7

7K 744 20
                                    

*****
Jimin memasuki kamar Taehyung dan menatap sang empu sedang menatapnya tajam.

“Kenapa tidak bilang?” tanya Jimin.

“Apa?”

“Tangan mu.” Taehyung langsung menatap tangannya yang berdarah dan luka memanjang.

“Aku baik baik saja.” Datar Taehyung sembari bersiap untuk ke kamar mandi.

“Apa ini alasan mu menyuruh ku untuk pergi?” tanya Jimin.

“Ani…”

“Diam disini.” Ucap Jimin sembari menarik Taehyung untuk duduk. Jimin pergi meninggalkan kamar Taehyung dan tidak lama ia kembali dengan kotak obat dan air.

“Aku obati dulu.” Ucap Jimin sembari membersihkan darah.

“Akh…”

“Maaf.” Jimin kembali mengobati luka itu.

“YA kau bisa atau tidak, ini sakit.” Kesal Taehyung, diam diam Jimin tersenyum.

‘kau tak pernah berubah di mata ku Tae.’ Batin Jimin.

“Jja sudah selesai, sekarang tidurlah.” Ucap Jimin.

“Pergilah.” Datar Taehyung.

“Aku akan menemani mu dan membersihkan ini.” ucap Jimin sembari membersihkan sisa sisa obat tadi. Taehyung hanya diam sembari berbaring di kasurnya dan menatap setiap pergerakan Jimin hingga akhirnya ia tertidur dengan pulas.

Jimin pun tersenyum saat melihat wajah damai Taehyung, ia pun berjalan kearahnya. Jimin hanya berniat untuk mengucapkan selamat tidur tapi sepertinya saudaranya itu mengalami mimpi buruk.

“Tae… Taehyung-ah, irreona…” keringat semakin membasahi wajah Taehyung. Tidak lama Taehyung pun terbangun dari tidurnya dengan nafas yang memburu.

“Tae, gwenchana?” tanya Jimin khawatir.

“Jim….” Taehyung memegang tangan JImin begitu erat seakan akan ia tak mau kehilangan Jimin.

“Tidurlah, aku ada disini menemani mu.” Ucap Jimin.

“Aku takut.”

“Aku disini.” Jimin mengusap pelan rambut Taehyung, Taehyung pun menatap manik teduh milik Jimin.

“Aku merindukan Woojin hyung.” Pernyataan Taehyung membuat Jimin terdiam

“Aku disini, ayo tidur.” Ucap Jimin sembari membaringkan Taehyung, Jimin pun ikut tidur di samping Taehyung sembari tersenyum.

“Aku menyanyangi mu Tae, jangan tinggalkan aku.” Jimin menatap wajah damai Taehyung yang tertidur dengan tangannya yang memegang tangan Jimin.

“Woojin hyung, lihatlah anak nakal ini. Tolong bantu aku untuk mengembalikan Taehyung kita.”

“Lion kita tumbuh dengan baik hyung tapi tidak sengan sifatnya.”

******

Ny. Kim memasuki kamar Taehyung lalu ia tersenyum menatap Jimin yang tertidur dengan imut, Ny. Kim pun mendekati Jimin untuk membangunkannya.

“Jimin-ah, irrona… ini sudah pagi.” Ucap Ny. Kim lembut sembari mengusap lembut surai coklat milik Jimin.

“Jimin-ah, palli irrona, kau tak sekolah?”

“Eung….” Jimin langsung memutar posisinya sedangkan Taehyung masih tetap pada posisi miringnya, ia sudah bangun sejak suara pintu terbuka tadi dan ia mendengar semuanya.

“Eomma….” Rengek Jimin.

“Ini sudah siang sayang, kau tak sekolah. Ayo cepat bangun.” Ucap Ny. Kim sembari tersenyum lembut.

“Taehyung-ah….” Jimin menyenggol Taehyung tapi sang empu tak memberi respon.

“YA Taehyung bangunlah, kau mau membolos?” tanya Ny. Kim sembari berdiri, Taehyung masih tak merespon.

