4

7.6K 790 33
                                    

****
“In ssaem…”

“Ah, ada apa Tae?” tanya In ssaem.

“Aku mau mengikuti ujian itu tapi aku ingin meminta sesuatu pada ssaem.”

“Apa?”

“Tulis nama ku pada urutan ke empat saat pengumuman nanti.”

“Mwo? Tidak bisa Tae.” Ucap In ssaem.

“Kalau begitu aku tidak bisa mengikuti itu.” Ucap Taehyung, In ssaem benar benar tidak mengerti dengan jalan pikir Taehyung.

“Taehyung-ah, ssaem tidak tahu kenapa tapi tahun lalu kita sudah mengikuti mu untuk tidak mencatat nama mu di dinding pengumuman dan sekarang kau mau kami menuliskan nama mu di urutan ke empat?” In ssaem menatap muridnya itu dengan bingung.

“Ssaem, aku hanya ingin itu.” Datar Taehyung.

“Tae, kau ada di urutan pertama bahkan menjadi yang nomor satu, jika kau ingin di urutan ke empat maka kau akan menjadi nomor 85, kau yakin? Ya Kim Taehyung, ssaem sangat tidak tahu kemana akal sehat mu.” Kesal In ssaem, ia sangat ingin anak didiknya itu terbuka padanya.

“Jadi, ssaem mau atau tidak?” datar Taehyung, In ssaem langsung menghembuskan nafasnya kesal.

“Taehyung-ah, kedua orang tua mu pasti bangga jika tahu anaknya ini menjadi yang pertama.” Ucap In ssaem, seketika raut wajah Taehyung berubah. Ia langsung tersenyum miring.

“Apa ssaem yakin? Bangga? Huh, aku tidak yakin kata itu ada dalam kehidupan ku.” In ssaem langsung menatap Taehyung bingung, ia sangat bingung kenapa anak didiknya itu sangat berbeda dengan JImin yang jelas jelas mereka kembar.

“Kau sangat berbeda dengan Jimin.” Tidak sadar In ssaem mengucapkan itu.

“Arra, aku tidak pernah sama dan tak akan bisa jadi biarkan aku menjadi urutan ke empat.” Taehyung langsung menundukkan kepalanya.

“Maafkan saya dan terimakasih.” Datar Taehyung sembari melangkah pergi.

“Huh, anak ini….” kesal In ssaem, ini sudah dua tahun dan dia masih belum bisa mengerti dengan seorang Kim Taehyung.

*****

“Kau darimana saja Tae?” tanya Jimin.

“Bukan urusan mu.” Datar Taehyung.

“Ayo kita pulang Tae.”

“Duluan saja.” Datar Taehyung sembari terus berjalan.

“Hei Kim Taehyung kenapa kau nakal sekali, ayo pulang.” Ucap Jimin, ia mencoba untuk membujuk Taehyung.

“Tae, ayolah….”

“Pergilah.” Datar Taehyung sembari menatap Jimin marah.

“Hei sejak kapan saudara ku ini menjadi sangat pemarah?” tanya Jimin sembari tersenyum jail.

“Delapan tahun lalu.” Datar Taehyung, seketika raut wajah Jimin berubah. Senyuman itu hilang.

“Hei, kenapa kau sejahat itu Tae…” ucap Jimin, ia masih berusaha untuk membuat Taehyung luluh.

“Kalau aku jahat lalu kalian apa?”
Skakmat.

Jimin benar benar tak bisa menjawab Taehyung, anak itu sangat baik dalam berbicara. Jimin tidak tahu kenapa semuanya bisa berubah semakin cepat.

“Taehyung-ah….”lirih Jimin.

“Aku lelah…” datar Taehyung sembari menghentikan taksi lalu masuk kedalam.

Jimin menatap taksi itu dengan sendu, nafasnya seakan akan tercekat hingga membuatnya sulit bernafas.

“Mianhae…” lirih Jimin.

*****

Taehyung memasuki café itu dan langsung mengganti bajunya, ia menatap Jisung datar.

