Serriel ~ 63

3.4K 54 8
                                    

"Huft,"

Ariel menghembuskan nafasnya keras setelah dia mendudukkan dirinya diatas sofa diruang tamu. Tangan kanannya lalu bergerak mengelap keringat didahinya. Dia sangat lelah sekali sekarang.

Tak berselang lama, Sergio datang dari arah dapur. Di tangannya sudah ada sepiring mie goreng buatannya dan secangkir teh manis yang masih hangat. Pria itu bergerak mendekati Ariel. Dia menaruh piring dan cangkirnya itu diatas meja dan duduk disamping kiri Ariel. Tangan kanannya bergerak ke belakang sofa.

"Aku udah buatin mie goreng kesukaan kamu sama teh manis, tuh. Aku tahu kamu pasti capek kan?" tanya Sergio.

Ariel menghembuskan nafas lagi.

"Aku baru sadar, ternyata ini susah."

Sergio tersenyum. "Aku pikir ini enggak sesusah yang kamu bayangkan, asal kamu enjoy ngelakuin ini." ucapnya lalu menarik tangannya dari belakang sofa lalu menempelkannya pada kedua ujung bibir Ariel dan menariknya "Dan jangan lupa, tetap senyum."

Ariel berusaha menghindar saat ini.

Sergio tertawa melihatnya.

"Yaudah, deh, malam ini, aku yang akan bangun kalau Miranda nangis." ucap Sergio. "Aku yang diemin dia kalau dia nangis malam ini. Kamu tidur aja, gapapa. Aku juga mau ngerasain, gimana sih rasanya ngediemin anak?"

Ariel terlonjak. "Kamu beneran?"

Sergio mengangguk. "Boleh kan?"

Ariel tersenyum girang. "Boleh banget, dong!" serunya lalu memeluk Sergio. "Makasih, ya, Sayang! Sungguh, kamu adalah Papa yang baik buat Miranda!"

Sergio hanya terkekeh melihat tingkah Ariel saat ini. Dia tidak menyangka, tingkah Ariel masih saja seperti anak kecil walaupun sekarang mereka sudah mempunyai Miranda.

NITTT..... NITT.... NITT...

Kedua mata indah milik Sergio terbuka begitu saja setelah mendengar suara itu. Dia mengubah tubuhnya menjadi duduk diatas tempat tidur miliknya. Dia terdiam, masih tidak percaya akan mimpinya barusan. Yang ada di pikirannya kali ini adalah, menemui Ariel dan menceritakan tentang mimpinya.

Cowok itu bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil baju se-kena-nya lalu bergegas menuju kamar mandi. Setelah selesai, Sergio bercermin sebentar untuk membenarkan rambutnya lalu dia menarik tas hitam miliknya dan keluar meninggalkan kamar tidurnya.

"Ma, Pa, aku pamit ke kampus dulu, ya?"

"Oh, iya, hati-hati, ya, Gio?" ucap Bu Sinta.

"Iya, Ma!" balasnya dengan penuh senyuman.

Sergio bergegas menyalakan mobilnya dan pergi ke rumah Ariel. Sepanjang jalan, pikiran Sergio hanya terpusat pada 'Miranda'.

Sesampainya didepan rumah Ariel, Sergio membuka ponselnya dan menghubungi Ariel. Tak perlu menunggu lama, lima detik setelahnya, Ariel yang sudah siap pun keluar dari pintu rumahnya.

"Hai, Sergio! Selamat pagi!" sapa Ariel bersemangat.

Sergio hanya menatap Ariel dan itu membuat Ariel bingung.

"Kamu kenapa?" tanya Ariel.

Sergio mengedipkan matanya sekali lalu pandangannya berganti menghadap kedepan lalu menatap Ariel.

"Aku mimpi kita punya anak namanya Miranda." ucap Sergio to the point.

"Ha?!" seru Ariel reflek lalu menutup mulutnya sedetik setelahnya. "Punya anak? Kita?"

Sergio mengangguk.

"Enggak salah?"

"Enggak, Riel."

SerrielHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin