Serriel ~ 62

1.3K 27 0
                                    

Lantunan sebuah lagu sedang berputar di telinganya saat ini. Sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Ariana Grande berjudul God Is A Woman itu cukup menenangkan pikiran seorang cowok yang sedang duduk santai dibawah pohon seraya mengusap ponselnya.

Foto demi foto tergeser di layar ponselnya. Sebuah senyuman terulas di bibir cowok itu ketika usapannya sampai pada sebuah foto yang menampilkan seorang gadis yang berpose dengan senyum yang mengembang diwajahnya.

"Apa kabar kamu sekarang?" ucapnya dalam hati.

Jarak yang memisahkan dirinya dengan sosok gadis di ponselnya itu. Gadis yang berhasil mengambil hatinya selama tiga tahun sebelum akhirnya mereka benar benar berpisah. Dan sampai saat ini, mungkin gadis itu sudah benar benar lupa akan cowok itu.

Sebenarnya, cowok itu tidak sama sekali menginginkan hal ini untuk terjadi. Namun, karena panggilan job yang sudah ayahnya setujui tanpa sepengetahuan dirinya-lah yang membuat cowok itu berakhir disini sekarang. Tanpa ia sadari, sebuah rekaman kejadian terlintas di kepalanya.

3 Tahun Lalu.

"Hai, Andrew!" sapa seorang gadis dengan rambut coklatnya yang dikuncir satu dan setelan kemeja berlengan serta rok biru gelap selutut yang membalut tubuhnya.

Pemilik nama menoleh dengan senyuman kecil diwajahnya. "Hai.."

"Tumben kamu panggil aku kesini? Ada perlu apa? Aku sampai ninggalin kegiatan aku baca novel tahu!" tanya gadis itu, sahabat Andrew.

"A-aku mau kasih tahu sesuatu sama kamu.."

Gadis dihadapannya itu mengernyit. "Apa?"

Cowok itu berganti menatap gadis itu lekat. Tangannya tergerak meraih kedua tangan gadis yang sedang kebingungan itu. Andrew menarik nafasnya.

"Aku mau kasih tau kalau... kalau... kalau sebenarnya... selama ini, aku menyimpan perasaan untuk kamu." aku cowok itu.

Gadis itu membulatkan matanya sempurna. Dia terdiam, masih belum bisa menyerap perkataan Andrew barusan. Memang ini harapannya, tetapi dia masih belum siap mengetahui kenyataan itu.

"Aku tahu kamu belum siap, sejujurnya aku juga masih ingin menyimpan perasaan ini lebih lama lagi sebelum ngungkapin. Tapi, aku ada alasan kenapa aku bilang itu sekarang." Andrew berusaha menjelaskan.

"Apa?"

"Tapi kamu harus janji sama aku, kamu enggak boleh sedih, apalagi sampai nangis." ucap Andrew berjaga jaga.

"Aku enggak akan sedih. Aku janji, aku enggak akan nangis." ucap gadis itu berusaha tersenyum.

"Papa aku menyetujui job yang ditawari sama temen kerjanya. Dan itu menyangkut aku." Andrew menjeda ucapannya. Ditarik lagi nafasnya untuk kedua kalinya. "Aku harus pindah ke Belanda untuk menghadiri job itu." jelasnya lalu tertunduk.

Tepat setelahnya, gadis itu menurunkan setetes cairan dari matanya. Sebelum itu, ekspresi kaget dan tidak percaya-lah yang ditunjukkan gadis itu. Namun, senyumannya tidak sama sekali pudar dan terus diusahakannya untuk tidak menghilang, walaupun sulit. Sekali.

"Aku mau kamu mengetahui perasaan aku sebelum aku pergi." lanjutnya lalu mendongakkan kepalanya menatap gadis yang sedang tertunduk dihadapannya itu.

"Hei" panggil cowok itu lalu menaikkan wajah gadis pilihannya itu. "Kamu janji sama aku, kalau kamu enggak akan sedih, kenapa kamu nangis?" tanyanya seraya mengusap pipi cantik gadis itu.

Gadis itu menarik ingusnya naik dari dalam hidung. "Aku enggak sedih, kok. Aku juga bingung kenapa air mata aku tiba tiba turun. Mungkin mereka bosen ada didalam mata aku." ucap gadis itu dengan senyuman yang berat lalu mengerjapkan matanya berkali kali.

SerrielWhere stories live. Discover now