“Hyung, tiga hari ini aku izin tidak masuk boleh?” tanya Taehyung, Jisung menatap Taehyung bingung.

“Wae? Ada masalah?” tanya Jisung.

“Ani, aku harus mengikuti lomba lagi.” Kesal Taehyung, Jisung tersenyum.

“Kau akan semakin pintar dan aku bangga padamu.” Ucap Jisung sembari menepuk pelan bahu Taehyung sembari tersenyum tulus. Jantung Taehyung berdenyut sakit saat mendapat perlakuan itu, ia hanya berharap jika keluarganya akan melakukan hal yang sama padanya.

“Kalau begitu sekarang pulanglah.” Taehyung langsung menatap Jisung bingung.

“Kau harus istirahat dan belajar.”
“Ani, aku tidak mau pulang.” Datar Taehyung.

“Taehyung-ah dengarkan hyung, kau harus pulang istirahat yang cukup dan belajar secukupnya agar kau tak sakit, palliwa…”

“Huh, kau cerewet sekali.” Kesal Taehyung.

“YA….”

“Ne ne….” Taehyung kembali mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.

“Aku pulang hyung.”

“Hati hati….” Taehyung tidak menjawba, ia terus berjalan.

******

“Aku pulang…..”

“Eoh? Mana Taehyungie hyung?” tanya Jungkook.

“Aku tidak tahu.” Ucap Jimin.

“Hyung, aku lapar.” Rengek Jungkook.

“Tidak ada makanan?” tanya Jimin.

“Habis….”

“Baiklah tunggu di meja, aku akan ganti baju dulu.” Ucap JImin sembari tersenyum.

Tidak lama Jimin kembali dengan pakaian sehari harinya lalu ia langsung melangkah menuju ke dapur untuk membuat makanan.

“Aku pulang….” Kedua pasang mata itu langsung menoleh kearah suara.

“Hyung….” Jungkook tersenyum senang saat melihat Taehyung sudah ada di depannya sedangkan Taehyung hanya menatapnya datar.

“Tae, makanlah juga.” Ucap Jimin.

“Tidak.” Datar Taehyung.

“Makan, atau aku akan mengatakan kalau kau ikut olimpiade.” Ucap Jimin, Taehyung langsung menghentikan langkahnya.

Taehyung langsung menatap kearah Jimin dengan pandangan datar namun penuh tuntutan.

“Aku tahu Tae…”

“Jinjja? Taehyungie hyung ikut?” tanya Jungkook senang.

“Jangan bodoh.” Datar Taehyung, senyuman Jungkook langsung luntur.

“Jujurlah Tae, aku tidak sengaja mendengar ucapan In ssaem dan Park ssaem.” Taehyung langsung menelan air liurnya dengan susah.

“Makanlah, aku tidak akan mengatakannya.” Ucap JImin, Taehyung langsung menghembuskan nafasnya kasar lalu masuk kedalam kamar untuk berganti pakaian kemudian ia kembali turun kebawah untuk makan.

Jimin tersenyum senang saat melihat saudaranya itu makan dengan lahap dan tenang.

“Makanlah yang banyak.” Ucap Jimin sembari meletakkan mie daging di meja, Taehyung menatap mie itu, Jimin langsung duduk di depan Taehyung.

“Tambahlah, aku memasaknya khusus untuk mu.” Ucap Jimin sembari meletakkan mie itu di piring Taehyung, Taehyung hanya menatap datar. Ia menahan sesak dalam dadanya.

Jimin menatap Taehyung teduh, ia sangat merindukan saudaranya yang satu itu. Ia merindukan senyuman di bibir itu, merindukan kejahilan keduanya yang selalu membuat rumah heboh.

Jungkook menatap Jimin dengan sendu, ia menangkap sesuatu yang menyakitkan di mata itu, ia menangkap kesendirian di mata kecil itu. Jungkook tahu jika JImin merindukan Taehyung.

‘Mianhae hyung, mungkin ini salah ku.’ Batin Jungkook.

******
.
.
.
.
TBC.

Don't GoWhere stories live. Discover now