“Bangunlah, aku tak mau menerima surat panggilan karena kau selalu membolos.” Kesal Ny. Kim.

“Ne…” datar Taehyung sembari membuka matanya secara perlahan, ada rasa sakit di hatinya tapi entah kenapa itu tak begitu sakit seperti dulu mungkin dia sudah terbiasa dengan sakit itu tapi tetap saja rasanya sakit.

Jimin menatap Taehyung yang berjalan kearah kamar mandi dengan sendu, ia langsung menatap eommanya yang masih berdiri sembari tersenyum padanya.

“Eomma, kau harusnya membangunkannya dengan baik.” Ucap Jimin kesal.

“Uri Jiminie cepat pergi ke kamar lalu mandi dan turun ke bawah, semuanya akan segera sarapan.” Ucap Ny. Kim sembari tersenyum lembut lalu keluar dari kamar Taehyung.

*****

Taehyung berjalan dengan pelan di lorong sekolah, tatapan datar itu sebenarnya menyiratkan suatu kesakitan yang tak pernah di ucapkan.

“Jimin-ah, palli irrona, kau tak sekolah?”

“Ini sudah siang sayang, kau tak sekolah. Ayo cepat bangun.”

“YA Taehyung bangunlah, kau mau membolos?”

Semuanya berbeda, ia di perlakukan berbeda tapi dia tetap diam karena dia tahu sekalipun ia berbicara maka tetap tak akan ada yang mendengarnya.

Semuanya seakan akan tuli dan menutup telinganya hanya sekedar untuk mendengar suara seorang Kim Taehyung.

‘aku tahu, meski ini menyakitkan tapi aku akan tetap bersikap tidak mengetahui apa apa.’ Batin Taehyung.

*****

Jimin menatap Taehyung yang terduduk di bangkunya, ia langsung menghampiri Taehyung.

“Makanlah, tadi kau belum sarapan.” Ucap Jimin.

“Aku bisa makan di kantin.” Datar Taehyung.

“Kau pikir aku percaya? Bahkan di jam istirahat ini kau masih duduk di sini.” Ucap Jimin, Taehyung mendengus kesal.

“Makanlah.” Ucap Jimin.

“Hmmm…” datar Taehyung sembari mengambil makanan itu lalu pergi keluar kelas.

“Jangan keras kepala lagi Tae, aku tidak mau kau sakit.” Gumam Jimin.

*****

Jungkook dan Jimin duduk di bangku pojok kantin, mereka menikmati makan siang mereka.

“Taehyungie hyung tidak makan bersama kita lagi?” ucap Jungkook.

“Dia sedang memakan bekal dari ku.” Ucap Jimin.

“Kau membawa bekal?” tanya Jungkook.

“Tadi Taehyung belum sarapan, kau tahu sendiri anak itu sangat sulit sekali jadi aku membawakannya bekal.” Ucap Jimin.

“Sebenarnya aku khawatir hyung.” Ucap Jungkook.

“DIa akan baik baik saja.”

“Kapan Taehyungie hyung mau memeluk ku?” Jimin langsung menatap Jungkook sendu.

“Tenang saja, nanti pasti ada saatnya Taehyung akan memeluk mu sangat erat.” Ucap JImin.

“Kapan hyung? Sungguh aku ingin merasakan itu meski hanya sekali.” Ucap Jungkook, Jimin langsung memegang bahu adiknya itu.

“Semua akan baik baik saja dan semua akan terwujud termasuk pelukan itu.” Jimin mencoba menenangkan Jungkook sedangkan sang empu tersenyum sedih kearah Jimin.

‘dia benar benar menyanyangi mu Tae, kenapa kau keras kepala sekali.’ Batin Jimin.

*****

.

.

TBC.

Pagi semua.... Selamat menjalankan aktivitas kalian di pagi hari, jangan lupa sarapan guyss....

Selamat menikmati... 💕💕💕
Saranghae.....

Don't GoWhere stories live. Discover now