadi pagi yang buruk. Jimin bertemu Taehyung di lorong dekat tangga untuk menuju kelasnya.

“Taehyung-ah….” Seakan tidak dengar Taehyung terus berjalan menuju tangga tapi sebelum ia sampai di tangga Taehyung sudah jatuh tergeletak.

“Taehyung….” Jimin langsung berlari kearah Taehyung dan langsung mencoba membangunkan Taehyung.

“Tae bangun, Tae…” tetap tidak ada respon, Taehyung pingsan. Jimin semakin panik hingga akhirnya ia meminta bantuan untuk membawa Taehyung ke UKS.

*******

Jin duduk di kursi kebesarannya, ia memikirkan perdebatannya dengan Jimin tadi pagi.

“Hyung kenapa kau ceroboh sekali?”

“Ada apa sih Jim.”

“Hyung, kau tidak bodoh bukan? Taehyung belum sembuh dengan benar.” Kesal Jimin, Jin menghembuskan nafasnya pelan sembari terus memasukkan makanan ke tempat bekal.

“Hyung hanya tidak ingin dia semakin terlihat seperti orang bodoh Jim.” Ucap Jin.

“Hyung, dia bukan anak kecil lagi yang akan merengek. Taehyung tidak akan melakukan hal bodoh itu jadi percuma kau menghukumnya.” Ucap Jimin.

“Jim, setidaknya dia mau mengerti.” Ucap Jin.

“Hyung, Taehyung tidak akan mudah mengatakan apa yang dirasakannya termasuk kesakitannya.” Ucap Jimin, Jin terdiam.

“Baiklah, hyung bersalah, hyung minta maaf.” Ucap Jin.

“Kalau begitu cepat buatkan sarapan untk Taehyung.” Ucap Jimin.

“Ini sudah selesai bantet.” Kesal Jin.

“Hyung…..” Jimin menatap Jin kesal.

Jin menenggelemkan kepalanya, ia merasa pusing memikirkan anak kembar itu. Jin tidak tahu apa yang dilakukannya benar atau salah tapi dia hanya ingin semuanya kembali seperti dulu, seperti saat ada Tn. Kim.

Jin hanya mau ada atau tidaknya seorang ayah dalam hidup mereka, mereka tetap seperti itu. Hidup dengan nyaman, damai, dan bahagia.

“Appa, aku harus bagaimana?” gumam Jin.

*******

Taehyung masih tergeletak di UKS, Jimin menatap saudaranya itu dengan sendu. Kata kata dokter tadi pagi membuatnya sangat khawatir dengan Taehyung.

“Dia hanya lelah, banyak yang di pikirkan olehnya akhir akhir ini.”

“Dan juga sepertinya makannya tidak teratur dan tidak tidur dengan baik. Jadi agar tidak berubah semakin parah, beri dia makan dulu lalu kau bawa ke rumah sakit kemudian lihat pola makan dan tidurnya agar tubuhnya kembali membaik."

Jimin menggenggam erat tangan Taehyung, ia merasakan tangan dingin itu.

“Maafkan aku Tae karena tidak tau apa apa tentang mu, aku saudara yang bodoh.” Gumam Jimin.

****

“Namjoon-ah….” Namjoon menatap Hoseok bingung, kenapa dia bisa berada di kelasnya.

“Ada apa?” tanya Namjoon.

“Kita tidak bisa terus seperti ini.” ucap Hoseok.

“Ada apa?” Namjoon masih belum bisa memahami kemana arah ucapan Hoseok.

“Waktu terus berjalan, beberapa minggu lagi Jimin akan berulangtahun begitu pun juga dengan Taehyung.” Jelas Hoseok, Namjoon menundukkan kepalanya lalu menghembuskan nafasnya pelan.

“Kita tidak pernah bisa melakukan apapun lagi setelah kejadian 6 tahun lalu dimana keadaan semakin kacau setelah appa dan Woojin meninggal dua tahun sebelumnya.” Ucap Namjoon, Hoseok langsung menundukkan kepalanya.

“Aku tidak pernah mengerti kenapa harus kita, kenapa Taehyung harus melakukan itu. Kalau saja Taehyung tidak membuat keadaan jantung eomma semakin parah dan seandainya Taehyung tidak mencelakai eomma mungkin keadaan tak akan seperti ini.” Namjoon langsung menatap saudaranya itu, tangannya langsung merangkul bahu Hoseok.

“Semua akan segera kembali, kita akan melewati ini. Taehyung akan kembali dan keadaan akan membaik setelah eomma pun mau menerima Taehyung.” Ucap Namjoon.

“Aku harap begitu.” Ucap Hoseok, Namjoon tersenyum tipis. Ada sedikit rasa sesak di dadanya.

******

“Tae, sekali ini saja menurutlah.” Jimin sudah tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menghadapi sikap Taehyung yang entah sejak kapan berubah semakin keras kepalan. Sejak ia sadar dari pingsannya Taehyung terus menerus bersikeras untuk kembali ke kelas.

“YA Kim Taehyung mau sampai kapan kau akan seperti ini?” Jimin benar benar sudah lelah, bahkan sekuat tenaga ia berusaha menahan emosinya mengingat Taehyung sering sekali tumbang.

“Apa?” tanya Taehyung datar.

“Kapan kau akan mengerti dengan keadaan Tae.” Jimin mulai melembut, emosinya mulai terkontrol lagi sedangkan Taehyung hanya diam.

“Aku tahu Tae bahkan aku sangat faham, kau lupa kita kembar? Jantung dan hati kita sama.” Ucap Jimin, ia berusaha membuat Taehyung tersadar.

“Setiap kau merasakan sakit tanpa berkata pun aku tahu bahkan aku merasakannya Tae.” Tangan Jimin terangkat memegang dadanya yang entah sejak kapan berdenyut sakit.

“Kau tau Jim, saat hati tak bisa lagi menerima kesakitan itu maka hanya satu yang bisa dilakukan.” Ucap Taehyung.

“Apa?”

“Menyerah.” Datar Taehyung, tangan Jimin yang berada di dada langsung mencengkram dadanya dengan kuat saat dadanya benar benar berdenyut dan terasa sangat sesak.

Jimin menatap itu, ia menangkap semuanya. Kali ini Jimin melihatnya, mata elang yang menatapnya datar itu memancarkan kesakitan. Jimin dapat melihatnya kali ini.

****

.

.

TBC.

Don't GoWhere stories live. Discover now