Serriel ~ 48

796 25 0
                                    

"Ariel!"

Ariel yang sedang berjuang mengangkat barang barangnya yang sangat banyak dan tentunya berat itu pun menoleh ke asal suara.

"Mau aku bantu? Dari tadi kamu angkat barang barang berat ini sendirian."

"Oh , enggak perlu , kak. Ngerepotin nih. Aku bisa kok angkat sendiri." Ariel tersenyum.

Ariel melanjutkan aktivitasnya mengangkat barang barang yang dibawanya untuk camping hari itu. Sekuat kuatnya Ariel , tenaga nya pasti akan habis juga. Bagaimanapun juga , dirinya adalah seorang wanita.

Barang yang dipegang Ariel terjatuh. Ariel yang lebih ringan dari barang barang yang dibawanya , tersungkur ke lantai.

"Awh!" ringis Ariel.

Sikunya lecet. Lututnya agak luka sedikit. Saat ini , tangannya sedang mengusap pelan sikunya yang lecet.

Samuel yang melihat itu tidak tega. Kakinya langsung melangkah menghampiri Ariel yang terduduk di lantai.

"Astaga , siku kamu lecet. Tadi aku juga bilang apa. Kamu enggak akan kuat ngangkat barang segini banyak dan berat juga. Barang barang siapa aja sih? Terus temen kamu itu dimana? Kenapa enggak bantuin kamu?" ucap Samuel seraya mengusap siku Ariel.

Ariel terdiam meratapi kesakitannya.

"Aku ambil kotak P3K didalam dulu. Kamu tunggu disini aja."

Samuel lalu pergi meninggalkan Ariel. Tak lama , ponsel Ariel berbunyi dan tertulis 'My Starlight' disana.

Halo?

Halo Ariel? Kamu dimana?

Aku dilapangan nih. Habis jatuh.

Jatuh? Kok bisa jatuh? Kamu enggak kenapa kenapa kan?

Siku aku lecet. Lutut aku luka sedikit.

Kamu sendirian disana?

Enggak. Tadi Kak Samuel udah kesini. Dia lagi ambil P3K sekarang.

Yaudah aku udah di parkiran. Aku kesana sekarang ya. Kamu diem aja disitu.

Iya. Buruan ya.

Iya.

Sambungan telepon pun terputus. Ariel berharap Sergio yang datang terlebih dahulu. Namun , harapannya tidak terwujud. Samuel datang tak lama setelah Ariel mematikan ponselnya.

"Sini siku kamu. Aku obatin ya?"

Ariel mengangguk. Samuel pun menaruh obat merah disiku Ariel dan mengusapnya pelan dengan kapas lembut. Sesekali Ariel meringis.

"Tahan ya? Biar cepat sembuh." Samuel tersenyum.

Setelah selesai , Samuel berpindah ke lutut Ariel.

"Kak pelan pelan."

"Iya , Ariel."

Sergio datang dan berdehem. Ariel dan Samuel reflek menoleh. Samuel berdiri dan langsung menyerang Sergio dengan kata kata.

"Maaf sebelumnya. Saya tidak bermaksud menyalahkan kamu. Tapi kenapa kamu tidak membantu Ariel mengangkat barang barang sebanyak ini?"

Sergio mengernyitkan alisnya.

"Kenapa lo?"

"Sebagai teman seharusnya kamu membantu Ariel mengangkat ini semua. Bukannya malah membiarkan dia. Kenapa kamu datangnya telat?"

"Bangun kesiangan."

"Lalu Ariel berangkat sendirian kesini?"

Ariel berusaha melerai mereka.

SerrielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang